Petualangan cinta Hendra - episode 1 - Tina yang nakal

Pagi ini nampak Hendra sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta, dengan tubuh yang tegap dan rupa yang
menawan, keberadaan Hendra di dekat pintu masuk menyedot perhatian para wanita yang sedang berada di Bandara Soekarno-Hatta, berkali-kali para wanita itu melirik kearah Hendra, sementara Hendra tidak menyadari hal tersebut karena dia sibuk dengan memandangi taxi-taxi yang berhenti menurunkan penumpangnya, matanya memandangi setiap penumpang yang turun, tapi yang ditunggunya belum juga datang, sesekali Hendra melihat kearah jam tangannya.

Kira-kira setengah jam kemudian mata Hendra menangkap 2 orang wanita yang turun dari taxi, melihat hal itu Hendra kemudian menghampiri ke 2 wanita tersebut, melihat Hendra menghampiri kea rah mereka, ke 2 wanita itu tersenyum dan melambaikan tangannya.

“Lama betul kalian, kukira kalian masih tidur,” Hendra menyapa ke 2 wanita tersebut.

“Hehehe…maklum perempuan,”kata salah seorang wanita tersebut.

“Sudah lama, mas,”tanya wanita yang satunya lagi.

“Heeh, udah mau bulukan, gua nungguin kalian nich,”jawab Hendra.

“yee..gak segitunya kali,” sahut ke 2 wanita itu serempak.

“Yuu, kita check-in,”kata Hendra.

Ketiganya berjalan menuju ke pintu masuk Bandara, setelah melewati pemeriksaan Security, mereka menuju ke Counter Check-in, setelah selesai proses check-in mereka menuju kearah ruang tunggu.

“Mas, jam berapa pesawat kita take-off,”tanya salah satu wanita tersebut.

“kira2 1 jam-an lagi,”jawab Hendra

“Hmmm, berarti kita bisa sarapan dulu nich,”lanjut wanita yang tadi bertanya.

“Yup, gua juga mau minum kopi dulu,”lanjut Hendra.

Merekapun menuju ke salah satu resto yang berada di area Bandara, dan langsung memesan makanan dan minuman setelah mereka menghempaskan pantat mereka di kursi resto tersebut.

“Tin, kamu sudah mempersiapkan semuanya?,” tanya Hendra kepada salah satu wanita tersebut.

“Sip, beres semuanya boss,”sahut wanita yang dipanggil Tin.

“Kalau kamu, An,” tanya Hendra ke wanita yang satunya lagi.

“No problem everything under control,”sahut wanita tersebut dengan logat dicadelkan pada saat menyebutkan control.

“busyet, dah, Anna…Anna…sepertinya udah lama yach, gak dibawah yang begituan,”kata Hendro sambil tertawa menanggapi gurauan Anna.

Anna yang mendapatkan ledekan dari Hendra tersebut hanya mencibirkan bibirnya sambil kemudian tersenyum.

“kalau iyach udah lama gak dapat begituan, memangnya bossku yang cakep ini mau ngasih,”balas Anna sambil mengedipkan matanya.

“hahahaha….,”Hendra hanya bisa tertawa menanggapi gurauan Anna tersebut.

“kalau kamu sama, Tin,” tanya Hendra ke wanita yang satunya lagi.

“sama apanya?”wanita tersebut balik bertanya ke Hendra.

“itu yang Anna bilang tadi,”lanjut Hendra.

“yang mana, soalnya Anna kan dari tadi ngoceh melulu,”wanita tersebut kembali bertanya.

“Ah dasar Tina, yang suka bermain dengan kata-kata,”Hendra berkata sambil mencibirkan bibirnya.

“hihihihi…bossku yang ganteng ini bisa juga emosi, aku gak suka bermain dengan kata-kata, tapi aku lebih
suka bermain dengan …. Hihihi,”jawab wanita yang dipanggil Tina sambil mencibirkan bibirnya.

