Jilbab Dewi, dengan air mata penyesalan lantai itu dibersihkan

Kadangkala, Dewi merasa kesepian juga. Dulu, ia punya banyak teman. Semasa sekolah di SMSR, ia pun termasuk gadis yang pandai bergaul. Setelah menikah dan punya dua anak balita, sebetulnya ia masih sering berhubungan dengan teman-temannya. Ia pun punya banyak kenalan baru, ketika anaknya masuk TK. Tapi setahun terakhir ini, semuanya berubah. Ia dan suaminya ikut kelompok pengajian. Hingga akhirnya, ia merasa yakin jilbab panjangnya tak cukup lagi. Ia mulai mengenakan cadar hitam, hingga kini tinggal sepasang mata indahnya saja yang tampak.Sejak itulah satu persatu temannya meninggalkannya. Sebetulnya, Dewi merasa ia yang bersalah. Ialah yang meninggalkan mereka dengan tak pernah menghubunginya lagi. Dia sendiri yang mengasingkan diri !


Kesepian itu kadang mendatanginya, terutama ketika suaminya meninggalkannya mengikuti jadwal kajian lelaki. Apalagi, seringkali suaminya mengajak kedua anaknya turut serta. Seperti kali ini, Dewi sendirian di rumahnya yang tertutup rapat. Di samping kiri dan belakang rumahnya cuma semak belukar. Di samping kanan ada TK Pertiwi yang sepi di siang hari begini.

Di jalan beraspal depan rumahnya pun cuma sesekali terlihat mobil lewat. Dewi sedang membunuh sepi dengan membaca-baca majalah saat terdengar suara mobil berhenti tepat di depan rumah. Dari jendela ruang tamu yang berkaca gelap terlihat sebuah mobil L-300 berhenti. Lalu, dari pintu belakang turun tiga sosok berjubah dan cadar rapat serba hitam. Menyusul kemudian seorang lelaki yang mengemudikan mobil itu. Dewi tak kenal lelaki berjenggot tapi tak berkumis itu. Tetapi dari tiga perempuan yang bersamanya, Dewi menduga, ia pasti salah satu teman suaminya yang beristri tiga. Karena itu, ia tak berlama-lama membuka pintu, ketika salah satu dari gadis bercadar itu mengetuknya.

“Abi ada, Mbak?” tanya lelaki itu.“Lagi ikut pertemuan,” sahut Dewi yang kini juga telah mengenakan cadarnya. Cadar Dewi yang memperlihatkan bagian matanya berbeda dengan cadar tiga perempuan di depannya.“Kalau boleh, kami mau tunggu di dalam,” lanjut lelaki itu.“Oh... silakan, silakan...,” sahut Dewi.

Dewi pun masuk ke ruang dalam bersama tiga istri lelaki itu. Lelaki berjenggot itu pun duduk di karpet yang digelar di ruang tamu. Di ruang dalam, Dewi duduk di antara tiga tamunya. Ia pun melepas cadarnya. Agak heran juga Dewi karena tiga perempuan di depannya tak melakukan hal yang sama.

“Nuwun sewu, saya belum kenal panjenengan semua...” katanya.Tiga perempuan di hadapannya terlihat saling berpandangan. Lalu, berbarengan ketiganya melepas cadar yang menutup rapat wajah mereka. Sontak Dewi menjerit dan bangkit berdiri sambil mengenakan kembali cadarnya. Ia terkejut luar biasa ketika melihat di balik cadar adalah wajah-wajah kasar tiga lelaki.“Sss...si... siapa...kalian?” katanya dengan suara gemetar.

“Nanti kamu tahu siapa kami. Yang perlu kamu tahu sekarang, jangan coba-coba berteriak, karena kami punya ini...” sahut Bar, lelaki berkumis tipis, sambil memperlihatkan belati besar bergerigi di bagian atasnya. Bar, Nas dan Sur telah melepas cadar dan jubah mereka. Tinggal T- shirt dan celana pendek di baliknya.

“Ke sini, berdiri di sini !” perintah Bar sambil mengacungkan belatinya ke arah Dewi. Dewi menggelengkan kepala sambil terisak. Ia tak mengira akan menghadapi situasi seperti ini. Tiba-tiba dilihatnya Jos, lelaki satunya, datang dari ruang tamu dan langsung mendekatinya. Dewi memekik ketika lengannya dicengkeram dan diseret ke tengah lingkaran tempat tiga lelaki itu duduk. Dewi menggigil. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Empat lelaki itu duduk mengelilinginya. Dewi merasa sangat ngeri. Tatapan keempat lelaki itu seperti menelanjanginya.

