Dewi - Ki Jaya, Dukun Sakti, bag 1

Sudah 2 minggu ini Dewi aktif berangkat kerja di perusahaan suaminya, dan selama 2 minggu itu Dewipun mendapatkan kepuasan melakukan persetubuhan dengan suaminya dan Erwin, selama 2 minggu ini Dewi melayani mereka berdua di kamar hotel Erwin, berbagai posisi telah mereka lakukan, hanya satu posisi yang belum dilakukan oleh mereka yaitu Double Penetration, karena baik Hendro maupun Erwin menjaga agar istrinya tidak kaget jika mereka melakukan DP, mereka takut Dewi menjadi marah dan tidak mau meladeni mereka lagi, tapi mereka tidak mengetahui bahwa Dewi sudah berpengalaman disodomi dan disodok memeknya berbarengan, dan juga mereka tidak mengetahui bahwa Dewi sangat menginginkan kedua kontolnya mereka itu masuk berbarengan di kedua lubangnya, tapi Dewi juga tidak mau Hendro dan Erwin curiga bahwa dia sudah pernah melakukan hal tersebut, jadi Dewi tidak pernah meminta hal tersebut.

Rumahnya sekarang sudah memakai Satpam sendiri, suaminya sengaja menggunakan Satpam untuk menjaga rumahnya, Hendro merekrut 4 orang Satpam untuk menjaga rumahnya Siang-Malam, ke 4 orang Satpam itu secara bergiliran berjaga siang dan malam, alasan Hendro kepada istrinya agar Dewi menjadi aman saat pulang kerja kalau dirinya sedang tidak berada di Jakarta, tapi alasan utama Hendro adalah agar Dewi tidak dapat membawa pulang lelaki dan ngentot dengan lelaki lainnya, tapi Hendro tidak tahu bahwa Dewi bisa saja melakukan persetubuhan dengan para supir, jongosnya dan anak tirinya, Hendropun sudah menginstruksikan para Satpamnya agar memberi laporan kepada dirinya apabila istrinya membawa lelaki ke rumah mereka.

Hasan adalah yang paling tua diantara satpam itu usianya sudah 45tahun dan dia bertindak sebagai kepala regu dari mereka, tampangnya memang agak seram, tapi orangnya ramah dan murah senyum, dan Hasan juga sangat tegas dan disiplin, kemudian ada Marno dan Dayat yang berusia 36tahun, tampang mereka juga jauh dari cakep, dan yang terakhir adalah Asep, usianya baru 30tahun, ke 4 satpam itu sudah berkeluarga semua, tapi yang paling menarik hati Dewi adalah tubuh mereka betul-betul tegap dan tinggi, dan tonjolan di celana ketat satpam mereka, Dewi membayangkan bahwa kemaluan mereka pasti lebih besar dari punya suaminya, Dewipun selalu menelan ludah saat mencuri pandang ke tonjolan yang berada di selangkangan mereka, ia selalu menikmati pemandangan pagi saat melihat ke 2 satpam itu berdiri ataupun saat ia pulang dan melihat kedua satpan yang lainnya, ingin rasanya ia menikmati pentungan-pentungan satpam itu mengobrak-abrik memeknya.

Hari ini adalah hari pertama Dewi berangkat sendiri ke kantor, suaminya dan Erwin sudah berangkat ke luar kota kembali, setelah mereka yakin bahwa Dewi sudah bisa menangani urusan-urusan kantor saat mereka tidak ada di Jakarta, Yono yang hari ini bertugas mengantar Dewi ke kantor, matanya tidak dapat berkedip melihat paha mulus Dewi, sudah lama Yono tidak merasakan jepitan memek Dewi di kontolnya, ingin rasanya ia ngentot nyonya majikannya lagi, tapi mimpinya dipanggil oleh Dewi untuk memuaskan nyonyanya itu tidak kunjung tiba apalagi tuannya selama hampir 1 bulan ini berada di Jakarta, dan nyonyanya mulai sibuk pergi ke kantor dan selalu pulang malam, saat pulangpun pasti bersamaan dengan tuannya, tapi pagi ini harapannya yang sudah mulai pupus kembali merekah, saat Bambang pagi-pagi sudah mengantar tuannya ke Airport, dalam hatinya Yono mulai berharap kembali bahwa suatu waktu nanti nyonyanya memanggil dia untuk memasukkan kontolnya kelubang memek nyonyanya itu.

Hari ini Dewi yang mengenakan blazer hitam dengan rok span hitam juga dan blouse putih tanpa lengan dibagian dalamnya, terlihat lebih anggun dan sexy dimata Yono, apalagi saat Yono melihat belahan dada Dewi saat Dewi menaiki mobil, pikiran Yono terbangkit kembali saat dia melumat kedua payudara Dewi tersebut, dan saat Dewi duduk Yono melihat celana dalamnya yang berwarna merah terpampang di kaca spionnya, rok span hitam Dewi yang hanya sebatas pertengahan paha tidak dapat menyembunyikan CDnya tersebut, Yono membayangkan lubang kenikmatan yang bersembunyi dibalik CD tersebut, yang ia bisa lakukan hanya menelan ludah dan membayangkan vagina yang berada di balik CD tersebut.

Tapi Yono tidak hanya sendiri yang membayangkan tubuh indah Dewi itu, ke 2 satpam yang mendapatkan giliran pagi ini juga menelan ludah mereka melihat bentuk tubuh nyonyanya itu, ke 2 satpam itu dengan mencuri-curi pandang menjelajahi bentuk tubuh Dewi yang aduhai, biasanya kalau nyonyanya keluar rumah dengan tuannya, mereka tidak berani mencuri-curi pandang seperti sekarang ini, karena takut ketahuan oleh tuannya, bisa-bisa mereka dipecat, tapi pagi ini saat nyonyanya ini berangkat sendiri mereka mulai berani mencuri-curi pandang, dalam hati mereka pantas tuannya menitip pesan untuk melapor bila nyonyanya membawa lelaki pulang kerumah, karena tuannya takut istrinya ini dientot oleh lelaki lain, merekapun membayangkan kalau mereka bisa menikmati keindahan tubuh nyonyanya ini, tanpa mereka rasa pentungan mereka bergerak bangkit, dan membuat tonjolan yang nampak jelas di celana mereka, tanpa diketahui oleh ke 2 satpam itu mata Dewi sempat melirik ke arah selangkangan ke 2 satpam itu dan Dewi melihat tonjolan besar di celana mereka, dan Dewi tersenyum melihat itu, pikiran nakalnya mulai berputar mencari jalan untuk dapat menikmati pentungan-pentungan para satpamnya itu.

Dalam perjalanan ke kantor, baik Yono maupun Dewi asyik dengan pikiran masing-masing, Yono asyik dengan mimpi-mimpinya dipanggil oleh nyonyanya untuk memasukkan kontolnya kedalam memek nyonya itu, dan Dewi asyik dengan pikirannya tentang asyiknya di sodok-sodok oleh pentungan-pentungan satpamnya yang mempunyai tubuh-tubuh yang kekar.

