Happily Ever After

Cerita ini adalah sekuel dari Berkunjung ke Desa 1 & 2, Para Peronda Malam, & Menuju Pernikahan

——————————

“syaratnya,,”.
“apa syaratnya sayang?”.
“yang pertama,,kamu masih inget kan Mang Karyo ama Mbah Tanto??”.
“oh yang waktu itu ada di desa kamu ya?”.
“iya,,”.
“terus apa hubungannya ama kita??”, tanya Tomy.
“kamu harus rela membagi tubuhku dengan mereka”.
“kenapa begitu?”.
“soalnya aku janji ke mereka kalau aku akan jadi istri mereka kalau aku udah siap”.
“…”.
“yang kedua, kamu aku anggep suami ketigaku, jadi yang dapet jatah pertama kali pas malam pertama itu Mang Karyo terus Mbah Tanto baru deh kamu”.
“…”.
“gimana? setuju gak?”.
“mmm,,”.
“mau mikir dulu,,yaudah,,ntar-ntar aja jawabnya,,sekarang kita makan dulu,,”.
“ok,,”. Lalu kami makan makanan yang baru saja terhidang di depan kami, dan kami tidak berbicara selagi makan karena aku juga mengerti kalau Tomy sedang serius berpikir. Tak lama kemudian, kami selesai makan makanan utama setelah itu kami makan hidangan penutup.
“sayang,,”.
“apa,,”, kataku sambil menyendok hidangan penutupku.
“kayaknya aku setuju ama syarat yang kamu ajuin,,”, ujar Tomy.
“yakin,,udah bener-bener dipikirin?”, tanyaku menanyakan keputusannya.

“yakin,,seyakin-yakinnya”.
“deal kalo gitu deh..berarti mulai sekarang kamu udah resmi jadi tunanganku”, kataku.
“asik,,oh ya sayang nih cincin tunangan kamu,,”, katanya sambil menyerahkan cincin permata berlian.
“wah,,ini kan cincin mahal,,gak apa-apa nih buat aku?”.
“cincin ini gak indah kalau dibandingin ama kamu yang sangat cantik,,”.
“ah,,bisa aja kamu,,”, kataku tersipu malu sambil memakai cincin berlian itu di jari manisku. Setelah itu kami berciuman tapi tanpa nafsu karena kami sedang berada di restoran jadi kami hanya saling mengecup bibir. Tapi, tetap saja banyak yang memperhatikan kami karena cowok yang bertampang culun seperti Tomy bisa mencium cewek cantik sepertiku. Setelah selesai, kami pulang ke rumah, dan selama perjalanan aku menceritakan semua pengalamanku dengan Mang Karyo dan Mbah Tanto kepada Tomy.
“oh,,jadi yang merawanin kamu tuh Mang Karyo,,wah enak banget si Mang Karyo,,”.
“tapi waktu itu aku diperkosa,,”.

“oh,,terus kamu gak marah?”.
“gak,,abis enak sih,,hehe”.
“aku gak nyangka lho,,cewek cantik ‘n dari keluarga baik-baik kayak kamu bisa liar banget,,”.
“iya nih,,tapi aku beruntung ada cowok baek kayak kamu yang nerima aku apa adanya,,”.
“justru aku yang beruntung bisa punya tunangan yang cantik banget kayak bidadari”, katanya sambil mencubit pipi kananku.
“ah,,bisa aja”.
“oh iya,,aku juga punya rahasia lho,,”.
“emm?apa rahasianya?”.
“aku udah lama pengen ngeliat kamu dientotin 2 orang sekaligus,,”.
“ha?! yang bener? jangan-jangan itu alasan kamu nerima syarat dari aku?”.
“iya,,aku mau ngomong dari dulu tapi aku takut kamu marah ‘n mutusin aku,,”.
“terus alesan kamu pengen ngeliat aku dientot 2 orang sekaligus kenapa?”.
“abisnya kamu cantik banget udah gitu kulit kamu putih mulus ‘n body kamu bohay banget,,jadinya aku sering ngebayangin kamu dijepit ama 2 cowok kulit item,,”.
“wah,,wah,,muka kamu alim tapi fantasi kamu kemana-mana,,kayaknya kita emang jodoh nih,,haha”.
“iya donk sayang,,kita emang jodoh..”.

“yank,,maen yu,,”, kata Tomy.
“huu,,dasar,,belum jadi suami udah minta maen mulu,,”.
“abisnya Tomy junior udah gak sabar pengen ngumpet di memek kamu apalagi lobang pantat kamu yang sempitnya minta ampun,,”.
“alah,,ada-ada aja,,iya,,iya,,di rumahku ya,,jangan di apartemen kamu,,takut kedengeran ama yang lain”.
“ok honey bunny sweetieku,,”. Tomy mengemudikan mobilnya menuju ke rumahku, selama sisa perjalanan, aku menyelipkan tanganku ke dalam celananya untuk mengelus-elus penis Tomy sementara Tomy pun meremas-remas dadaku dan juga kadang-kadang mengelus-elus vaginaku yang masih terbungkus celana dalam. Akhirnya kami berdua sampai di rumahku, kami turun dari mobil setelah Tomy memarkirkan mobilnya. Setelah berada di dalam, kami duduk di ruang tamu sambil menonton tv untuk mengistirahatkan badan kami dulu.
“yank, kok kamu cantik banget sih?”.
“lah,,mana aku tau,,emangnya aku milih muka aku sendiri? ada-ada aja nih nanyanya,,hahaha”.
“abisnya,,cantiknya gak ketolongan sih..”.

“dasar,,ayangku ada-ada aja”.
“yank,,aku cium kamu ya,,”, tanya Tomy.
“cium aja,,biasanya juga maen nyosor bibir aku,,”, jawabku.
“oh iya ya,,”, jawabnya dan dia pun langsung mendekat ke arahku. Tomy langsung memeluk diriku dan memagut bibirku, aku membiarkannya melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku sesuka hatinya. Tomy langsung menyambar dan mengemut-emut lidahku yang sengaja kukeluarkan. Setelah 3 menit berciuman, kini giliranku untuk melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Tomy barusan. Lalu, Tomy meremas-remas payudaraku dengan kedua tangannya, sementara aku melepas cumbuanku sehingga terlihatlah air liur kami yang saling menyatu dan bercampur.
“mmhh,,bibir kamu emang manis banget,,”, komentar Tomy.
“bisa aja nih ayangku,,”.
“ayang,,mulai yuk,,udah nyut-nyutan nih pengen masuk ke sarangnya”.
“apa tuh yang nyut-nyutan?”, kataku menggodanya.
“biasa,,si Tomy Jr.”.
“aduh,,aduh,,kacian,,yuk di kamar mandi aja”, kataku sambil mengelus-elus penis Tomy yang masih terbungkus celananya.
“lho? kok di kamar mandi?”.



“iya,,aku sekalian mau mandi..”.
“oh gitu,,ide bagus tuh,,ayuk”, Tomy mendorong tubuhku agar aku berjalan lebih cepat. Sesampainya di depan pintu kamar mandi, kami langsung melepaskan pakaian kami masing-masing agar lebih cepat. Setelah kami bertelanjang ria, kami masuk ke kamar mandi, sementara aku mengisi air di bathtub, Tomy menyiapkan sabun mandi. Tak lama kemudian, air di bathtub sudah penuh sehingga aku harus sedikit membungkukkan badanku untuk mematikan keran. Tiba-tiba pantatku ditepuk kencang oleh Tomy.
“aw,,sakit tau,,”.
“sori deh abisnya pantat kamu semok banget,,”.
“semok sih semok,,tapi kan sakit tau,,dasar”.
“maap deh,,sayang”, katanya lalu dia mencium pantatku.
“iihh,,pantat aku kok dicium,,”.
“abisnya,,aku gemes banget ngeliat pantat kamu,,”. Setelah itu, kami membasuh badan kami masing-masing dan saling menyabuni. Vagina dan anusku dibersihkan dengan jari Tomy dan tentu saja Tomy menyodok-nyodokkan penisnya ke vagina dan anusku sampai dia menyemburkan spermanya di dalam anusku hingga luber dan meleleh keluar dari lubang anusku.