“Aihhh... “ perempuan itu memekik dan langsung menepis tangan Bar yang meremas pantatnya. Namun, saat bersamaan, Sur menyentuh pangkal pahanya yang tertutup busana panjang berwarna hitam.“Jangan... ohhh... tolong... jangan....” katanya memelas, sambil
kini menepis tangan Sur.“Sekali lagi tanganmu bergerak, kupotong dengan belati ini!” ancam

Bar. Ditangkapnya tangan Dewi yang berbungkus sarung tangan hitam dan berlagak menekan belatinya ke pergelangan tangan Dewi. Ibu muda itu ketakutan. Kedua tangannya kini terulur diam ke kedua sisi tubuhnya. Empat pasang tangan kini berebut menjamah tubuhnya yang masih tertutup busana rapat.

Sur melanjutkan meremas-remas pangkal pahanya. Bar menjamah pantatnya sesuka hati. Dewi merasakan dua pasang tangan lainnya mulai merogoh lewat bagian bawah jubahnya. Kedua kakinya ditarik ke arah berlawanan sejauh setengah meter, hingga ia terpaksa berdiri mengangkang. Tangan Jos meraba betisnya, terus naik ke kedua paha dan berhenti di pinggulnya. Dewi menangis saat merasa Jos menarik turun rok dalam sekaligus celana dalamnya. Sur dan Bar makin semangat meremas bagian favorit mereka. Tapi Nas tertarik bagian lain. Ia berdiri dan menyampirkan jilbab lebar Dewi ke pundaknya. Tangannya merapatkan busana lebar Dewi ke tubuhnya hingga gundukan payudara Dewi terlihat. Dewi memejamkan matanya saat Nas dengan penuh nafsu meremas-remas kedua payudaranya dari luar pakaiannya.Dewi menggeliat-geliat antara takut dan sensasi yang aneh. Matanya mendadak mendelik ketika merasakan tangan Jos di balik jubahnya menyentuh bagian tubuhnya yang paling pribadi. Jemari Jos terasa berusaha membuka celah vaginanya. Dewi bisa merasakan, tampaknya dua jari Jos telah terjepit pintu liang vaginanya.

“Aaaakkkkhhhh....sakkkiiiittt....” Dewi merintih kesakitan. Sebab, Jos tiba-tiba mendorong dua jarinya masuk jauh ke liang vaginanya. Jos mendiamkan sejenak dua jarinya di dalam. Ia merasakan dinding vagina Dewi meremas-remas kedua jarinya. Dewi merintih-rintih. Tangannya berusaha menepis tangan Jos, tapi Bar malah menariknya ke belakang dan memeganginya.Dewi menggeliat-geliat, Jos mulai menggerakkan kedua jarinya berputar- putar.“Memekmu boleh juga. Kontolku pasti betah di situ,” kata Jos, kini sambil menarik turun kedua jarinya.

“Ohhh...oooohhh... sudahhh... sakit sekali... ohhh....Aaaaakkkkhhh....” Dewi merintih dan tiba-tiba menjerit ketika Jos dengan tiba-tiba mendorong kembali kedua jarinya sejauh mungkin. Dewi sampai berjingkat dibuatnya. Apalagi Jos kemudian dengan gerak cepat menusuk-nusuk vagina perempuan itu. Rasa sakit di bagian bawah tubuhnya membuat Dewi tak begitu memperhatikan yang dilakukan Nas. Lelaki itu ternyata telah membuka empat kancing atas jubah Dewi. Kulit dada Dewi yang putih mulus sudah terlihat.

Dewi baru sadar dan memekik ketika tangan Nas langsung merogoh ke balik branya. Seperti kesetanan, Nas menarik keluar kedua payudara Dewi. Dua gundukan daging itu kini merojol dan menjulang tersangga branya yang masih terpasang. Nas langsung meremas-remas dan mengulum kedua putingnya berganti-ganti.Laki-laki lainnya tak tahan lagi. Mereka mulai mencabik-cabik jubah Dewi. Dewi memekik-mekik.