Saat mobil berhenti di lampu merah, mata Dewi terpaku pada sebuah majalah yang ditawarkan oleh pedagang asongan, hati Dewi tertarik untuk membeli majalah tersebut, kemudian Dewipun membeli majalah tersebut, majalah itu berisikan cerita-cerita tentang hal-hal yang misteri yang terjadi di Indonesia, saat Dewi mulai membuka satu-persatu halaman majalah tersebut matanya tertarik dengan sebuah iklan mini yang nyaris tidak terlihat oleh mata, karena iklan tersebut tidak seperti iklan-iklan yang lainnya, “Anda ingin tubuh anda kembali segar dan di sukai kembali oleh suami anda, hubungi Ki Jaya, No. HP. 08*********” begitulah bunyi iklan tersebut, Dewipun penasaran dengan iklan tersebut, ia penasaran dengan yang dimaksud oleh iklan tersebut tentang tubuh yang kembali segar dan disukai lagi oleh suaminya, dalam hatinya ia bermaksud untuk menelpon no tersebut dan menanyakan hal tersebut.

Sesampainya di kantor, setelah menyuruh Yono untuk standby, Dewipun segera melangkah masuk ke kantornya, para karyawan yang berpapasan dengannya mengucapkan selamat pagi yang dibalasnya dengan sapaan pagi serta senyuman manis, banyak para pria yang berada di kantornya mengagumi atasan baru mereka ini, orangnya yang cantik, murah senyum dan sexy, sementara para wanitanya banyak yang merasa iri melihat bentuk tubuh Dewi yang sexy.

Mira menghampiri bossnya sambil membawa agendanya, untuk menyampaikan beberapa agenda bossnya hari ini, setelah selesai Mirapun keluar ruangan dan menutup pintu kantor Dewi, Dewi segera asyik dengan tugas-tugas rutinnya, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, saat itu Dewi teringat dengan iklan yang membuat dia penasaran, diambilnya majalah dari dalam tasnya, kemudian dibukanya halaman yang sudah di tandai oleh dia, Dewipun kemudian mengangkat telepon di mejanya dan mulai menekan angka-angka yang ada di pesawat teleponnya sesuai dengan yang tertera di iklan tersebut.

“Haloo…. Halooo,” suara lelaki dengan nada berat terdengar saat sambungan teleponnya tersambung.

“Eh..Haloo…,”sahut Dewi sedikit terpana mendengar suara lelaki tersebut, seolah ia tertarik dengan suara tersebut.

“Ada yang bisa saya bantu, Bu,” sahut suara berat itu.
“Oh..iya pak, saya mau tanya soal iklan bapak yang ada di majalah *****,” jawab Dewi

“Ooohh..itu.. apa yang mau ibu tanyakan? Dan maaf bu, lebih enak ibu panggil saya aki saja,” kembali suara berat itu terdengar menjawab, dan entah kenapa Dewi semakin tertarik mendengarkan suara berat lelaki itu.

“Begini, pak..eh aki.. apa yang dimaksud iklan itu tentang kembali segar dan disukai lagi oleh suami,” Tanya Dewi.

“Oh..itu, begini Bu, saya jelaskan langsung saja yach, saya bisa membuat tubuh ibu segar kembali, maksud dari segar itu adalah saya dapat membuat…eheemmm… maaf bu… kemaluan ibu lebih rapat dan pasti kalau sudah begitu suami ibu akan lebih suka sama ibu khan,” dengan ringkas suara berat itu menjelaskan.

“Oohh…begitu Ki, terus kalau saya tertarik saya harus kemana, soalnya di iklan itu tidak ada alamatnya,” Dewi kembali bertanya.

“Oh..memang bu, saya tidak mencantumkan alamat, karena saya tidak mau sembarangan orang yang datang, jadi saya harus menyeleksinya dahulu lewat telepon, seperti sekarang,”jawab suara berat tadi

“Saya pelajari suara ibu, dan saya mau mengobati ibu, agar ibu lebih percaya kepada saya, saya akan ungkapkan beberapa hal yang rahasia kepada ibu, dan itu juga kalau ibu tidak keberatan dan merasa tertarik untuk diobati,” lanjut suara berat itu.

”Oohh.. pakai acara seleksi juga Ki, saya tertarik untuk diobati Ki, jadi tolong kasih saya alamat Aki dimana?,” sahut Dewi.

“Baik bu, alamat saya di daerah Bogor, tepatnya di desa **** dibawah kaki Gunung Salak,” jelas suara berat tadi

“Dan untuk mengurangi penasaran ibu tentang kehebatan saya, saya beritahu ibu, bahwa pikiran ibu saat sekarang ini sedang membayangkan disetubuhi oleh dua orang satpam yang bekerja dirumah ibu,”kembali suara berat itu melanjutkan dengan sedikit membongkar isi hati atau pikiran Dewi.

Dewi terhenyak kaget atas penjelasan orang tersebut, darimana orang tersebut bisa tahu jalan pikirannya saat sekarang ini, kemudian Dewi segera mengiyakan bahwa dia akan mendatangi tempat orang itu siang ini juga, yang di iyakan oleh orang tersebut, dan orang tersebut menjamin bahwa setelah Dewi diobati olehnya, kemaluannya akan lebih enak dipakai atau dirasakan oleh suaminya.

Setelah selesai menelpon orang tersebut, Dewi segera memanggil Mira dan memberitahukan Mira untuk membatalkan agenda siang dan sore hari ini, karena ia merasa sedikit tidak enak badan, dan segera meninggalkan kantornya, di mobil Dewi memberikan alamat tersebut kepada Yono dan menyuruh Yono untuk mengantarnya ketempat tersebut.

Yono sedikit bingung dengan perintah nyonyanya ini, tapi namanya dia hanya sekedar supir, ia hanya bias menganggukan kepala dan mengarahkan mobilnya ke tempat tersebut, setelah kira-kira 2jam perjalanan dari Jakarta dan beberapa kali berhenti untuk menanyakan arah jalan, akhirnya mereka sampai ke tempat yang dituju.

Dari jalan raya tempat tersebut berjarak sekitar 500 meteran, jalan masuknya yang pas untuk sebuah mobil terlihat rapi walaupun dari tanah dan batu kerikil, samping kiri-kanan jalan ditutupi oleh pohon-pohon yang rindang, pekarangan rumahnya cukup luas untuk menampung 4 mobil sekaligus, sementara rumahnya terlihat sangat sederhana, walaupun dindingnya dari bilik, tapi rumah itu terlihat bersih dan asri, tidak menampakkan seperti rumah-rumah para dukun yang terlihat sedikit angker, rumah ini jauh dari kesan angker.

Saat Dewi turun dari mobil, pintu rumah tersebutpun terbuka dari dalamnya keluar seorang kakek-kakek, kakek itu mengenakan celana hitam gombrang, atasannya kakek itu mengenakan kaos oblong putih dan kemeja hitam berbahan sama dengan celananya tanpa dikancingkan serta kepalanya mengenakan ikat kepala batik, Dewipun menghampiri kakek tersebut, di sambut dengan senyuman oleh kakek tersebut, Dewi memperhatikan kakek tersebut juga jauh disebut dari yang namanya dukun melihat penampilan dan mukanya.