“yank,,udah yuk mandinya,,dingin juga lama-lama di kamar mandi,,”, ajakku.
“ok,,tapi lagi ya,,”.
“iya,,iya,,pokoknya sampe kamu puas deh,,tapi liat tuh, kontol kamu aja masih lemes gitu”.
“ya iyalah,,isinya kan baru ditelen ama lubang pantat kamu,,”.
“siapa suruh dimasukkin,,hehe”.
“sambil nunggu aku ‘bangun’ lagi,,aku mainin memek kamu ya,,”.
“kamu kira memek aku mainan,,hahaha,,cuma becanda yank,,iya,,iya boleh,,kamu boleh mainin memek aku sesukamu,,”.
“asik,,sini aku gendong ampe ke kasur,,”.
“halah,,mana kuat,,badan kamu kurus gitu,,udah,,gak usah,,kamu ambil maenannya aja,,”.
“ok,,ada maenan baru beli soalnya,,”.
“hah?! baru beli lagi? perasaan maenan kita udah lebih dari 10 deh?”.
“abisnya enak sih maenin memek kamu pake mainan baru…hehe”.
“huu,,dasar,,yaudah sana ambil dulu,,”.
“ok sayang,,”. Lalu dia keluar kamar sementara aku langsung tidur terlentang di ranjang.

Tak lama kemudian, Tomy masuk kembali dengan membawa dildo berkepala 2.
“wah,,ayang udah siap rupanya”.
“iya donk,,oh itu mainan barunya,,ada 2 gitu kepalanya,,syerem”.
“iya,,jadi bisa masuk ke memek ‘n lubang pantat kamu sekaligus,,”.
“hadoh,,hadoh,,makin canggih aja mainan kamu,,”.
“udah ah,,aku udah gak sabar pengen nancepin ni dildo ke memek kamu,,”.
“yaudah,,”. Aku menekuk kakiku dan melebarkan selebar-lebarnya hingga membentuk huruf M, Tomy langsung duduk di depan vaginaku. Dia langsung memasukkan dildo berkepala 2 itu, yang batangnya panjang ke dalam vaginaku sedangkan yang agak pendek ke dalam anusku.
“uummmhhh,,,”, desahku pelan ketika senti demi senti kedua dildo itu menembus masuk ke dalam vagina dan anusku secara bersamaan, dan akhirnya kedua dildo itu sudah tertanam di dalam vagina dan anusku sehingga hanya tinggal pegangan saja yang tertinggal. Tomy menekan suatu tombol di pegangan itu, tiba-tiba kedua dildo itu bergerak-gerak dan bergetar kencang di dalam vagina dan anusku.
“aaahhhh,,,”, desahku spontan.

Tomy tidak memberi waktu untuk aku mengeluarkan desahan karena dia langsung melumat bibirku dan memainkan lidahnya di rongga mulutku sementara tangannya sibuk meremas-remas payudaraku serta memilin-milin putingku. Setelah puas bermain lidah denganku, dia pun langsung melepaskan cumbuannya dan beralih ke payudaraku, dia telusuri belahan dadaku juga seluruh permukaan payudaraku. Ketika lidahnya sampai di putingku, dia melingkari daerah kedua putingku yang sangat sensitif dengan lidahnya secara bergantian, Tomy juga menggigiti dan kadang-kadang menarik kedua putingku dengan perlahan tentunya. Sementara itu, dia menggerakkan jari telunjuk tangan kanannya untuk mengelus-elus klitorisku sehingga membuatku yang memang dari tadi sudah benar-benar keenakan menjadi sangat keenakan. Oleh karena itu, aku tidak dapat menahan lagi, dan kukeluarkan ledakan orgasme bersamaan dengan eranganku.
“ooohhh,,,!!!”. Tomy berhenti dan berbicara.
“wah,,kamu udah orgasme ya,,asik,,aku bisa minum cairan kamu yang enak banget”.

Aku hanya tersenyum ke arahnya, lalu Tomy mencabut dildo dari kedua lubangku sehingga terlihatlah dildo yang mengaduk-aduk vaginaku terselimuti cairanku sehingga dildo itu tampak berkilauan.
“sayang,,mau cobain cairan kamu juga?”, tanya Tomy. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum. Tomy menekan tombol off sehingga dildo itu berhenti bergerak dan bergetar, lalu dia menaruh dildo itu di tanganku sementara dia berpindah ke daerah selangkanganku yang masih terbuka lebar. Aku memasukkan dildo itu ke dalam mulutku sehingga aku bisa merasakan cairan vaginaku sendiri. Tomy juga sedang sibuk menanamkan kepalanya ke selangkanganku, aku merapatkan pahaku sehingga kini kepala Tomy terhimpit kedua pahaku yang putih mulus. Saking nafsunya dia mengangkat pahaku dan mendorongnya ke depan sehingga kedua kakiku berada di samping tanganku, Tomy melanjutkan mengais-ngais sisa cairanku yang masih ada di dalam vaginaku dengan lidahnya dan kadang-kadang dia mengorek-ngorek vaginaku dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

Setelah yakin cairanku sudah tak ada lagi, Tomy melepas kakiku sehingga aku bisa menurunkan kakiku. Lalu Tomy tidur di sampingku, kami saling berhadapan dan saling memeluk.
“yank,,masih lemes?”.
“iyaa,,ntar dulu ya”, jawabku dengan pelan. Setelah 3 menit beristirahat, tenagaku sudah pulih dan nafasku sudah normal kembali.
“yank,,ayuk sekarang,,”, kataku.
“asik,,ayuk,,ayuk,,”.
“apaan nih gayanya?”.
“gaya favorit aku,,”.
“oh,,ok,,”. Lalu aku bertumpu pada tangan dan lututku alias posisi doggystyle. Tomy langsung mendorong penisnya masuk ke dalam vaginaku yang sudah menanti penisnya. Kini, penisnya sudah bergerak keluar masuk vaginaku dengan akselerasi yang terus bertambah hingga kecepatan sodokannya mencapai maksimum. Kadang-kadang Tomy sengaja menekan penisnya ke dalam vaginaku dengan sangat kuat sehingga aku berteriak kecil, lalu dia diam sejenak sambil membiarkan penisnya terdiam di dalam kehangatan vaginaku.

“hhh,,,hhh”, nafasku berat karena aku sudah mencapai klimaks tadi.
“yank,,ganti posisi yuk,,udah 15 menit nih,,bosen,,”.
“ok deh sayangku,,”, jawabku. Tomy mencabut penisnya dan menyuruhku tidur menyamping lalu dia tidur di belakangku dengan posisi menyamping juga. Dia mengangkat kaki kananku, Tomy mulai mendorong penisnya untuk bersembunyi di dalam vaginaku lagi. Setelah sudah klop, Tomy mulai menggenjot vaginaku dengan posisi menyamping.
“mmmhhh,,aaahhh”, desahku menerima serangan penis Tomy yang tanpa henti. Sementara aku sedang menghayati kenikmatan yang menjalar di sekujur tubuhku, Tomy menyentil-nyentil daun telingaku dengan lidahnya sehingga aku semakin horny dan horny terus. 7 menit kemudian, Tomy mencabut penisnya dan menurunkan kakiku lalu Tomy meminta aku menaiki tubuhnya. Aku langsung berada di atasnya dan memposisikan vaginaku tepat di atas penis Tomy yang berkemilauan karena sudah disiram dengan cairan vaginaku beberapa kali. Aku membimbing penis Tomy dan menurunkan tubuhku sehingga penisnya sudah bersemayam di dalam vaginaku lagi.



Tomy memegang pinggulku dan mulai mendorong penisnya ke atas sementara aku menekan tubuhku ke bawah sehingga dengan cara ini penis Tomy lebih terasa menusuk vaginaku.
“ooohhh,,terusss Tom,,”, teriakku karena sebentar lagi aku merasa akan mencapai orgasme yang entah sudah keberapa kali. Sekitar 8 menit kemudian, Tomy semakin gencar dan cepat mendorong penisnya ke atas juga nafasnya yang semakin memburu. Aku tau kalau sebentar lagi Tomy akan menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku, jadi aku menggerakkan pinggulku lebih hebat lagi. Tak beberapa lama, Tomy menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku dan karena aku juga mengalami orgasme, cairanku dan sperma Tomy bercampur aduk di dalam vaginaku. Kami berdua berdiam sambil menunggu penis Tomy selesai menyemburkan sperma dan sekaligus kami berdua mengatur nafas kami masing-masing. Beberapa menit kemudian, penis Tomy mengecil dengan sendirinya sehingga langsung lolos keluar dari vaginaku. Aku bangun dari atas tubuh Tomy lalu aku membersihkan sisa-sisa sperma yang masih ada di penis Tomy.