Dalam sekejap, tinggal bra dan cd yang masih melekat serta jilbab, cadar, kaus kaki dan kaus tangan hitamnya. Bra dan cd pun segera melayang disambar belati.Dewi seperti kelinci yang dikeroyok kawanan serigala. Tubuh telanjangnya yang berkulit sawo matang dijamah komplotan itu habis- habisan. Jos masih mendorong dua jarinya keluar masuk vagina Dewi yang tampak bekas dicukur bersih. Nas dan Bar berebut mengulum sepasang payudaranya. Sementara Sur meremas-remas pantatnya yang bundar.Dewi menjerit agak keras ketika tubuhnya dibaringkan telentang di karpet. Dia meronta-ronta dengan sia-sia. Bar mengangkangi wajahnya dan langsung menarik turun cadar hitamnya.

“Emut kontolku !” perintahnya.Dewi terisak-isak. Kepalanya menggeleng-geleng, menghindari penis Bar yang menuding wajah lembutnya. Apalagi, di saat yang sama, ia merasakan pangkal pahanya dijilati Jos. Sementara dua lelaki lainnya tak bosan-bosan mengulum kedua putingnya. Bar tak sabar. Dipencetnya hidung mancung perempuan muda itu. Tak bisa bernapas, Dewi akhirnya membuka mulutnya. Saat itulah yang dinanti-nanti Bar. Ia langsung memasukkan penisnya ke bibir Dewi yang terbuka. Jerit tangis Dewi terbungkam oleh penis Bar yang besar. Di tengah rasa ingin muntah dan kesulitan bernapas, Dewi mencemaskan hal lain. Sesuatu yang keras tengah menekan permukaan liang vaginanya. Jos yang sejak tadi menjilati pangkal pahanya, kini memang dalam posisi siap menyetubuhinya. Jerit kesakitan Dewi terbungkam penis Bar, saat Jos dengan kekuatan penuh mendorong penisnya melesak ke dalam vaginanya yang rapat. Dari mata Dewi menitik cairan bening.

Sama sekali ia tak menyangka bakal mengalami penistaan hebat seperti ini. Jos langsung menggenjot penisnya keluar masuk dengan gerak cepat dan kasar. Rupanya ia sudah memendam hasrat terlalu lama. Buktinya, tak sampai lima menit ia menggereng dan mendorong penisnya sampai ke dasar liang vagina Dewi dan menyemburkan spermanya.Dewi merintih-rintih. Di tengah rasa sakit di pangkal pahanya, ia mencemaskan penis yang tengah dikulumnya. Sebab, Bar kini berhenti menggerakkan penisnya hingga terasa kerongkongannya tertekan kepala penis lelaki itu. Lalu, penis itu sejenak terasa berdenyut dan menyemburkan cairan kental yang langsung memenuhi rongga mulutnya.

Dewi melotot. Ia coba meronta melepaskan diri. Tapi sia-sia. Perempuan itu terpaksa menelan sebagian besar sperma Bar. Ketika Bar dan Jos akhirnya melepaskan dirinya, Dewi terbatuk-batuk. Dari sela bibirnya menetes sebagian sperma Bar. Sementara sperma Jos meleleh keluar dari bibir vaginanya yang agak terbuka.Dewi menggulung dirinya, meringkuk miring di lantai. Nas dan Sur yang sejak tadi hanya menonton kini berjongkok di dekatnya. Sur bahkan langsung menarik pinggul Dewi hingga kini ia dalam posisi nungging. Nas mencengkeram dan meremas-remas kedua payudaranya yang berayun menggantung.

“Aaaakhhh... sudddahhhh....jangnggaaannn....!” Dewi memekik dengan suara serak saat telapak tangan Sur mendarat di selangkangannya. Percuma saja. Sur tanpa banyak bicara langsung menyetubuhinya. Dewi menjerit-jerit kesakitan. Apalagi Nas kini memelintir-melintir kedua putingnya. Khawatir jeritan Dewi terdengar tetangga, Jos maju ke depannya. Diangkatnya dagu Dewi, dipaksanya ia mengulum penisnya yang berlumur sperma.