“Ayo..Bu mari silahkan masuk ke gubukku ini,”kakek itu mempersilahkan Dewi untuk masuk, dan Dewi mendengar suara berat yang ia dengar saat ia telepon tadi, dan Dewi merasa yakin bahwa orang ini adalah yang tadi ia telepon.

“Dan itu supir ibu, Yono, suruh ia tunggu saja di mobil,” lanjut si kakek

“oh iya..Ki… memang ia menunggu di mobil,”sahut Dewi kaget karena si kakek ternyata tahu nama supirnya itu.

Setelah masuk kedalam rumah, terlihat keadaan rumah itu memang sederhana, tapi nampak asri terlihat oleh mata Dewi, lalu kakek tersebut mempersilahkan Dewi untuk duduk di bale bambu yang terletak diruangan tersebut, Dewipun bersimpuh diatas bale bambu tersebut.

“Begini nak Dewi, saya panggil ibu, anak saja yach,” kata kakek itu

“Oh iyach Ki, “kata Dewi dan lagi-lagi Dewi terhenyak saat kakek itu menyebutkan namanya, padahal ia belum memperkenalkan diri.

“Jangan kaget, nak Dewi, saya sebelumnya sudah menerawang keadaan nak Dewi, dari semenjak nak Dewi menelpon saya, jadi saya bisa tahu nama anak sendiri dan siapa saja yang bekerja dengan nak Dewi,” kakek itu menjelaskan
“Ehh…iyach Ki..,” kata Dewi masih belum hilang rasa kagetnya.

“Baiklah nak Dewi, pertama kenalkan nama saya Ki Jaya, saya tidak mau mengobati sembarangan orang, saya mengobati orang sesuai dengan pilihan saya, maksud kedatangan nak Dewi kesini adalah nak Dewi ingin kemaluannya kembali rapat seperti semula dan biarpun sebesar apapun kemaluan lelaki yang memasuki lubang senggama nak Dewi, tapi kemaluan nak Dewi tetap rapat, itu tujuan pertama nak Dewi,”Ki Jaya menjelaskan tujuan Dewi tanpa menanyakan kepada Dewi apa maksud tujuannya datang kerumahnya.

Dewi hanya mengangguk kagum, dan tersenyum dengan manisnya.

“dan nak Dewi, ingin suaminya tidak marah kalau ia mengetahui nak Dewi melakukan seks dengan lelaki lain dibelakang dia, itu tujuan kedua nak Dewi,”lanjut Ki Jaya.

Kembali Dewi mengangguk, mulutnya semakin tersenyum, dan ia semakin yakin bahwa Ki Jaya akan mampu mengabulkan keinginannya semua, karena tanpa perlu ia jelaskan Ki Jaya ternyata dapat menebak isi hatinya ataupun jalan pikirannya.

“nak Dewi juga ingin bentuk payudara nak Dewi tidak berubah, walaupun habis diacak-acak oleh suaminya atau para lelaki yang menyetubuhi nak Dewi, tetek nak Dewi tidak jatuh akibat remasan para lelaki, nak Dewi pengen teteknya mengkal terus seperti tetek anak perawan, itu tujuan nak Dewi yang ketiga,”Ki Jaya melanjutkan

Dewi semakin terpana dengan penjelasan-penjelasan Ki Jaya,

“Ki…maaf saya potong, nampaknya aki sudah mengetahui keinginan saya semua, terus saya ingin bertanya, apa aki bias mengobati saya dan berapa saya harus bayar?,” Tanya Dewi.

“Hehehehe… nak Dewi nampaknya sudah tidak sabar, baik saya tidak perlu jelaskan satu-persatu keinginan nak Dewi, tapi saya bisa mengobati nak Dewi, apa yang nak Dewi inginkan saya bias kabulkan semuanya, dan untuk urusan biaya, saya lebih suka kalau nanti setelah selesai dan nak Dewi merasa puas dengan pengobatan saya, silahkan nak Dewi membayar serelanya nak Dewi,”jawab Ki Jaya.

“Eh..kok gitu Ki, “ Tanya Dewi kaget, karena baru kali ini ia mendengar seorang dukun tidak mentarget biaya, biasanya yang ia dengar selalu ada uang maharnya atau apalah isitilahnya.

“jangan kaget nak Dewi, saya selalu begitu, jadi kalau nak Dewi gak puas gak usah bayar tapi kalau nak Dewi puas silahkan bayar saya, berapapun saya akan terima, jadi bagaimana mau diobati sekarang,”Ki Jaya berkata.

“Oh iyach..Ki, lebih cepat lebih baik,”jawab Dewi sambil melirik jam tangannya, ia melihat sekarang sudah jam 2 siang dan ia tidak tahu berapa lama pengobatan ini akan berlangsung.

“yach sudah saya akan memulainya sekarang, tunggu sebentar yach,”kata Ki Jaya sambil beranjak meninggalkan Dewi.

Kira-kira seperempat jam, Ki Jaya kembali dengan baki ditangan, diatas baki itu ada 2 gelas dan sepiring singkong rebus beserta gula merah, Ki Jaya meletakkan baki tersebut di bale dan memberikan 1 gelas yang berisi teh kepada Dewi dan menyuruh Dewi untuk meminumnya sampai habis, dan kemudian Ki Jaya melangkah keluar rumah dan meletakkan baki diatas bale yang berada di teras rumahnya, dan Ki Jaya menyuruh Yono untuk menikmati hidangan ala kadarnya sambil menunggu nyonyanya selesai diobati.

Setelah menutup pintu rumahnya, Ki Jaya menghampiri Dewi yang masih bersimpuh di Bale, dan saat ia melihat gelas Dewi sudah kosong, Ki Jayapun tersenyum, kemudian Ki Jaya kembali kedalam, sekeluarnya ia membawa sehelai kain batik, kemudian ia menyuruh Dewi untuk membuka semua baju yang dikenakannya, termasuk BH dan CDnya, dengan malu-malu Dewipun mulai melepaskan baju yang dikenakannya satu persatu, sementara Ki Jaya tanpa berkedip memandangi gerakan Dewi yang melepaskan pakaiannya satu persatu.

Ki Jayapun menelan ludahnya saat melihat kedua bukit kembar Dewi yang terpampang dihadapannya, perlahan dengan pasti pentungannya bergeliat, menyaksikan pemandangan tersebut, apalagi saat itu Dewi yang sudah bertelanjang bagian atasnya disibukkan dengan melipat blazer dan blusnya dan menaruhnya dibagian dalam bale tersebut, jadi kedua bukit kembarnya itu bergerak seiring dengan gerakan tubuhnya yang melipat pakaiannya, selesai dengan menaruh blazer, blus dan BHnya, kemudian Dewi berlutut untuk melepaskan rok spannya, kedua tangannya bergerak kearah belakang untuk meraih kaitan kancing dan risleting roknya, setelah kancing dan risleting roknya terbuka, dengan bergerak perlahan Dewi mulai menurunkan rok serta CDnya perlahan kebawah, gerakan perlahan Dewi semakin mengguncang kedua payudaranya, kedua payudaranya bergerak kekiri-kekanan, mata Ki Jaya semakin terbelalak melihat kedua payudara Dewi yang terombang ambing, ditambah dengan pemandangan di bagian bawah tubuh Dewi yang perlahan-lahan mulai memperlihatkan lembah kenikmatanya yang dihiasi hutan hitam yang tertata rapi, Ki Jayapun semakin sering menelan ludahnya, pentungannya semakin mengeras dan menonjol, celana komprangnya tidak sanggup menutupi pergerakan pentungannya apalagi Ki Jaya tidak mengenakan CD di balik celana komprangnya.