“emang bener-bener enak banget kalo maen ama kamu,,”.
“iya donk,,siapa dulu,,Bunga gitu loh…”, kataku sambil menjilati jari-jariku yang ada sedikit sperma Tomy karena tadi sambil membersihkan penisnya, aku sempat memegangnya.
“oh ya,,besok kamu ada acara gak?”, tanyaku.
“ada,,kenapa?”.
“yah,,padahal tadinya aku mau ngajak kamu ketemu Mang Karyo dan Mbah Tanto,,”.
“oh,,mau ngomongin masalah pernikahan ya?”.
“iya,,emang besok gak bisa diwakilin aja ama anak buah kamu?”.
“gak bisa,,klien aku mintanya aku ngawasin langsung sampe minggu depan,,”.
“oh,,yaudah,,”.
“kamu marah ya?”.
“nggak,,yauda,,berarti minggu depan ya..”.
“okeh,,sweety,,”.
“yank,,pulang sana,,udah jam 12 malem tuh”.
“ngusir nih?”.
“kalo iya kenapa,,wee,,hehe,,becanda..tadi kan kata kamu, besok ada urusan, jadi kan harus tidur yang cukup”.
“tapi aku maunya nginep disini..”.
“kan dokumen-dokumen dan yang lainnya ada di apartemen kamu,,”.
“oh iya ya,,”.

“lagian kalo nginep di sini, adanya kamu malah ‘ngerjain’ aku semaleman,,ya kan?”.
“hehehe,,iya juga sih,,yaudah deh,,aku pulang aja”. Tomy bangun dari tempat tidur dan memakai pakaiannya lagi sementara itu, aku juga bangun dari tempat tidur dan duduk di tepian ranjang.
“pulang dulu ya,,”, kata Tomy setelah selesai memakai bajunya.
“aku anterin ampe depan ya,,”.
“nggak usah,,”.
“udah,,gak apa-apa..aku juga sekalian mau ngunci pintu”.
“oh,,yaudah,,”.
“bentar ya,,aku make baju dulu”, aku memakai kaos yang kebesaran sehingga bisa menutupi pantat dan vaginaku.
“yuk,,”.
“lho,,kamu gak pake celana?”.
“nggak ah,,males,,”.
“terserah kamu aja deh..yok turun,,”. Lalu kami berjalan ke luar rumah, sebelum masuk mobil, Tomy mencium jidatku.
“pulang dulu ya sayang..”.
“ati-ati ya nyetirnya..jangan ngebut-ngebut ya..”.
“iya,,oh ya,,jangan lupa mandi ya..”.
“hah? mandi?”.
“iya,,supaya memek kamu gak lengket,,”.
“oh..nggak ah,,dingin tau mandi jam segini..”.

“tapi gapapa tuh? ntar jadi ada noda-noda di selangkangan kamu,,”.
“gak apa-apa,,kan peju kamu ini,,lagian besok pagi bisa aku bersihin kok..”.
“hahaha,,bisa aja,,yaudah deh,,aku pulang dulu,,gud nite,,sweet dream ya..dah”.
“dah..”. Lalu Tomy mengendarai menjauhi rumahku, aku pun terus melambaikan tanganku sampai mobil Tomy tidak terlihat lagi olehku, kemudian aku masuk ke dalam rumah setelah mengunci pintu gerbang. Aku mengunci pintu depan rumah dan langsung menuju kamar untuk tidur. Tapi, sebelum tidur aku membuka kaosku karena aku merasa lebih nyaman dengan tidur tanpa mengenakan apa-apa. Aku langsung tidur karena aku memang capek. Jam 10 pagi aku terbangun, aku ngulet untuk meregangkan tubuhku setelah tidur.
“hhooaahhmm,,nym,,nym”, gumamku.
“jam berapa nih?oh jam 10,,,”, kataku pelan karena belum benar-benar melek. Setelah 10 menit mengumpulkan kesadaran akhirnya aku tidak merasa ngantuk lagi.
“mandi ah,,”, lalu aku mandi untuk menyegarkan badan sekaligus membersihkan daerah selangkanganku dari noda-noda sperma Tomy yang sudah mengering.

Setelah selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan tubuhku dengan handuk.
“oh iya,,gue nemuin Mang Karyo ‘n Mbah Tanto aja ah,,”, kataku berbicara sendiri. Aku memakai baju dan rok mini, setelah itu aku mengunci pintu-pintu dan jendela. Kemudian, aku langsung mengeluarkan mobil dari rumah dan aku pun memacu mobilku setelah mengunci pintu gerbang. Tak beberapa lama, aku sampai dan memakirkan mobil di garasi rumahku.
“Mang Karyo !!”, teriakku memanggil Mang Karyo.
“Mang Karyo,,”, teriakku lagi karena tak ada jawaban.
“ah,,mungkin lagi keluar”, aku masuk ke dalam rumah. Aku langsung duduk di sofa dan menyalakan tv untuk mengistirahatkan badanku setelah menyetir. 10 menit kemudian, aku mendengar pintu terbuka dan orang itu masuk ke dalam rumah, untungnya orang itu Mang Karyo bukan maling.
“oh,,Mang Karyo,,kirain maling,,hehe”.
“eh,,ada non Bunga toh,,enak aja Mang Karyo disangka maling,,”.
“iya,,iya,,maap,,kan Bunga cuma becanda,,”.



“oh ya,,non Bunga tumben,,mau kesini gak bilang-bilang dulu,,”.
“emang kenapa kalau Bunga bilang-bilang dulu??”.
“kan Mang Karyo bisa nyiapin ranjang dulu…”.
“huu..dasar..Mang Karyo pikirannya ke ranjang mulu..”.
“hehehe,,ya iyalah,,ngeliat non Bunga,,siapa sih yang gak kepikiran kayak gitu..”.
“yee..perasaan baru minggu kemaren ketemu deh..”.
“iya sih,,tapi udah kangen ama non Bunga,,”.
“kangen ma Bunga apa memek Bunga?hmm?”.
“kangen ma non Bunga donk,,soalnya kan kalau kangen ama non Bunga,,udah pasti kangen ama memek non Bunga..”.
“oh iya ya,,,hahaha..Mang Karyo pinter juga ya..”.
“Mang Karyo gitu loh,,”.
“oh ya,,Bunga mau ngomong serius nih..yuk duduk,,”.
“ok,,tapi non Bunga mau ngomong apa? tumben pake acara serius segala..”.
“gini Mang,,waktu itu kan Mang Karyo pengen nikah ‘n punya anak dari Bunga,,”.
“iya,,iya,,terus?”.
“Mang Karyo masih pengen nikahin Bunga?”.
“iya,,Mang Karyo malah semakin ngebet pengen punya anak dari non Bunga..abisnya anak Mang Karyo diambil ama mertua Mang Karyo sejak istri Mang Karyo meninggal,,”.

“wah kasian Mang Karyo,,jadi sendirian terus donk kalau Bunga gak kesini?”.
“iya,,makanya Mang Karyo pengen banget jadiin non Bunga jadi istri biar tiap malem ada temen,,hehehe”.
“sip dah Mang Karyo,,Bunga bakal jadi istri yang baik,,tapi ada masalah lain..”.
“apa?”.
“Bunga pengen ada 2 orang lagi yang jadi suami Bunga..”.
“siapa?”.
“Mbah Tanto ama satu lagi,, kenalan Bunga”.
“oh,,kalo Mbah Tanto mah juga udah setuju ama Mang Karyo..”.
“ha?maksudnya?”.
“Mang Karyo jadi suami pertama non Bunga,,terus Mbah Tanto jadi suami kedua non Bunga,,”.
“wah,,jadi Mbah Tanto pengen nikah ma Bunga juga?”.
“iya,,sejak kenal ama non Bunga,,kata Mbah Tanto pengen tau kalau punya anak dari cewek cantik, gimana jadinya,,gitu katanya..”.
“kenapa Mbah Tanto gak bilang ke Bunga aja?”.
“takut marah katanya,,”.
“berarti kalau nambah satu lagi,,gak apa-apa kan?”.
“kalau Mang Karyo sih gak apa-apa,,asal bisa bikin generasi baru ama non Bunga,,”.