“ternyata kalian berdua sama,”Hendra berkata

“Sama apanya?,” sahut Anna dan Tina berbarengan

“Hehehhe…sama ceweknya,”sahut Hendra

“hhmmmmm,”sahut Anna dan Tina berbarengan

Obrolan mereka terhenti saat pesanan mereka tiba, ketiganyapun terlihat menikmati sarapan pagi mereka.

***********

Hendra adalah seorang manajer pemasaran di sebuah perusahaan di Jakarta, Hendra masih bujangan dan saat ini umurnya sekitar 28 tahun, di kantornya Hendra cukup terkenal dikalangan para wanita, Hendra orangnya sangat supel, ia tidak pernah memandang sebelah mata kepada wanita yang punya tampang pas-pasan, mau jelek atau cantik para wanita itu selalu mendapat perlakuan sama oleh Hendra saat mereka berbicara dengannya.

Tubuhnya yang sekitar 175cm, dengan dada bidang, betul-betul Hendra menjadi dambaan para wanita dikantornya, yang jelek, yang cantik, yang single dan yang sudah bersuamipun selalu senang saat berbincang dengan Hendra, termasuk Anna dan Tina yang kebetulan menjadi bawahannya Hendra, Hendra
selalu membimbing dan membantu mereka dalam hal penjualan, bukan mereka saja seluruh bawahannyapun mendapatkan bantuan yang sama jika mereka meminta tolong kepada Hendra untuk mendampingi mereka dalam hal nego ataupun presentasi.

***********

Anna adalah seorang tenaga penjualan di bawah komando Hendra, sudah 4 tahun Anna menikah tapi sampai saat ini Anna belum dikarunia anak, tubuhnya yang mungil kira-kira 155cm, dengan bagian dada berukuran 34C, dan tonjolan pantat yang cukup besar, Hendra kadang-kadang meledekinya dengan julukan si bebek pada saat Anna berjalan, karena bila Anna berjalan pantatnya selalu bergoyang seperti bebek yang berjalan. Anna yang berwajah cantik dengan diimbangi kulit yang kuning langsat dan mulus membuat mata para lelaki yang menatapnya menelan air liur, seperti saat ini banyak para lelaki yang melirik-lirik kearah Anna untuk menikmati belahan payudaranya. Anna adalah salah satu sales yang paling diandalkan oleh Hendra karena penjualannya yang bagus dan juga karena ia paling mau mendengarkan saran dan kritik dari Hendra. Di usianya yang ke 27 satu tahun lebih muda dari Hendra, Anna terlihat matang dan dewasa, sering ia juga memberikan saran dan kritik kepada Hendra untuk kebaikkan perusahaan.

***********

Tina juga bekerja dibawah naungan Hendra dan termasuk salah satu sales yang juga diandalkan oleh Hendra, berdua dengan Anna mereka selalu silih berganti menjadi top sales, Tina juga selalu mendengarkan saran dan kritik yang dilontarkan oleh Hendra kepada dirinya, perbedaannya dengan Anna adalah Tina masih sendiri dan kulitnya yang berwarna coklat muda, sehingga jika Anna dan Tina berjalan berdua sungguh kontra, Hendra sering meledeki mereka dengan julukan Black & White, tapi kerjasama Anna dan Tina selalu berhasil menggoalkan proyek-proyek yang cukup besar sehingga penjualan mereka berdua selalu jauh diatas rekan-rekan mereka. Usia Tina saat ini baru menginjak 24 tahun, dengan wajah yang manis, sedikit menggoda dan juga dengan postur tubuh yang hanya lebih tinggi sedikit dari dari Anna, mempunyai daya tarik sendiri untuk dipandang, Tina memang tidak mempunyai payudara sebesar Anna, dadanya mempunyai ukuran 32B, tapi tubuhnya lebih ramping dari Anna, dan juga pantatnya Tina tidak sebesar pantat Anna.