Setelah selesai melipat dan menaruh rok dan CDnya di atas blazer dan blusnya tadi, Dewi kembali bersimpuh, kedua pipinya merona merah, nafasnya sedikit memburu membuat kedua bukit kembarnya terlihat naik turun dengan teratur saat melihat tonjolan di selangkangan Ki Jaya, sementara di bagian selangkangan Dewi yang terlihat hanya gundukan hitam karena posisi duduknya yang bersimpuh, saat melihat pandangan mata Ki Jaya, Dewi menjadi malu sendiri dan berusaha untuk menutupi kedua bukit kembar dan selangkangannya dengan kedua tangannya.

“Ehh…gak usah ditutupi nak Dewi, hehehehe… punya badan bagus kok mau ditutupi… jangan biar aki mempelajari bentuk tubuh nak Dewi…, baru aki menentukan pengobatan yang cocok,”kata Ki Jaya.

Dewipun menghentikan gerakan tangannya, dan membiarkan tubuhnya terpampang di mata Ki Jaya, sementara itu Yono yang sedang berada di teras merasa penasaran dengan pengobatan yang disebutkan oleh si aki tadi, lalu dari tempat ia duduk tadi Yono berusaha mencari celah dari dinding bilik, setelah mendapat celah yang bisa untuk mengintip, Yono menjadi kaget karena ia melihat nyonyanya sedang telanjang, dia melihat kedua payudara nyonyanya bergantung dengan indahnya, tanpa terasa kontolnya bergeliat dan iapun membetulkan posisi kontolnya itu, ia tidak dapat melihat kemaluan nyonyanya itu karena posisi duduk nyonyanya yang bersimpuh, Ki Jaya mengetahui bahwa supir Dewi sedang mengintip, dalam hatinya ia ketawa, sekarang belum apa-apa tunggu sebentar lagi kubuat dia semakin bernafsu melihat apa yang akan kuperbuat terhadap nyonyanya ini, kemudian Ki Jaya masuk kembali kedalam, saat keluar ditangannya sudah memegang mangkuk, kemudian Ki Jaya meletakkan mangkuk tersebut diatas bale, dan menyuruh Dewi untuk membaringkan tubuhnya.

“nah..sekarang nak Dewi baringkan tubuhnya di atas bale, saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan,”Ki Jaya menyuruh Dewi untuk membaringkan tubuhnya diatas bale, setelah terlebih dulu ia lapisi dengan kain batik yang tadi ia bawa keluar.

Dewipun menuruti perintah Ki Jaya itu, iapun membaringkan tubuhnya diatas bale bambu itu, bunyi berderit bale itupun terdengar saat Dewi mulai merebahkan tubuhnya, setelah Dewi terbaring telentang diatas bale, Ki Jayapun menghampiri tubuh Dewi, kemudian ia memposisikan tubuhnya dengan berlutut di samping tubuh Dewi, semua ini disaksikan Yono dengan hampir tidak mengedipkan matanya, lalu Ki Jaya memasukkan kedua tangannya kedalam mangkuk.

“pertama saya akan obati kedua tetekmu, kalau nak Dewi mau merintih atau menjerit, saya persilahkan gak usah ditahan,”Ki Jaya menjelaskan.

Kemudian kedua tangannya mulai merabai kedua payudara Dewi, tangannya bergerak dari bawah keatas menuju ke putingnya, sambil mulutnya komat-kamit membaca mantera, Dewi melihat Ki Jaya begitu serius memijat kedua payudaranya, dan perlahan-lahan Dewi mulai terangsang dengan pijatan-pijatan Ki Jaya tersebut, dalam hatinya pantas dia bilang kalau mau merintih jangan ditahan, ternyata pijatannya ini membuatku terangsang.

“Ooohhh….hhhmmmm….aaaahhhhh….ooohhh….,” Dewi mulai merintih menikmati sensasi pijatan Ki Jaya.

Dewi semakin merintih-rintih kenikmatan menikmati pijatan-pijatan Ki Jaya di kedua payudaranya tersebut, matanya meram melek, lubang senggamanya mulai basah, nafsunya mulai menggelora, sementara itu Ki Jaya masih dengan mulut komat kamit dan kedua tangan yang memijat-mijat payudara Dewi tidak terpengaruh dengan rintihan-rintihan Dewi, yang terpengaruh justru Yono, kontolnya semakin mengeras mendengar rintihan-rintihan nikmat Dewi, pikirannya semakin membayangkan ingin rasanya ia memasukkan kontolnya kedalam lubang memek nyonyanya itu, akhirnya Yonopun menurunkan risleting celananya karena ia merasa kontolnya yang sudah menegang sempurna terasa sakit terjepit oleh celananya, kontolnyapun ia keluarkan dari balutan CDnya, dan tangan kanannya asyik mengelus-elus batang kontolnya itu, sementara matanya masih asyik mengintip kedalam.

“Ooohhh…oooohhh…hhhmmm…aaahhh…Ki…enaakk…Ki…nikmatt …,” rintihan Dewi kerap terdengar.

Akibat pijatan tangan Ki Jaya yang mengarah keatas kearah kedua putingnya itu, kedua puting susu Dewipun mulai mengeras pertanda Dewi nafsu Dewi semakin menggelegak, apalagi saat kedua tangan Ki Jaya sampai pada kedua putingnya, jari jemari Ki Jaya memilin kedua putingnya itu, sensasi nikmat yang Dewi rasakan semakin bertambah dengan aksi Ki Jaya tersebut, cairan nikmatnya semakin membasahi vaginanya, rintihannya semakin sering terdengar, Yono yang mendengarkan rintihan Dewi semakin bernafsu ingin memasukkan kontolnya kedalam lubang memek nyonyanya itu, tapi yang bisa Yono lakukan sekarang hanyalah melihat tubuh bugil nyonyanya itu tanpa bisa melakukan apapun selain hanya bisa mengelus-ngelus kontolnya.

“Oooohh….Ki…aaku…keluaaarrr…aaaagghhh….nikmat…Ki…e nak…pijatanmu…Ki,” Dewi mengerang saat mencapai puncak kenikmatannya.

Sssrrrrr….. ssrrrrr…. Srrrrr… Vagina Dewi menyemburkan lahar kenikmatannya, Dewi heran bahwa ia bisa puas hanya dengan pijatan-pijatan Ki Jaya di kedua payudaranya itu.