“kenalan Bunga juga udah setuju,,berarti udah fixed ya,,ok deh,,”.
“kalo gitu,,sekarang udah boleh?”.
“boleh ngapain?”.
“boleh ngelepas rindu ama non Bunga,,”.
“oh,,itu,,iya,,iya,,boleh kok”.
“asik,,tapi Mang Karyo mau nelpon Mbah Tanto,,biar kesini..”.
“ok,,Bunga mandi dulu aja ya,,biar wangi ‘n fresh..”.
“perlu dimandiin?hehehe..”.
“yee,,katanya mau nelpon Mbah Tanto..”.
“iya,,iya,,yaudah non Bunga mandi sana..”. Aku langsung pergi ke kamar mandi sementara Mang Karyo mulai menekan tombol-tombol telpon untuk menelpon Mbah Tanto. Ketika keluar dari kamar mandi, Mang Karyo dan Mbah Tanto sudah berdiri menungguku di depan pintu kamar mandi.
“haduh,,Mang Karyo ngagetin aja,,Mbah Tanto juga ikut-ikutan lagi,,”, protesku.
“hehe,,abisnya udah gak tahan nungguin Neng Bunga mandi,,lama banget,,”, jawab Mbah Tanto.
“yee,,Bunga lama kan biar badan Bunga wangi,,cium aja coba,,”. Mereka berdua langsung mendekati tubuhku dan mengendus tubuhku dari kepala hingga daerah vaginaku.

“hmm,,bener-bener wangi,,”, komentar Mang Karyo.
“iya bener,,apalagi memeknya,,”, tambah Mbah Tanto.
“kok cuma ampe situ ngendusnya?”.
“iya donk,,lutut ke bawah enggak penting,,hehe”, balas Mbah Tanto.
“yee,,ada ada aja nih Mbah Tanto,,”, kataku.
“non,,udah yuk,,ke kamar,,udah gak tahan,,”, pinta Mang Karyo.
“aduh,,ntar dulu dong,,belom juga dikeringin pake handuk,,”.
“yaudah,,biar Mang Karyo ama Mbah Tanto aja yang ngelapin badan non Bunga,,”.
“yaudah,,”. Lalu Mang Karyo dan Mbah Tanto mengambil handuk, mereka mulai mengeringkan tubuhku. Mang Karyo mengeringkan tubuh bagian depanku sementara Mbah Tanto mengeringkan tubuh bagian belakangku. Mbah Tanto menyusupkan tangannya dan meraih payudara kananku dengan tangannya yang tertutup handuk, sementara Mbah Tanto mengeringkan sambil memainkan payudara kananku, Mang Karyo melakukan hal yang sama terhadap payudara kiriku. Mereka berdua memainkan putingku dengan memilin-milin kedua putingku.
“aduuhh,,udaah donghh,,geli nih,,”, desahku pelan.
“kan biar bersih ‘n gak ada kumannya non,,hehe”, jawab Mang Karyo.

Akhirnya, mereka menyudahi memainkan putingku dan melanjutkan mengeringkan tubuhku. Terasa geli ketika Mang Karyo mengeringkan daerah vaginaku bersamaan dengan Mang Karyo yang mengeringkan pantatku. Lalu mereka melanjutkan mengeringkan pahaku sampai kakiku. Tiba-tiba Mang Karyo dan Mbah Tanto berdiri, mereka menaruh handuk di antara kedua paha putihku. Mang Karyo menarik handuk ke arahnya dan dibalas oleh Mbah Tanto yang menarik handuk ke belakang membuat handuk itu bergesek-gesekkan dengan vaginaku seperti gerakan orang yang sedang menggergaji.
“uuummhh,,”, erangku keenakan karena handuk itu terus bergesek-gesekkan dengan vaginaku, itu membuat kakiku terasa lemas, untungnya di depanku ada Mang Karyo jadi aku bisa berpegangan padanya agar aku tidak jatuh. Aku menunjukkan wajahku yang sedang merasa keenakan kepada Mang Karyo yang ada di hadapanku. Dan akhirnya, tubuhku gemetar hebat yang menandakan aku mengalami orgasme dan cairanku mengucur ke handuk yang memang sengaja mereka hentikan untuk menampung cairan vaginaku.



Setelah bagian tengah handuk sudah basah gara-gara cairanku, mereka menggantinya dengan handuk yang tadi Mbah Tanto pakai untuk membersihkan bagian belakang tubuhku. Mereka melakukan hal yang sama seperti tadi, tapi kali ini Mang Karyo melumat bibirku sedangkan Mbah Tanto menjilati tengkuk leherku dan juga kedua telingaku yang memberikan sensasi geli-geli nikmat. Aku hanya bisa meliuk-liukkan tubuhku dan aku tidak bisa mendesah yang merupakan nyanyian jiwa karena aku sedang sibuk bermain lidah di dalam rongga mulutku dengan Mang Karyo. Tidak butuh waktu lama untuk membuatku mengeluarkan cairan vagina lagi sehingga handuk kedua juga basah.
“hhh,,udah donk,,lemes nih,,”, protesku setelah Mang Karyo melepaskan cumbuannya terhadapku.
“abisnya enak sih mainin memeknya neng Bunga,,”, jawab Mbah Tanto.
“iya,,tapi jangan lama-lama,,lemes tau,,”, kataku.
“iya iya maap non Bunga,,”.

“yaudah,,ga papa,,oh iya,,katanya mau ngelepas kangen ama Bunga?”, tanyaku untuk menggoda mereka berdua.
“oh iya,,ayo non ke kamar,,”. Mereka berdua memapahku ke kamar, selama memapahku menuju kamar, mereka sering mencium dan menjilati pipiku yang putih sehingga pipi kiriku basah oleh air liur Mbah Tanto dan pipi kananku basah oleh air liur Mang Karyo. Setelah sampai di kamar, mereka menaruh tubuhku di atas ranjang. Mereka membuka baju mereka masing-masing dengan tergesa-gesa, mungkin mereka sudah tak sabar ingin melepas rindu kepadaku yang tergolek lemas dan pasrah menunggu mereka. Dalam waktu sebentar, Mang Karyo dan Mbah Tanto sudah telanjang sehingga penis mereka yang sudah biasa menghuni vagina, anus, dan mulutku bisa terlihat olehku mengacung tegak ke arahku seolah menantangku.
“ayo sini,,”, kataku. Mereka berdua langsung naik ke atas ranjang. Mereka langsung membagi jatah atas tubuhku menjadi 2, Mang Karyo menjilati bagian tubuh kananku dan Mbah Tanto menjilati bagian tubuh kiriku.

Mereka berdua menjilati dari jidatku hingga ke jari-jari kakiku, tapi mereka sengaja melewatkan daerah vaginaku mungkin sengaja untuk saat terakhir.
“ih,,gak jijik apa jilatin kaki Bunga?”, tanyaku setelah mereka membuat jari-jari kakiku basah oleh air liur mereka.
“gak apa-apa,,non Bunga mah dari ujung rambut ampe ujung kaki,,wangi,,”.
“nah,,neng Bunga gak jijik,,badan neng jadi ludah semua g,,”.
“ah gak papa,,udah biasa kena ludah Mbah Tanto ama Mang Karyo,,lagian Bunga seneng kok,,”.
“non Bunga,,udah siap memeknya dijilatin?”.
“udah siap dari tadi,,silakan,,”, kataku mempersilakan mereka untuk menjilati daerah vaginaku. Mang Karyo menekuk kedua kakiku dan melebarkan kakiku sehingga terlihat seperti huruf M, Mang Karyo menaruh kepalanya di depan vaginaku. Mang Karyo langsung menjilati vaginaku sedangkan Mbah Tanto menjilati klitorisku.
“eemmhhh,,,oohhh”, desahku pelan sambil bernafas dengan nafas yang memburu. Mbah Tanto menyapu bibir luar vaginaku dari atas ke bawah dan sebaliknya.