Tak sampai 10 menit Sur memperkosa Dewi. Tapi gayanya yang brutal begitu menyakiti perempuan itu. Apalagi, beberapa saat sebelum sampai puncak, Sur beralih ke depan, menggantikan posisi Jos dan menumpahkan spermanya ke mulut perempuan alim itu. Beberapa semburan terakhir diarahkannya ke wajah sendu Dewi.Sekujur tubuh Dewi lemas, karena kelelahan dan kesakitan. Karena itu, ia hanya bisa merintih lemah saat Jos dengan penisnya yang kembali mengeras menjadikan anusnya sebagai sasaran. Dua jari Jos yang dibasahinya dengan sperma teman-temannya dalam vagina Dewi, kini dipaksanya masuk ke lubang anus Dewi yang sempit.“Euungggghhhhhhh....” Dewi merintih kesakitan. Apalagi Jos kemudian menggerakkan kedua jarinya berputar-putar, seperti hendak melebarkan lubangsempit itu. Begitu merasa cukup, Jos menggantikan jarinya dengan penisnya. Meski kesulitan, masuk juga batang penis Jos sampai setengahnya diiringi suara pekik Dewi seperti binatang disembelih. Mula-mula perlahan saja Jos menggerakkan penisnya keluar masuk. Tapi, lama kelamaan ia melakukannya dengan brutal. Darah mengalir lewat kedua pahanya. Rintih kesakitan Dewi pun lagi-lagi dibungkam. Kali ini oleh penis Nas.

Tiba-tiba Jos menarik tubuhnya, hingga kini ia terduduk di pangkuan lelaki itu dengan penisnya menancap dalam ke lubang anusnya. Dewi menggigit bibirnya menahan sakit luar biasa. Jos tidak berhenti, ia kemudian berbaring dengan kedua tangannya berpegangan pada sepasang buah dada Dewi yang kini terlentang di atasnya. Sur tak membuang kesempatan itu, langsung memaksa Dewi mengulum lagi penisnya.“Ayo Nas, sodok memek cewek ini,” perintah Jos pada temannya yang belum mendapat bagian sejak tadi. Tanpa diperintah dua kali, Nas langsung menindih Dewi. Tubuh perempuan bercadar hitam itu menggigil hebat saat dua lubang yang bersebelahan di bagian bawah tubuhnya dimasuki dua benda keras bersamaan. Kalau saja bisa, Dewi pasti sudah berteriak histeris. Tapi penis Sur membuatnya hanya mampu mengeluarkan rintihan lemah.

Nas dan Jos seperti kesetanan menggarap tubuh perempuan berwajah lembut itu. Keduanya berebut memasukkan penis mereka sejauh-jauhnya ke dua lubang yang bersebelahan itu. Tangan-tangan kasar mereka juga berebut mencengkeram, mencubit dan mencakar sepasang payudara montok Dewi. Gundukan daging yang semula mulus itu kini penuh goresan dan bekas memar membiru. Di pucuk puting kirinya malah menitik darah. Kedua pemerkosa Dewi akhirnya mencapai puncak kenikmatan dengan menyemburkan sperma masing-masing ke vagina dan anusnya. Tapi penderitaan Dewi belum berakhir. Bar kini memaksanya kembali ke posisi doggy. Penisnya dengan mudah masuk ke vagina Dewi yang basah kuyup oleh sperma pemerkosa-pemerkosa sebelumnya. Dewi memekik agak keras ketika lagi-lagi tubuhnya ditarik ke belakang hingga kini terbaring di atas tubuh Bar. Penis Bar yang menusuk vaginanya terasa seperti tongkat keras yang mengungkit bagian sensitif tubuhnya.

“Hey Sur... ayo kita bikin two in one !” teriak Nas sambil tangannya meremas-remas payudara Dewi yang memar. Sur yang sedang asyik mengurut-urut penisnya yang tadi tegang kembali karena dikulum Dewi, menyeringai mendengar ajakan itu. Ia langsung menempatkan dirinya di hadapan pangkal paha Dewi. Dewi pasti sudah menjerit histeris saat Sur memaksa penisnya masuk ke vagina yang sudah disesaki penis Bar, kalau saja Jos tidak memaksanya mengulum penisnya yang berlendir. Dua penis kini berebut menyodok- nyodok bagian tubuh yang paling dijaganya sepanjang hidup. Dewi tak sanggup lagi. Hanya beberapa saat sebelum Bar dan Sur berurutan menembakkan sperma mereka ke dalam vaginanya, Dewi pingsan. Keempat lelaki itu pun berbenah dan meninggalkan korbannya tergeletak tak berdaya di lantai ruang tengah rumahnya. Jos sempat-sempatnya memasukkan gagang sapu ke vagina Dewi sebelum mereka akhirnya pergi....