Ki Jayapun tahu bahwa Dewi sudah mencapai puncak kenikmatannya, tapi dia tidak terpengaruh tetap dengan pijatan-pijatannya, sambil mulutnya tetap komat-kamit membaca mantera. Sementara itu Dewi yang baru saja menikmati orgasme pertamanya, mulai terangsang kembali, lagi-lagi Dewi heran dengan tubuhnya ini, ia merasa aneh bahwa cepat sekali sekarang ini ia terangsang, ia tidak tahu bahwa minuman yang ia tadi minum adalah teh ramuan yang asli buatan Ki Jaya, kegunaannya untuk menaikkan libido orang yang meminumnya, ditambah dengan mantera-mantera yang dibaca oleh Ki Jaya juga ada mantera perangsangnya, jadi wajar saja jika Dewi dengan mudah mencapai klimaksnya hanya dengan pijatan dan setelah puas cepat terangsang lagi.

Sudah lebih dari setengah jam Ki Jaya melakukan pijatan erotis di kedua payudara Dewi, dan Dewipun semakin terangsang menikmati sensasi pijatan erotis tersebut, sementara itu Yonopun semakin bernafsu menyaksikan semua itu, kemudian secara tiba-tiba Ki Jayapun menghentikan pijatannya, yang mana membuat Dewi sedikit kaget karena merasakan sensasi nikmatnya pijatan Ki Jaya tiba-tiba terhenti.

“Nah, tahap pertama sudah selesai, nak Dewi, sekarang nak Dewi bangun, dan lihat hasil pijatan saya,” Ki Jaya berkata setelah menghentikan pijatannya.

Dewipun bangun dari rebahannya dan ia memandangi kedua payudaranya itu, dan ia kaget melihat kedua payudaranya yang kembali seperti saat ia masih gadis dan belum ada satupun tangan lelaki yang menjamahnya, bentuk payudaranya sekarang ini berbeda sekali dengan bentuk payudaranya tadi saat sebelum di pijat oleh Ki Jaya, bentuk payudaranya tadi sudah mulai turun jika tidak mengenakan BH, sementara sekarang ini bulatan dan bentuk payudaranya seolah berdiri menantang walaupun tidak mengenakan BH.

“Ki…. Eehhh… bentuk payudaraku ini bakalan seperti ini terus,” Dewi bertanya memastikan bahwa payudaranya tidak akan berubah seperti sediakala.

“Heemm… pasti biarpun dipegangi berapa banyak lelaki dan biarpun nak Dewi tidak menggunakan BH lagi payudaranya tidak akan jatuh atau turun, bulatan dan bentuk payudara nak Dewi ini akan permanent seumur hidup, kecuali saya tarik mantera saya,” Ki Jaya menjelaskan.

Yonopun melihat kedua payudara Dewi lebih tegak dan lebih membulat dari semula, dan iapun heran akan kesaktian dukun yang satu ini, tanpa operasi, tapi payudara nyonyanya ini betul-betul mencuat dan membulat persis seperti susu perawan saja.

“Nah, sekarang mau dilanjut dengan tahap berikutnya..hehehe..,”kata Ki Jaya sambil terkekeh-kekeh, karena puas ia berhasil merubah bentuk payudara Dewi.

“Iyaahh…Ki…lanjutkan terus sampai semua keinginan saya terpenuhi,” Dewi segera mengiyakan, sekarang ia lebih yakin dengan kesaktian dukun yang satu ini.

“Baik, nak Dewi pasrah saja yach, apapun yang saya lakukan untuk kebaikan nak Dewi sendiri,” kembali Ki Jaya menegaskan.

“Iyach..Ki.. saya percaya dan saya tidak akan protes, terserah Aki melakukan apa saja terhadap tubuh saya ini, yang penting semua keinginan saya tercapai,” Dewi meyakinkan Ki Jaya bahwa dirinya sudah pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Ki Jaya.

“Baiklah, saya akan memulai ritual yang kedua, ritual ini akan memenuhi semua keinginan nak Dewi menjadi kenyataan, tapi sebelum saya mulai, lebih baik saya menyuruh, supir untuk masuk, kasihan dia daripada ngintip diluar nanti jadi bintitan mendingan duduk disini bisa langsung menyaksikan tubuh nyonyanya ini, hehehehehe,” kata Ki Jaya sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Dewi kaget mendengar penjelasan Ki Jaya tersebut, tapi dia hanya menganggukkan kepala saja, sementara Yono diluar blingsatan mendengar kata-kata Ki Jaya, dengan buru-buru ia menarik risleting celananya keatas setelah terlebih dahulu memasukkan kontolnya kedalam CDnya, tepat setelah itu Ki Jayapun membuka pintu rumahnya dan menyuruhnya masuk, dan ia menyuruh Yono untuk duduk di bangku, serta Ki Jayapun menyuruh Yono untuk menanggalkan seluruh pakaiannya.

“Ayo kamu masuk, daripada kamu ngintip, mendingan kamu lihat langsung, dan buka pakaianmu, terus kamu duduk di bangku itu, jangan mengganggu acara ritual ini, kalau kamu tidak saya panggil, jangan sedikitpun kamu menghampiri kami,” perintah Ki Jaya kepada Yono, yang segera dipatuhi oleh Yono.

Dewi melihat Yono mulai melucuti pakaiannya satu-persatu dan ia melihat kontolnya Yono sudah berdiri dengan gagahnya, ingin rasanya Dewi menerkam kontolnya itu dan dimasukkan kedalam lubang memeknya yang semakin gatal, tapi ia hanya dapat menahan diri sebelum ada perintah dari Ki Jaya.

Saat mata Dewi terpaku menyaksikan Yono yang sedang melucuti pakaiannya, tanpa ia sadari Ki Jayapun melakukan hal yang serupa, Yono yang melihat kakek tua renta itu melucuti pakaiannya dibuat kaget karena saat Ki Jaya melepaskan celana komprangnya, pentungan Ki Jaya yang ukurannya hampir dua kali lipat dari kepunyaannya terlihat jelas di depan matanya, hatinya menjerit gila kakek ini, badannya kecil dan kurus, tapi kontolnya besar sekali, Dewi yang melihat ekspresi Yono yang kaget, mengalihkan pandangannya kearah pandangan Yono dan iapun terhenyak setelah melihat kontolnya Ki Jaya yang besar, ukurannya lebih besar dari Dave (pria Negro yang pernah menyetubuhinya), dan kedua bola matanya terbelalak tanda takjub.

“Kenapa nak Dewi, kaget yach, hehehehe… ini pentungan sakti, nanti kamu akan tahu rasanya dan akibat yang ditimbulkan olehnya,..hehehehe…,” Ki Jaya tertawa terkekeh-kekeh saat melihat mimik muka dan mata Dewi yang terbelalak.

“Iyach…Ki… besaarrr… sekalii… jauh kalau dibandingkan dengan punya suamiku, punyaku pasti terbelah dua kalau dimasukkan pentungan itu,” kata Dewi

“Gak usah takut, kan kamu ingin memekmu akan bisa menampung kontol-kontol sebesar apapun dan lubang memekmu akan kembali peret dan bisa menyesuaikan dengan besar kecilnya batang lelaki yang menyetubuhimu,” Ki Jaya menjelaskan.