Mbah Tanto mengimbangi permainan lidah Mang Karyo dengan menyentil-nyentil klitorisku membuatku semakin menggelinjang keenakan. Tak beberapa lama, Mang Karyo sedang menyeruput cairanku karena aku sudah orgasme. Setelah Mang Karyo selesai, dia gantian dengan Mbah sehingga aku juga memberi minum Mbah Tanto dengan cairan vaginaku 5 menit kemudian. Mang Karyo dan Mbah Tanto menghimpit tubuhku dengan Mang Karyo yang mengisi vaginaku dengan penisnya berada di bawah tubuhku sedangkan Mbah Tanto yang mengisi liang anusku dengan penisnya berada di atasku alias menindih tubuhku. Tubuh putih mulusku dihimpit kedua lelaki yang sudah biasa menghujamkan penisnya ke dalam tubuhku. Mang Karyo dan Mbah Tanto memang paling suka membuatku terhimpit di antara mereka berdua. Aku mengalami orgasme dan menyiram penis Mang Karyo yang sedang mengaduk-aduk vaginaku. Suasana di luar sangat hening sehingga aku bisa mendengar suara desahanku, suara pompaan penis Mang Karyo dan Mbah Tanto, serta nafas memburu mereka berdua karena mereka sangat bernafsu menyetubuhiku.

Akhirnya, mereka menyelesaikan ronde pertama dengan menembakkan sperma ke dalam vagina dan anusku.
“heemhh,,hhh,,”, nafasku berat. Mbah Tanto mencabut penisnya setelah penisnya selesai memuntahkan isinya ke dalam anusku. Mang Karyo menurunkanku dari tubuhnya dan membuatku tidur terlentang di ranjang.
“emang enak banget ngentotin neng Bunga,,”.
“bener kata Mbah Tanto,,gak ada bosen-bosennye,,”, tambah Mang Karyo.
“bisa aja,,oh iya,,Mang Karyo ato Mbah Tanto,,tolong ambilin minum dong,,aus nih,,”.
“oke tuan putri,,hehe”, kata Mang Karyo keluar dari kamar sementara Mbah Tanto bergabung denganku di ranjang dan kami berdua saling berhadap-hadapan.
“Mbah Tanto,,pijitin Bunga dong,,udah lama gak dipijit Mbah Tanto,,”.
“oke deh neng Bunga yang cantik kayak bidadari,,”. Aku langsung tidur tengkurap, Mbah Tanto naik ke atas tubuhku dan mulai memijat dari bahuku, punggungku, pinggangku. Ketika tangan Mbah Tanto sampai di pantatku, bukannya memijat, Mbah Tanto malah menepuk-nepuk pantatku seperti sedang bermain gendang.

“kok pantat Bunga dijadiin gendang?”.
“abisnya pantat neng Bunga kenyel banget,,jadi enak buat dimaenin,,”.
“Mbah Tanto payah,,masa maenannya nepokin pantat orang,,woo,,hehehe”.
“biarin,,oh ya neng Bunga kok lobang pantatnya keliatan masih sempit sih? padahal udah berkali-kali Mbah Tanto ‘n Karyo ngaduk-ngaduk pantat neng Bunga?”, kata Mbah Tanto sambil melebarkan pantatku yang kenyal dan putih mulus sehingga lubang anusku yang belepotan sperma bisa terlihat oleh Mbah Tanto.
“gak tau deh,,dari sananya,,tapi bagus kan kalo kayak gitu,,”.
“iyalah,,”.
“si Mang Karyo mana? lama amat ngambil minum doang?”.
“tau,,si Karyo mane nih,,”. Mang Karyo masuk ke dalam kamar.
“panjang umur banget lo Yo,,”, kata Mbah Tanto.
“non Bunga udah nunggu lama ya,,”.
“iya nih,,tenggorokan Bunga udah kering,,mana minumannya?”.
“ada di meja makan,,kita sekalian makan aja,,”.
“wah,,pas banget,,Bunga juga udah laper nih,,tau aja Mang Karyo,,jadi makin sayang deh,,hehe”.

“kok neng Bunga sayangnya ama Karyo doang,,ama Mbah Tanto nggak?”.
“iya,,Bunga juga sayang kok ama Mbah Tanto,,”, kataku sambil mencubit pipi kempot Mbah Tanto. Mbah Tanto dan Mang Karyo memakai celana pendek mereka sementara aku bangun dari tempat tidur.
“yok,,makan yuk,,”, kataku sambil menarik tangan mereka keluar dari kamar.
“lah,,non Bunga gak pake baju?”.
“gak usah,,kan cuma kita betiga ini,,lagipula lebih adem kalo kayak gini,,hehe”.
“neng Bunga udah cantik, sexy, nakal lagi,,jadi makin gemes,,”, kata Mbah Tanto sambil menepok pantatku.
“hehe,,udah yuk ah,,mari kita makan,,”.
“oke non Bunga,,”. Kami mulai makan makanan yang telah Mang Karyo siapkan di meja makan. Setelah makan dan istirahat sebentar agar makanan yang baru kami makan turun ke perut. Aku melihat Mang Karyo dan Mbah Tanto mencampur sesuatu ke minuman mereka kemudian mereka meminumnya.
“wah,,minum apa tuh? minum jamunya Mbah Tanto ya?”.
“iya non,,”.
“ah curang,,”.
“abisnya pengen lepas kangen ama neng Bunga seharian,,”, tambah Mbah Tanto.



“besok,,Bunga juga masih ada disini,,”.
“besok juga seharian,,hehe”.
“huu,,dasar,,hahaha,,”.
“jadi non Bunga gak mau nih?”, tanya Mang Karyo.
“Bunga kan mau jadi istri yang baik,,masa Bunga nolak,,”.
“oh iya ya,,”.
“jadi tambah gak sabar pengen nikah ama neng Bunga,,bisa puas tiap hari,,hehe”, tambah Mbah Tanto. Ronde kedua dimulai, kali ini Mbah Tanto yang mengisi liang vagina dan Mang Karyo yang mengisi anusku. Aku melayani mereka seharian hingga tubuhku benar-benar lemas bagaikan tak bertulang karena entah sudah berapa kali aku orgasme. Untung keesokan harinya, Mang Karyo dan Mbah Tanto sedang ada urusan di kelurahan sehingga dari pagi sampai sore, aku bisa bersantai dan mengobrol dengan warga desa yang lain, aku lumayan terkenal karena sejak kecil sampai sekarang aku sering mengobrol dan membantu warga desa. Para lelaki di desaku, tidak ada yang tidak mengenalku karena meskipun mereka sering menggodaku dan berbicara jorok kepadaku, aku tidak marah, malah aku menanggapi mereka sehingga mereka nyaman mengobrol denganku.

Mang Karyo dan Mbah Tanto pulang sore-sore, aku langsung masuk kandang dan tidak keluar rumah lagi karena harus melayani Mang Karyo dan Mbah Tanto. Aku pulang setelah 5 hari aku menjadi tempat penyimpanan sperma Mang Karyo dan Mbah Tanto. Aku memberi tau ke seluruh keluargaku kalau aku akan menikah 2 minggu lagi dengan Tomy. Mendengar kabar itu, orang tuaku dan seluruh keluargaku sangat bahagia. Orang tuaku berencana pulang untuk mempersiapkan pernikahan dengan Tomy. Sedangkan Tomy, aku menyuruhnya untuk mengakrabkan diri dengan Mang Karyo dan Mbah Tanto. Awalnya, aku takut kalau Tomy susah mengakrabkan diri dengan Mang Karyo dan Mbah Tanto karena perbedaan usia, tapi tak kusangka, mereka jadi sangat akrab bagaikan teman yang sudah lama tak bertemu. Yang membuat mereka jadi sangat akrab adalah aku karena mereka saling bertukar pengalaman bagaimana pertama kali bertemu denganku. Setidaknya, itulah yang kudengar dari Tomy.