***********

Setelah selesai menikmati sarapan mereka, mereka bertiga menuju ke ruang tunggu keberangkatan, untuk menantikan panggilan naik ke pesawat mereka.
Hendra dan kedua anak buahnya ini akan menuju ke Surabaya, untuk pertama kalinya Hendra melakukan perjalanan bisnis ini ditemani oleh anak buahnya, biasanya ia melakukannya sendiri, tapi karena perusahaan mereka mengikuti salah satu pameran yang diselenggarakan di Surabaya, oleh karena itu Hendra mengajak anak buahnya untuk mendampinginya di pameran tersebut, sengaja Hendra mengajak top salesnya untuk mendampingi dengan harapan penjualannya di pameran tersebut akan membuahkan hasil.

Setibanya di Bandara Juanda di Surabaya, mereka dijemput oleh mobil jemputan dari dalah satu hotel bintang lima yang berada di Surabaya, ketiganya memberikan KTP mereka kepada receptionist hotel sesaat
mereka tiba di hotel tersebut.

Setelah mendapatkan kunci, dengan dibantu oleh bell-boy mereka menuju ke kamar masing-masing, kamar
mereka semua berada dalam satu lantai, dan secara kebetulan kamar Hendra bersebelahan dengan kamar Anna dan Tina, jadi posisi kamar Hendra diapit oleh kamar Tina dan Anna.

Setelah merapikan bawaan mereka, mereka bertiga menuju ke area pameran yang memang diadakan di hotel
tersebut, merekapun mempersiapkan plot pameran mereka, tanpa terasa waktupun berlalu dengan cepat, tugas mempersiapkan plot pameran merekapun selesai, Hendra melihat jam di tangannya saat itu waktu menunjukkan pukul 15.00 sore, kemudian ia mengajak Anna dan Tina untuk makan siang di restoran yang ada di hotel itu, selesai makan siang mereka bertigapun beranjak kekamar masing-masing untuk beristirahat.

Hendrapun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tangannya meraih remote TV di samping tempat tidurnya lalu di pilihnya salah satu saluran TV lokal, saat matanya menatap TV, Hendra baru menyadari bahwa kamarnya mempunyai pintu yang berhubungan dengan kamarnya Anna, menyadari hal itu segera matanyapun beralih kesamping tempat tidurnya dan ia juga mengetahui bahwa kamarnya juga berhubungan dengan kamar Tina, dalam hatinya membatin ternyata kamarnya bukan hanya diapit oleh oleh kamar Anna dan Tina tapi juga saling berhubungan, ternyata kamar mereka biasanya selalu digunakan oleh para keluarga yang menginap yang memudahkan untuk mengontrol anak2 mereka.

Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat, jam di tangannya menunjukkan pukul 16.30 sore, setelah mengambil keputusan untuk berenang Hendrapun segera melucuti seluruh pakaiannya dan mengenakan celana renang yang memang ia bawa, Hendra selalu membawa pakaian renangnya bila melakukan perjalanan bisnis karena renang menurutnya selalu dapat meredakan ketegangan otot-ototnya sehabis pertemuan-pertemuan bisnisnya.

Dengan mengenakan jubah mandinya untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut celana renang saja, Hendrapun beranjak menuju kolam renang hotel yang berada di lantai 4, kolam renang hotel tersebut memang berada di lantai 4 tetapi letaknya di luar, setibanya di kolam renang yang saat itu memang sepi tidak ada penghuni hotel satupun yang berenang, dan tidak ada satupun pelayan hotel yang berada di kolam renang.

Setelah melakukan sedikit pemanasan, Hendra lalu mulai berenang mengelilingi kolam renang tersebut, kolam renang tersebut memang tidak terlalu panjang sehingga Hendra berenang mengelilinginya, Hendra yang sedang asyik menikmati air kolam itu tidak menyadari saat terlihat sesosok tubuh yang berbalut jubah mandi sedang menghampiri kolam renang tersebut, Hendra baru menyadari kehadiran sosok tubuh itu saat ia sedang beristirahat di pinggiran kolam renang tersebut, dan saat kedua matanya ditutup oleh kedua belah tangan sosok tubuh itu.

Hendra terkejut saat kedua tangan tersebut menutup matanya, Hendra berusaha melepaskan kedua tangan yang menutupi matanya dan ia membalikkan badannya untuk mengetahui si empunya tangan yang iseng,

“iseng betul kamu, Tin,”Hendra berkata setelah mengetahui si empunya tangan itu adalah Tina,

“hihihihi…habisnya berenang pake acara ngelamun sich,”jawab Tina geli.