Dewi hanya bisa mengangguk mengiyakan, tapi hatinya penasaran ingin cepat-cepat merasakan sodokan-sodokan kontolnya Ki Jaya yang super itu.

“Baiklah, kita mulai ritual yang kedua ini, dan kamu Yono jangan sekali-sekali mengganggu acara ritual ini, kamu mau onani disitu silahkan tapi jangan sekali-kali kamu beranjak dari tempat dudukmu untuk menghampiri kami, sampai saya perintahkan, mengerti kamu,” Ki Jaya berkata lagi sambil memberi peringatan pada Yono.

“Iyachh…Ki,”jawab Yono.

Kemudian Ki Jaya menyuruh Dewi merebahkan kembali tubuhnya, dan membuka kakinya lebar-lebar, sehingga kemaluannya terpampang dengan jelas didepan mata Ki Jaya, kemudian Ki Jaya menekuk kedua kaki Dewi, dan Ki Jayapun mengambil bantal yang ada di bale itu dan menaruhnya dibawah pinggul Dewi, sehingga kemaluan Dewi dengan posisi tersebut lebih terekspos dengan jelas, kemudian Ki Jaya kembali memasukkan kedua tangannya kedalam mangkuk, dan mulai memijat perut Dewi dari atas ke bawah, posisi Ki Jaya yang bersimpuh di dekat kemaluan Dewi membuat kontolnya yang besar dan sudah tegang tersebut menggeser-geser bibir kemaluan Dewi, seiring dengan gerakan memijatnya, mulutnya kembali komat-kamit membaca mantera, sensasi pijatan tangan Ki jaya kembali membangkitkan gairah birahi Dewi, ditambah dengan gesekan-gesekan kontolnya yang super besar itu di belahan memeknya, membuat Dewi kembali mendesah-desah, Yonopun kembali mengelus-elus kontolnya mendengar desahan Dewi.

Kedua tangan Ki Jaya memijat bagian perut dari batas tetek Dewi terus menurun ke bawah hingga bagian selangkangan Dewi, dan saat sampai di belahan vagina Dewi, kedua tangannya itupun menekan-nekan, kedua belah bibir vagina Dewi, Dewipun semakin kelojotan menahan desakan nafsunya yang smeakin menggelora, desahan dan rintihanpun semakin sering terdengar, saat tangan Ki Jaya beralih keatas lagi giliran kontolnya Ki Jaya yang menekan-nekan belahan bibir vaginanya, Dewi tidak dapat mengungkapkan dengan kata-kata kenikmatan yang melandanya saat ini, kenikmatan yang baru pertama ia rasakan selama ini, dan Dewipun tetap merasa aneh dengan rasa nikmat yang didapatnya hanya dengan pijatan dan gesekan kontolnya Ki Jaya ini.

“Ooohhh…Ki…enakk….Ki…nikmaaattt…aaahhh…sshhhh… hhmmmm..ooohhh… aaahh,” Dewi mengerang keenakan menikmati sensasi pijatan Ki Jaya dan gesekan kontolnya.

Kedua tangan Dewi meremas-remas kedua payudaranya dan memilin-milin kedua putingnya, tubuh bagian atasnya kadang-kadang melenting menikmati sensasi pijatan tangan Ki Jaya yang sedang asyik memijat-mijat belahan bibir vaginanya dan juga pijatan-pijatan di sekitar kelentitnya, yang nampak semakin mencuat tanda Dewi semakin terangsang oleh pijatan Ki Jaya.

“ooohh… Ki… akuuu…mau…keluaarrr…lagi….ooohh….. Ki..akkuuu.. gak tahan..Ki.. oohhh…enaaakkk…nikmaattt… Ki….akuuuu… keeelluuaaaarrr..,” Dewi mengerang menyambut puncak kenikmatannya yang untuk kedua kalinya berhasil ia gapai.

Ssssrrrr….. sssrrrrr…. Sssrrrrr… ssssrrrrr…. Vaginanya kembali basah oleh lahar kenikmatannya.

Ki Jayapun merasakan memek Dewi menjadi basah saat kedua tangannya memijat-mijat vagina dan kelentit Dewi dan juga kontolnyapun merasakan hal yang sama dan gesekan-gesekan dengan vagina Dewipun semakin lancar, akibat dari cairan kenikmatan Dewi itu, tapi hebatnya Ki Jaya tidak bergeming sedikitpun, mulutnya tetap komat-kamit membaca mantera sementara kedua tangannya tetap dengan ritme pijatan yang tidak berubah.

Tapi Yono semakin tidak keruan menyaksikan adegan live tersebut, kontolnya semakin mengeras, elusan-elusannya berubah menjadi kocokan-kocokan, saat mendengar Dewi mengerang dan ingin memuncratkan lahar kenikmatannya, Yonopun semakin bernafsu mengocok kontolnya itu, dan saat Dewi mengejang karena berhasil mencapai puncak kenikmatannya, Yonopun mengerang dan kontolnya memuncratkan air mani keatas dan jatuh ke lantai, Dewi melihat saat Yono memuntahkan spermanya, dan ingin rasanya Dewi mendapatkan tembakan-tembakan sperma Yono itu didalam rongga kenikmatannya.

Ki Jaya tetap dengan ritualnya sendiri, mulutnya tanpa henti komat-kamit membaca mantera, sementara yang dipijat mulai kembali bergairah, yang menyaksikanpun sama, gairah birahi Dewi kembali bergelora, pijatan-pijatan erotis Ki Jaya betul-betul menaklukkan Dewi, Yonopun kembali bernafsu saat menyaksikan geliat tubuh nyonyanya yang terangsang dan mendengar rintihan-rintihan kenikmatan nyonyanya itu, kontolnya kembali tegak dengan gagahnya, Yono sendiri heran biasanya bila ia telah mencapai puncak kenikmatannya, kontolnya itu akan mati dan haru menunggu setengah jam untuk bisa bangun kembali, tapi sekarang kontolnya langsung tegak kembali setelah mengeluarkan airmani tadi, keduanya tidak mengetahui bahwa mantra Ki Jaya yang dirapal itu selain untuk mengobati Dewi tapi ada rapalan yang membuat orang yang berada diruangan itu terbangkit birahinya, jadi biarpun sudah puas dan sudah mengeluarkan cairan kenikmatan, gairah birahi mereka akan terus bangkit.