Ketiga calon suamiku sudah akrab, kedua keluarga juga sudah ada di Indonesia, undangan sudah disebar, dan segala persiapan sudah selesai sehingga tinggal pelaksanaannya saja. Gaun pernikahan pun sudah kubeli bersama teman-temanku. Hari H datang, meskipun aku sudah tau Tomy luar dalam, tapi aku tetap deg-degan mungkin inilah perasaan seorang wanita jika menikah. Akhirnya, aku resmi menjadi istri Tomy, sekarang tinggal makan-makan dan foto-foto.
“wah,,kembang kampus ngeduluin kita nih,,”, kata temanku yang bernama Nina.
“hahaha,,bisa aja lo Nin,,”.
“padahal tadinya gue mau pdkt ke lo,,”, kata Agus yang merupakan temanku juga.
“hahahaha,,lo sih gak bilang-bilang,,”.
“eh,,lo gak salah pilih suami? lo kan cantik banget,,tapi maap ya,,suami lo gak ganteng sih?”, tanya Dewi, temanku.
“ya mau gimana lagi,,udah cinta sih,,kan cinta itu buta”.
“ahaha,,bisa aja lo,,”. Aku dan teman-temanku mengobrol sambil tertawa-tawa, begitu juga Tomy. Aku mengenalkan teman-temanku ke teman-teman Tomy.

Pesta berakhir saat sore hari, para tamu pulang, begitu juga keluargaku dan keluarga Tomy kembali ke luar negeri.
“Tom,,kamu udah siapin rumah kita kan?”.
“udah,,mendingan kita langsung nemuin Mang Karyo ‘n Mbah Tanto,,”.
“oh iya,,yuuk,,”. Kami berangkat ke desa dengan mobil Tomy. Hari itu, aku menikah 3x, tentu saja pernikahan dengan Mang Karyo dan Mbah Tanto tidak resmi, tapi hanya pernikahan sirih saja karena aku takut repot nantinya dan keliatannya Mang Karyo juga Mbah Tanto tidak keberatan jika tidak menikah resmi denganku. Aku, Tomy, Mang Karyo, dan Mbah Tanto langsung pergi ke rumah yang akan menjadi rumah kami. Tomy menyetir, Mang Karyo dan Mbah Tanto duduk di kursi belakang sementara aku duduk di samping Tomy.
“akhirnya,,bisa bikin anak juga,,”, kata Mbah Tanto.
“iya,,tapi inget ya,,ntar Mang Karyo duluan,,abis itu Mbah Tanto,,terakhir Tomy,,”, kataku.
“oke,,”, jawab Tomy.
“kamu gak apa-apa Tom dapet terakhir?”, tanyaku takut Tomy tidak senang.

“gak apa-apa kok,,kan Mang Karyo udah kenal kamu dari SMA,,”.
“dek Tomy bener gak apa-apa? kalo mau duluan,,gak apa-apa kok dek Tomy”, tanya Mang Karyo.
“gak ko Mang,,Mang Karyo yang pertama ntar,,”. Kami sampai juga di rumah baru kami yang sudah tertata rapi karena Tomy sudah menyiapkan rumah ini seminggu sebelumnya. Aku, Mang Karyo, dan Mbah Tanto keluar dari mobil sambil menunggu Tomy selesai memarkir mobil. Setelah Tomy selesai memarkir mobil, kami berempat masuk ke dalam rumah.
“Bunga mandi dulu ya,,”.
“yaudah,,kita juga mau istirahat dulu,,iya kan Mang Karyo, Mbah Tanto?”.
“he eh,,”, jawab mereka berdua. Tomy tidak tanggung-tanggung membeli rumah, rumah ini terdiri dari ruang dapur yang besar, ruang makan, ruang santai, ruang keluarga, ruang tamu, 2 kamar pembantu, 2 kamar tamu, 2 kamar kosong, 3 kamar, 1 kamar yang sangat besar, dan kamar mandi di setiap kamar. Aku menggunakan kamar mandi yang ada di kamar besar. Begitu aku masuk ke kamar yang paling besar, ada 1 ranjang yang sangat besar, 1 lemari pakaian, 1 buah tv yang sangat besar, meja rias dengan segala alat-alat kecantikan, cermin yang bisa menunjukkan dari kepala sampai kaki, dan hal-hal cewek lainnya.

Setelah mandi dan mengeringkan tubuhku, aku langsung keluar tanpa memakai apa pun dan menuju ke 3 suamiku yang sedang duduk dan menonton tv di ruang keluarga.
“Bunga mau nanya sesuatu nih?”, aku duduk di samping Mang Karyo.
“nanya apa?”, jawab mereka serentak.
“kan kita berempat udah nikah nih,,mau manggil Bunga apa?honey, sayang, apa mami?”.
“kalau aku,,mimi aja ah,,”, kata Tomy.
“oke,,kalau Mang Karyo ama Mbah Tanto?”.
“tetep aja deh,,”, kata Mang Karyo.
“iya,,sama ama Karyo”, kata Mbah Tanto.
“ha? tetep? yakin? sekarang boleh manggil apa aja kok,,”.
“nggak ah,,”.
“oh yaudah,,tapi Bunga boleh kan manggil papa ke kalian semua,,”.
“boleh lah,,”, jawab mereka serentak
“oh iya,,papa-papa sekalian jangan ada yang minum obat kuat ya,,soalnya Bunga pengen malem pertama yang alami,,”.
“beres,,”, jawab mereka bertiga.

“nah,,ayo sekarang papa Karyo duluan yuk,,”, kataku sambil menarik tangan Mang Karyo ke kamar yang paling besar.
“duluan ya,,”, kata Mang Karyo mengejek Mbah Tanto dan Tomy.
“dasar,,”, kata Tomy. Aku dan Mang Karyo bercinta dengan penuh gairah, dan malam itu sperma Mang Karyo yang pertama kali mencoba menembus sel telurku. Setelah beristirahat sejenak sehabis bercinta dengan Mang Karyo, aku keluar dari kamar dan menuju ruang keluarga bersama Mang Karyo dengan penis yang sudah lemas.
“ayo,,sekarang giliran papa Tanto,,”, aku menarik tangan Mbah Tanto
“dek Tomy,,yang sabar ya,,”, kata Mbah Tanto mengejek Tomy.
“aduh jadi gak sabar,,”, kata Tomy. Mbah Tanto menyetubuhiku dengan sangat bernafsu. Mbah Tanto menanamkan benihnya ke dalam vaginaku untuk membantu sperma Mang Karyo menembus sel telurku. Tubuhku sudah berpeluh keringat akibat begitu ‘panas’nya persetubuhanku dengan Mang Karyo dan Mbah Tanto. Aku keluar bersama Mbah Tanto ke ruang keluarga lagi.
“nah,,sekarang giliran papa Tomy deh,,”, kataku.



“asik,,akhirnya,,”. Di ranjang, Tomy menciumi dan menjilati seluruh bagian tubuhku yang sudah berkeringat, dia seperti memujaku bagaikan dewi. Satu bagian yang tidak ia jilati yaitu daerah selangkanganku karena sudah sangat belepotan sperma Mang Karyo dan Mbah Tanto. Aku memberinya kesempatan 2 kali untuk menembakkan spermanya ke dalam vaginaku karena aku kasihan padanya yang menunggu paling lama. Jadi, sekarang di dalam rahimku, sel telurku sedang dikeroyok oleh sperma dari 3 orang, mudah-mudahan bisa tembus sehingga aku bisa cepat mempunyai anak. Aku kembali ke ruang tamu dengan vagina yang sangat belepotan sperma.
“fiiuhh,,capek juga ya punya 3 suami,,”, kataku sambil duduk di samping Tomy.
“mudah-mudahan bisa cepet,,”, kata Mang Karyo.
“oh iya,,Bunga mau ngatur jadwal nih buat papa-papa,,”.
“jadwal apa?”, tanya mereka serempak.
“jadwal jatah lah,,”.
“oh,,”.
“gini,,kamar utama ada 4 kan,,masing-masing papa nempatin 1 kamar,,”.
“terus?”, tanya mereka serempak.