Dewi semakin bernafsu, birahinya semakin menggelegak, vaginanya semakin gatal ingin secepatnya merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan, saat birahinya semakin memuncak Ki Jayapun menghentikan pijatannya, dan membalikkan tubuh Dewi, posisi tubuh Dewi sekarang ini menungging di hadapan Ki Jaya, dengan kepala rebah di bale dan pantat yang terangkat, dan kedua kaki yang mengangkang, sehingga kemaluan Dewi terpampang jelas di hadapan Ki Jaya, kemudian Ki Jaya melanjutkan pijatannya setelah memasukkan kedua tangannya kedalam mangkuk, sekarang giliran pantat Dewi yang dipijat, pijatan yang dilakukan oleh Ki Jaya bergerak dari paha keatas kearah pantatnya, kemudian kedua tangannya memutar saat sampai di pantat Dewi setelah terlebih dahulu kedua jempolnya memijat dari kedua belahan bibir vagina Dewi kearah anus Dewi, lagi-lagi Dewi merasakan sensasi nikmat yang luar biasa, Dewi merasakan kegelian di lubang anusnya saat kedua jempol Ki Jaya memijat-mijat lubang anusnya itu.

“Oohhh…Ki…aaaahhh…eenaaak…Ki…terusss…nikmat..Ki…,” Dewipun mengerang-erang keenakan menikmati sensasi pijatan erotis Ki Jaya.

Mulut Ki Jaya tidak henti-hentinya merapal mantra dan kedua tangannyapun terus melakukan pijatan-pijatan sensual dipaha, di belahan vagina, dianus dan dipantat Dewi, membuat Dewi semakin merintih-rintih keenakan. Yonopun semakin bernafsu menyaksikan tubuh nyonyanya yang menggeliat karena desakan birahinya dan rintihan-rintihan nyonyanya.
“Ooohhh…enaaknyaa… nikmaatnya…pijatan aki…sshhhh…aaaahhh… Ki… aaaahhh… hhhmmmm…sshhhh… aaaaahhhh…,” Dewipun merintih kembali.

Memek Dewi semakin basah akibat pijatan erotis Ki Jaya, Dewi sudah tidak dapat menahan deraan nafsu birahi yang melanda dirinya, Yono melihat tubuh nyonyanya itu sudah mulai gemetaran menahan gelegak nafsu birahi yang menerpanya, erangan-erangannyapun semakin sering terdengar, Ki Jayapun terus memijat-mijat daerah-daerah sensitif Dewi, membuat Dewi semakin kelojotan, dan tak lama kemudian Yono mendengar nyonyanya menjerit panjang saat berhasil mencapai puncak kenikmatannya.

“aaaahhhhhhh…. Ki….. aaakkuuuu…. Keluaaaar… lagi… oooohhh…. Eeenaaaak… Ki… enaaaakkk…,” Dewi mengerang menyambut puncak kenikmatannya yang berhasil dia raih untuk ketiga kalinya.

Sssrrrr… Ssrrrr… Srrr….. Srrrr…. Memek Dewi kembali memuntahkan lahar kenikmatannya, lubang senggamanya semakin banjir.

Dan saat Dewi berhasil memuntahkan lahar kenikmatannya, Ki Jayapun menghentikan pijatannya, sambil tersenyum puas.

“nampaknya nak Dewi, puas lagi atas pijatanku.. hehehehe…,” Ki Jaya terkekeh-kekeh.

“Iyaaacchhh… Ki..eenaaak…pijatan aki..betul-betul enaaak…,”kata Dewi sampil tersipu malu.

“Sekarang nak Dewi lihat hasil pijatan aki,” Ki Jaya kembali berkata.

Dewi sambil tersipu malu melihat bentuk perut dan pantatnya, ia melihat perutnya kembali kempis seperti saat ia sebelum nikah dan bongkahan pantatnya yang awalnya sudah turun, sekarang posisi bongkahan pantatnya kembali ke saat ia masih gadis, Dewi merasa puas dengan hasil pijatan Ki Jaya, Yonopun terpana melihat bentuk tubuh Dewi yang lebih sexy, pantat yang bahenol, perut yang kempis serta payudara yang menggantung dengan indahnya, betul-betul seperti tubuh perawan saja sekarang ini.

“Kita lanjutkan dengan bagian dalamnya?” Tanya Ki Jaya kepada Dewi.

“Iyach..Ki..di lanjutkan saja pengobatannya,” jawab Dewi sambil penasaran bagaimana caranya Ki Jaya mengobati rongga dalam lubang memeknya.

“Yach sudah, sekarang nak Dewi rebahan kembali,” kata Ki Jaya,

Kemudian Ki Jaya meletakkan bantal dibawah kepala Dewi, kembali kedua kaki Dewi ditekuk dan direnggangkan sehingga kemaluan Dewi terpampang kembali dihadapan mata Ki Jaya, kemudian Ki Jaya kembali memasukkan kedua tangannya kedalam mangkuk, setelah itu kedua tangannya mengusap-usap kontolnya yang super besar itu, Dewi melihatnya dengan terkesima saat kedua tangan Ki Jaya itu tidak mengarah ketubuhnya untuk memijatnya tapi malah ke kontolnya dan mengusap-usap kontolnya, dan Dewi baru mengerti setelah Ki Jaya bersimpuh dihadapannya dan mengarahkan kontolnya yang super besar itu ke memeknya.

Dewi mendesah lirih saat kepala kontolnya Ki Jaya mulai menyentuh belahan bibir memeknya, kemudian Ki Jaya mulai menggeser-geserkan kepala kontolnya itu di belahan memek Dewi serta di kelentit Dewi, Dewi merasakan geli dan nikmat yang luar biasa bercampur aduk, Dewipun semakin mendesah menikmati sensasi birahinya ini, Yono yang menyaksikan memek nyonyanya itu digesek-gesek oleh kontolnya Ki Jaya yang berukuran monster itu menjadi bergidik, ia membayangkan setelah dipakai oleh Ki Jaya pasti memek nyonyanya itu gak akan enak dipakai oleh kontolnya yang ukurannya jauh lebih kecil.

Dewi melihat mulut Ki Jaya komat-kamit saat menggesek-gesekkan kepala kontolnya itu, tapi ia sudah tidak perduli lagi dengan mulut Ki Jaya yang komat-kamit, yang ia pedulikan ialah kontolnya Ki Jaya yang besar itu menyodok-nyodok memeknya yang sudah semakin gatal.

“Ach, akhirnya keluar juga.. hehehehe,” tiba-tiba Ki Jaya berkata sambil menghentikan kegiatannya dan tangannya meraih sesuatu dari memek Dewi.

Dewi sendiri kaget saat Ki Jaya menghentikan gesekan kepala kontolnya di bibir memeknya, apalagi saat tangan Ki Jaya meraih sesuatu dari lubang memeknya, dan Dewi melihat spiral KB yang berada di dalam lubang memeknya sekarang berada di tangan Ki Jaya.

“Gak usah takut nak Dewi, biarpun spiral ini saya angkat, tapi nak Dewi gak akan bisa hamil lagi kalau saya tidak cabut mantra saya,” Ki Jaya menjelaskan setelah melihat mimik muka Dewi yang kaget.

Dewi hanya bisa tersipu malu mendengar perkataan Ki Jaya, karena jalan pikirannya kembali dapat dibaca oleh Ki Jaya.

Kemudian Ki Jaya kembali menggesek-gesekkan kepala kontolnya di kelentit Dewi, Dewipun mengerang kembali, sambil mulut Ki Jaya tetap komat-kamit, tak lama kemudian Ki Jaya mulai menekankan kepala kontolnya kedalam lubang senggama Dewi, dengan perlahan tapi pasti kepala kontolnya yang besar itu mulai terjepit di lubang vagina Dewi, Dewi melenguh saat merasakan lesakan kepala kontolnya Ki Jaya di lubang memeknya, yang Dewi heran ia tidak merasa sakit saat kepala kontolnya Ki Jaya yang sangat besar itu mulai menyeruak di lubang vaginanya, tapi malah geli dan enak yang ia rasakan.

“Oohhh….Ki….kontolmu besaaarr..sekaaaliii… enaaakkk… memekku…dibuat penuh oleh kontolmuuu…aaaahhhh…. Ki…puaskaaann…akuu…Ki…,” Dewi melenguh keenakan merasakan pintu gerbang memeknya yang penuh tersumpal oleh kepala pentungan Ki Jaya.
Dewi merintih-rintih keenakan merasakan kepala kontolnya Ki Jaya yang mulai menerobos masuk di lubang memeknya, Ki Jaya dengan mulut yang masih komat-kamit mulai melesakkan kontolnya sedikit demi sedikit, centi demi centi kontolnya Ki Jaya mulai menyeruak masuk di lubang vagina Dewi, Dewi semakin mengerang-ngerang menikmati sensasi lesakan kontolnya Ki Jaya, dan geseran-geseran batang kemaluan itu dengan dinding vaginanya, Dewi merasakan dinding vaginanya seolah-olah menempel dengan ketat di kontolnya Ki Jaya.

“Ki…ooouugghhh… enaaaakkk…. Ki…. Masukkan semuaaa… kontolmu yang besaaarrr itu…. Aaaghhh… Ki…nikmaaattt…Ki….Ki….terussss…. tekaaannn yang dalam..,” Dewi mengerang kembali.

Ki Jaya semakin melesakkan kontolnya yang super besar itu lebih dalam di lubang senggama Dewi, mulutnya tanpa henti komat-kamit merapal mantra, Dewi semakin menggelinjang saat kontolnya Ki Jaya melesak lebih dalam lagi di lubang vaginanya, lenguhan dan erangannya semakin sering terdengar, Yonopun semakin bernafsu melihat hal itu, geliat tubuh nyonyanya saat menikmati lesakan kontolnya Ki Jaya membuat Yono semakin terangsang apalagi mendengar lenguhan dan erangan nyonyanya yang merasa keenakan.

Dan saat kontolnya Ki Jaya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi, Dewipun terbeliak, bola matanya hanya terlihat putihnya saja, Dewi betul-betul merasa keenakan saat lubang kewanitaannya itu di jejali oleh kontolnya Ki Jaya yang panjang dan besar, apalagi batang kontolnya Ki Jaya itu berdenyut-denyut, seolah-olah membuat bergetar dinding vaginanya, yang menimbulkan sensasi kenikmatan tersendiri, Dewi belum pernah merasakan kenikmatan bersetubuh seperti yang sekarang ia alami, Dewi semakin merintih-rintih keenakan merasakan semua itu.

“ooughh… Kiii…. Aakiii…. Oouuughh… kontolmu enaakk..betulll… memekkkuu dibuatnya penuh…oougghhh… Kiii… aakiiii… eenaaaakkk…. Nikmaaaat…,”rintih Dewi.

Setelah kontolnya terbenam seluruhnya, Ki Jaya hanya mendiamkan kontolnya itu dan mulutnya tetap komat-kamit, selang tak lama kemudian mulut Ki Jaya berhenti komat-kamit, dan mulai menarik mundur kontolnya, Dewi merasakan dinding vaginanya seolah ikut tertarik keluar saat Ki Jaya menarik kontolnya itu, Dewipun mengerang sejadi-jadinya.

“Oooohhh…. Ki.. enaaakk… memekku seperti tertarik keluarr… aaaghhh…. Ki… kontolmu betul-betuulll…. Nikmaaat….,”Dewi mengerang.

Ki Jaya menghentikan tarikan mundurnya saat kepala kontolnya hampir terlepas dari jepitan memek Dewi, kemudian ia mendorong masuk kembali kontolnya itu dengan perlahan, berulang-ulang Ki Jaya melakukan hal tersebut, Dewi merasakan nikmatnya surga dunia saat Ki Jaya menarik mundur kontolnya dan mendorong masuk kontolnya itu, dinding vaginanya yang melingkar ketat di batang kontolnya Ki Jaya seolah-olah ikut tertarik dan terdorong, untuk pertama kalinya Dewi merasakan nikmat yang luar biasa saat melakukan senggama, walaupun gerakan keluar masuk kontolnya Ki Jaya perlahan-lahan, tapi sensasi nikmat yang ditimbulkan saat dinding vaginanya bergesekan dengan batang kontolnya Ki Jaya betul-betul memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa.

“ooouughh… Ki… eenaaaakk… eenaaakk… terusss… kocok kontolmu di memekku… akiii aaagghhhh… aaakiii… ,” Dewi mengerang kembali, tubuhnya melenting merasakan sensasi nikmat persetubuhan ini.

“Oooughhh Ki… akii… akiii… aakuuu… gak tahan …Ki… aaaaghhh… aakuuuu…ki.. akiii aaakuuu… kheluaaaarrr… aakiiiii…,” Dewi menjerit panjang saat puncak orgasme ia raih, ini adalah orgasme pertama Dewi saat memeknya di sodok kontolnya Ki Jaya, dan orgasme atau orgasme yang ke 4 kalau dihitung dengan orgasme hasil pijatan tangan Ki Jaya.

Sssrrrrrr…. Sssrrrrr… Sssrrrr….. vaginanya menyemburkan lahar kenikmatannya dan membasahi batang kontolnya Ki Jaya yang sedang terbenam di lubang vaginanya.

Ki Jayapun membenamkan kontolnya di lubang vagina Dewi saat Dewi meraih puncak kenikmatannya dan mulutnya kembali komat-kamit, saat nafas Dewi sudah tidak terdengar memburu lagi, saat itu juga Ki Jaya berhenti dari merapal mantranya dan menarik keluar kontolnya dari jepitan dinding vagina Dewi, Dewi melihat batang kontolnya Ki Jaya basah oleh cairan kenikmatannya, dan Dewi juga merasakan kehilangan saat kontolnya Ki Jaya terlepas dari jepitan vaginanya, Dewi masih ingin merasakan kontolnya Ki Jaya menyodok-nyodok memeknya, tapi karena sudah berjanji bahwa dia akan mematuhi apapun yang dilakukan oleh Ki Jaya, jadi Dewi hanya bisa diam saja.

“hehehehe… enak..kontolku nak Dewi,”Tanya Ki jaya sambil terkekeh-kekeh.

Dewi tidak menjawab pertanyaan Ki Jaya, ia hanya dapat tersipu malu, tapi dalam hatinya mengakui bahwa kontolnya Ki Jaya betul-betul enak, itu terbukti hanya dengan beberapa kali keluar masuk di lubang vaginanya, ia telah mencapai kepuasan.

Bersambung…..