“hari Senin,,Bunga ngelayanin papa Karyo seharian penuh,,hari Selasa Bunga milik papa Tanto,,hari Rabu Bunga punya papa Tomy,,terus Kamis ama Jumat,,kita maen rame-rame deh”.
“terus Sabtu Minggu?”, tanya Mbah Tanto ingin tau.
“Sabtu Minggu bebas,,boleh jalan-jalan atau maen bareng lagi,,”.
“terus kalo misalnya papa Karyo ada urusan pas hari senin? jadi gak dapet jatah yang sendirian itu dong?”.
“nah,,Sabtu Minggu kan ada tuh,,”.
“oh iya,,iya,,ngerti”, jawab Mang Karyo.
“yah,,Mimi,,berarti lama dong,,papa Tomy dapet jatah sendiriannya?”.
“nggak,,minggu depannya digeser,,hari Senin papa Tanto, hari Selasa papa Tomy, hari Rabu papa Karyo, terus minggu depannya digeser lagi deh,,gimana,,adil kan?”.
“tapi boleh diganggu gak pas jatah sendiri?Hehehe”, tanya Mang Karyo.
“namanya juga jatah sendirian,,masa masih mau diganggu juga,,papa Karyo maruk ih,,hehehe”.
“abisnya pengen ngentotin non Bunga tiap hari,,”.
“yee,,dasar,,papa Karyo maruk,,woo,,udah ya,,Bunga mau tidur dulu,,”.
“yah kok tidur,,”, kata Mang Karyo kecewa.

“iya,,mending kita usaha bikin anak lagi,,”, tambah Tomy.
“katanya mau jadi istri yang baik,,”, Mbah Tanto menambahkan.
“biarin,,wee”, kataku sambil memeletkan lidahku.
“yee ngeledek,,yauda,,kita perkosa aja nih istri kita yang cantik tapi bandel ini”, kata Mang Karyo.
“ayo,,”, jawab Mbah Tanto dan Tomy serentak.
“aduh,,jangan dong,,ternyata ganas-ganas nih,,”, kataku sambil cekikikan. Aku diserang mereka bertiga, penis Mang Karyo di vaginaku, penis Mbah Tanto di anusku, dan penis Tomy di mulutku. Setiap 5 menit, mereka berganti lobang sehingga mereka bertiga kebagian semua lubangku. Setelah 30 menit, mereka bertiga menyemburkan sperma sekitar 3x semburan ke wajahku secara bersamaan, dan menyemprotkan sisanya ke payudaraku. Aku meratakan sperma yang ada di wajah dan payudaraku sehingga wajah dan payudaraku terlihat mengkilap.
“udah puas belum?”, tanyaku.
“belum sih,,tapi kasian non Bunga capek,,”, kata Mang Karyo.
“iya,,neng Bunga tidur aja,,”.
“kita mau nonton bola,,Mimi tidur duluan aja,,”.

“yaudah,,oh iya Bunga tadi cuma becanda,,Bunga gak bakal nolak ngelayanin papa-papa, jadi papa Karyo, papa Tanto, sama papa Tomy jangan ‘jajan’ diluar ya,,ntar kena AIDS,,”.
“udah pasti,,kalau istri secantik Mimi mah gak mungkin jajan diluar,,”.
“iya,,bener kata si Tommy,,”, tambah Mang Karyo.
“yaudah,,Bunga tenang,,Bunga tidur dulu ya,,dadah,,papa-papaku yang tersayang”.
“dah,,”. Aku tidur di kamar besar yang menjadi tempat malam pertamaku dengan 3 suamiku sehingga sambil mencoba untuk tidur aku bisa mencium aroma keringat dan sperma, ditambah lagi sperma yang ada di wajah dan payudaraku mulai mengering. Tapi, itu semua tidak membuatku susah tidur karena aku memang sudah capek. Selanjutnya, aku membagi jatah tubuhku sesuai jadwal yang kubuat sendiri. Karena pada setiap hari aku dibuahi seharian penuh, dalam waktu 3 minggu saja aku mulai mual-mual dan setelah diperiksa dokter kandungan ditemani Tomy, aku resmi mengandung anak dari benih gabungan antara Mang Karyo, Mbah Tanto, dan Tomy.

Tapi, tetap saja mereka menyetubuhiku hingga usia kandunganku mencapai 2 bulan. Aku sudah menyewa 2 pembantu wanita untuk bantu-bantu membersihkan rumah, dan 2 orang satpam. Awalnya mereka bingung kenapa aku punya 3 suami, tapi lama kelamaan mereka terbiasa. Mang Karyo, Mbah Tanto, dan Tomy memperlakukan aku bagai putri, segala keinginanku mereka penuhi, mereka juga mampu menahan nafsu mereka sehingga aku merasa nyaman. Selama mengandung, Mbah Tanto membuatkan jamu agar nanti aku melahirkan dengan mudah. Sampai bulan ke 7, aku mengidam yang biasa-biasa saja seperti makan yang asam, ingin merasakan masakan yang aneh-aneh dan sebagainya. Tapi, awal bulan ke 8 mulai aneh, aku mengidam hal-hal yang berhubungan dengan sperma, contohnya aku mengidam minum sperma memakai gelas, memakan roti atau biskuit dengan sperma, dan sebagainya. Aku takut kalau nanti anakku perempuan dan jadi sepertiku yang senang dengan kesenangan surga dunia, tapi aku tidak memikirkannya karena takut ketulah dan jadi kenyataan.

Akhirnya, waktu melahirkan tiba setelah air ketubanku pecah.
“mmmfffhh,,”, suaraku menekan bayiku keluar.
“ayo teruss,,kamu bisa,,”, dukung Tomy yang ada di sampingku dan menggenggam tanganku dengan erat. Mungkin karena jamu Mbah Tanto hanya dengan 3x dorongan bayiku sudah keluar.
“selamat,,nyonya Bunga,,anak anda perempuan,,”.
“hfffhh,,terima kasih dok”. Lalu tim dokter membawa bayiku ke ruang inkubator setelah dibersihkan. Tomy mengelap keringatku dan mengecup keningku.
“akhirnya,,anak kita berempat lahir,,”.
“iyaahh,,”, kataku lemah. Keluargaku dan keluarga Tomy datang keesokan harinya untuk menjenguk bayiku. Aku mengurus bayiku yang kuberi nama Monissa Putri Indriani di rumah keluargaku karena keluargaku memaksa ingin merawat bayiku, keluarga Tomy juga kadang-kadang berkunjung ke rumah untuk melihat bayiku. Aku ke rumahku bersama Tomy untuk menemui Mang Karyo dan Mbah Tanto. Untung, mereka mengerti dan tidak marah kalau bayi kami masih ada di rumah keluargaku, malah Mbah Tanto membuatkanku jamu untuk melangsingkan tubuh sehabis hamil.

Kalau diliat-liat, tubuhku memang bertambah besar sehabis persalinan.
“papa Tanto bisa bikin jamu apa aja ya?”.
“ya lumayan bisa banyak macem bikin jamunya,,”.
“wah,,gak nyangka papa Tanto hebat,,”.
“oh iya,,jangan lupa ngurusin badan ya,,”.
“iya,,iya,,Bunga bakal ngurusin badan,,biar papa-papa nafsu lagi,,”.
“bagus deh,,tapi toketnya jangan ya,,bagus nih”, kata Mang Karyo sambil memegang payudaraku yang kini 36 C karena penuh susu.
“iya nih,,bagus,,”, tambah Mbah Tanto sambil menarik kaosku ke atas sehingga payudaraku yang semakin besar tapi tetap kencang bisa dipegang-pegang oleh Mang Karyo dan Mbah Tanto. Ketika mereka berdua meremasnya, susu langsung terpancar keluar dari kedua putingku.
“wih,,sekarang ada susunya,,bagi ya,,”, kata Mang Karyo.
“yaudah,,tapi jangan banyak-banyak ya,,ntar dedek bayi gak kebagian,,”.
“iya,,iya,,”. Aku merasa geli dan nikmat ketika mereka berdua menghisap keluar susu dari kedua putingku. Tomy datang dan melihat Mang Karyo juga Mbah Tanto sedang menyusu kepadaku.



“wah,,Mimi lagi bagi-bagi susu ya,,”.
“enak aja,,emangnya aku tukang susu,,nih papa Karyo ‘n papa Tanto pengen minta susu,,papa Tomy mau juga?”.
“mau dong,,”.
“yaudah,,tapi abis papa Tanto ya,,”, mereka berdua menyedot susuku selama 5 menit.
“papa Tanto,,papa Karyo,,udahan dong,,jangan diabisin,,”, kataku sambil menepuk-nepuk kepala mereka berdua. Ketika Mbah Tanto selesai, Tomy langsung menggantikan posisinya meminum susu dari payudara kiriku.
“maap non Bunga,,abisnya susu non Bunga manis banget,,”.
“iya,,masih seger lagi,,langsung dari sumbernya,,”, tambah Mbah Tanto. Setelah 5 menit, Tomy selesai meminum susuku.
“udah kan,,Bunga pulang dulu ya,,papa Karyo,,papa Tanto,,”.
“jangan lama-lama ya pulangnya,,gak sabar pengen ngerawat dedek bayi,,”, kata Mang Karyo.
“oke,,daah,,”. Selama sebulan, aku merawat bayiku bersama keluargaku hingga keluargaku kembali ke luar negeri karena proyek ayahku disetujui dan harus cepat dilaksanakan.

Aku kembali ke rumahku untuk merawat buah hatiku bersama Mang Karyo, Mbah Tanto, dan Tomy. Mang Karyo dan Mbah Tanto keliatan sangat senang karena mereka memang baru melihat buah hati kami.
“ternyata bener ya Yo,,”.
“kenapa Mbah?”.
“kalo cewek cantik pasti anaknya juga cantik ya,,”.
“iya Mbah,,masih bayi aja udah cantik ‘n lucu begini,,”.
“papa Karyo,,papa Tanto bisa aja,,ini kan hasil kita berempat,,”.
“oh iya non Bunga,,kayaknya badannya udah bagus lagi tuh,,”.
“ini gara-gara Bunga minum jamu papa Tanto ‘n sering olahraga,,oh iya,,papa Karyo sama papa Tanto manggil Bunga jangan kayak dulu dong,,”.
“emang kenapa?”, tanya Mbah Tanto.
“ntar anak kita kalo udah gede bingung,,”.
“iya juga sih,,terus manggil apa?”, tanya Mang Karyo.
“papa Karyo panggil mami.,papa Tanto manggil mama,,”.
“tapi susah,,gak biasa,,”.
“ya harus dibiasain,,demi anak kita,,okeh.?”. Sejak saat itu Mang Karyo dan Mbah Tanto mulai belajar menyebutku dengan Mami dan Mama.

Dalam waktu 2 bulan, tubuhku sudah kembali ke bentuk semula malah kali ini, tubuhku semakin montok karena kedua buah payudaraku kini bertambah besar menjadi 36 C dan pantatku juga semakin bulat dan kenyal, mungkin hasil dari fitness dan jamu buatan Mbah Tanto. Aku meminum obat anti hamil lagi karena mereka mulai melampiaskan nafsu padaku lagi sedangkan aku tidak mau hamil lagi sampai umur anakku 2 tahun. Tentu saja, susuku tidak disia-siakan oleh 3 suamiku, tapi aku tidak memberikannya kecuali bayiku sudah meminum susu. Seperti rumah tangga pada umumnya, Tomy dan aku sering berselisih paham, tapi karena kemampuan Mang Karyo yang hebat menenangkan orang serta Mbah Tanto yang bijaksana membuat aku dan Tomy bertengkar paling lama hanya 2 hari, sedangkan Mang Karyo dan Mbah Tanto tidak pernah marah-marah kepadaku. Jika aku sedang bete karena haid, Mang Karyo dan Mbah Tanto malah memanjakanku yang membuatku jadi tidak marah lagi. Aku menanyakan kenapa mereka tak pernah marah-marah kepadaku.



Jawaban yang mereka berikan karena mereka sangat mencintaiku dan sama sekali tidak mau menyakitiku. Oleh sebab itu, pernikahan kami tidak mengenal dan tidak pernah terucap yang namanya kata cerai karena kami hidup harmonis. Aku tidak tau apakah mereka bertiga ‘jajan’ di luar atau tidak, tapi yang pasti aku selalu mencuci penis mereka bertiga dengan telaten setiap mereka bertiga pulang dari suatu tempat. 2 tahun lewat, aku siap untuk hamil yang kedua kalinya karena itu aku tidak meminum obat anti hamil lagi. Dalam waktu 1 bulan, aku sudah mengandung dan melahirkan 9 bulan setelahnya dengan normal tanpa operasi cesar mungkin karena jamu Mbah Tanto. Bayi keduaku adalah laki-laki dan kami beri nama Agus Putra Widyanto . Aku membiasakan kedua anakku untuk memanggil Mang Karyo dengan sebutan Papi, Mbah Tanto dengan sebutan Papa, dan Tomy dengan sebutan Ayah. Semakin besar, mereka bertanya-tanya kenapa ayah mereka ada 3. Aku hanya menjawab aku cinta kepada 3 ayah mereka.

Aku mengikuti program KB sehingga aku tidak bisa hamil lagi, tapi tetap saja Mang Karyo, Mbah Tanto, dan Tomy tidak bisa melampiaskan nafsu mereka kepadaku dengan mudah seperti dulu karena kini, ada 2 anak yang selalu membuntutiku. Mereka mulai beranjak remaja, aku menjelaskan kenapa mereka mempunyai 3 ayah. Aku mengira mereka akan menganggap aku pelacur atau semacamnya karena mempunyai 3 suami, tapi mereka malah bersyukur karena mempunyai 3 orang ayah sehingga kasih sayang yang mereka dapat 3x lebih banyak. Aku lega sekali karena rahasia yang kusimpan dari 2 anakku sedari dulu akhirnya kuceritakan dan mereka menerima keadaan ibu mereka dengan senang hati. Tomy menjadi penerus dari perusahaan-perusahaan ayahnya yang telah merajai pasar dunia, Mbah Tanto membuka perusahaan jamu dengan modal dari Tomy, Mang Karyo malah menjadi ahli jiwa meskipun tidak mempunyai gelar sarjana psikologi tapi semua pasien yang pernah datang kepadanya merasa masalah mereka bisa terpecahkan setelah berkonsultasi dengan Mang Karyo, sedangkan perusahaan ayahku, kuberikan posisiku ke adikku karena dia selalu ingin memimpin perusahaan ayah.

Mang Karyo, Mbah Tanto, dan Tomy sukses dalam bidangnya masing-masing serta adikku selalu memberikan 40% keuntungan perusahaan setiap tahunnya kepadaku. Itu semua membuat keluargaku sangat kaya, tapi untungnya aku selalu membiasakan kedua anakku untuk hidup sederhana sehingga mereka tidak menjadi anak manja yang kerjanya menghabiskan uang. Mbah Tanto memberikan jamu ‘pembentuk tubuh’ kepada Monissa sehingga tubuhnya berkembang menjadi tubuhku yang dulu malah lebih sintal dan putih. Agus diberikan jamu ‘perkasa’ oleh Mbah Tanto sehingga badannya atletis dengan sendirinya. Monissa tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan sexy, sementara Agus tumbuh menjadi pemuda yang tampan, gagah, dan macho. Mbah Tanto menurunkan kemampuannya membuat jamu ke Monissa sedangkan Mang Karyo menurunkan kemampuannya mencari solusi ke Agus. Tomy telah memutuskan penerus perusahaan adalah Agus.

Adikku juga memberikan setengah kekuasaan perusahaan keluarga kami ke Monissa. Kami menjadi keluarga yang harmonis dan sejahtera. Mbah Tanto meninggal, disusul Mang Karyo 5 tahun kemudian sehingga tinggal aku dan Tomy saja yang melihat kedua anak kami menikah dengan orang baik-baik. Aku lega karena Monissa tidak menjadi sepertiku. Tomy meninggal lebih dulu daripadaku. Aku menyusul 4 tahun kemudian sehingga aku bisa berkumpul lagi dengan Mang Karyo, Mbah Tanto, dan Tomy. Kami melihat kehidupan kedua anak kami dari atas dan kami bahagia karena masing-masing dari mereka mempunyai keluarga yang harmonis juga.
“Non Bunga,,maen yuk,,udah lama gak maen,,”, kata Mang Karyo yang dalam keadaan muda.
“iya nih,,udah lama gak maen ama neng Bunga,,”, tambah Mbah Tanto yang kini dalam keadaan muda juga.
“aku ikutan juga dong,,”, ujar Tomy.
“ayo,,papa-papaku,,”, kataku yang dalam keadaan umur 18 tahunan. Kami menutup pintu rumah akhirat kami dan terdengarlah suara yang tidak asing lagi.

THE END
——————————–