“kamu mau ngapain?,”tanya Hendra

“Yach si Boss pake nanya lagi, orang ke sini yach mau berenang dong masa mau nongkrong,”jawab Tina tersenyum sambil menanggalkan jubah mandinya.

Mata Hendra tidak berkedip saat melihat tubuh Tina yang hanya mengenakan bikini, kemaluannya mulai menggeliat, Hendra melihat kedua payudara Tina yang tidak terlalu besar itu masih mengkal, nampaknya jarang di sentuh oleh tangan lelaki, sementara bikini berwarna putih yang dikenakan Tina sungguh kontras denganw arna kulit Tina yang coklat muda itu, bentuk tubuhnya yang ramping betul-betul pemandangan yang bisa membangkitkan gairah lelaki yang menatapnya.

“Eh…pak Hen, sudah-sudah itu matanya, iihh..serem kaya mau nerkam aja, hihihi,” kata Tina saat ia menyadari mata Hendra yang tidak berkedip saat menatapi tubuhnya.

“Eh..eh…eh…siapa yang ….,”jawab Hendra terbata-bata.

“Hihihihi…mau gak ngaku, iihh…,”Tina berkata sambil melangkahkan kaki memasuki kolam renang.

Hendra hanya dapat terdiam malu karena ketahuan, tapi tubuh Tina yang indah dan sexy itu sangat sayang untuk dilepaskan oleh kedua matanya, sesekali ia mencuri-curi pandang untuk melihat bongkahan payudara Tina, saat itu Tinapun sudah berada disampingnya, dan sebetulnya Tina sudah mengagumi tubuh Hendra yang tegap dan mempunyai dada yang bidang, Tina membayangkan seandainya tubuh itu mendekapnya erat-erat, alangkah indahnya dunia ini.

Mereka berdua berdiri berdampingan di pinggir kolam renang, sudut mata Tina melirik ke tubuh Hendra dan
Tina melihat tonjolan di balik celana renang Hendra, air kolam renang yang sedang tenang itu tidak dapat menutupi tonjolan di selangkangan Hendra apalagi ketinggian air di pinggiran kolam tersebut hanyalah sebatas pinggang Hendra, Tina tersenyum melihat hal itu.

“Pak…ayo kita berenang lagi,” ajak Tina memecahkan kesunyian.

“Eh..eh…ayoo…tapi kita berenangnya memutari kolam renang ini,”jawab Hendra

Kemudian Hendra mendahului berenang yang lalu diikuti oleh Tina, keduanya berenang memutari kolam renang tersebut, setelah 4 putaran Tina kemudian berhenti di salah satu sudut yang ada tangga-tangganya, sementara Hendra tidak mengetahui bahwa saat itu Tina sudah berhenti berenang, ia masih terus melanjutkan putarannya.

Saat itu Tina yang sedang beristirahat dengan duduk di tangga sementara tubuhnya masih terendam di dalam kolam, dengan kedua sikunya bertumpu di anak tangga dan tubuhnya sedikit rebah, melihat Hendra yang saat itu melintas di tempat ia beristirahat, Hendra masih asyik berenang memutari kolam renang tanpa menyadari bahwa Tina sudah tidak berada di belakangnya lagi, timbul niat iseng Tina, kemudian Tinapun menunggu kedatangan Hendra melintas di tempat istirahatnya tersebut.

Tempat istirahat Tina yang memang agak tersembunyi tidak terlihat dari arah jalur Hendra berenang dan juga tidak terlihat dari arah manapun apalagi dengan banyaknya pepohonan yang berada di pinggiran kolam renang, saat itu Hendra yang masih asyik berenang mulai melewati tempat istirahat Tina, Tina yang melihat Hendra sedang berenang melintasi tempatnya dengan tersenyum nakal, Tina menerkam punggung Hendra, kedua tangannya dengan sigap segera memeluk leher Hendra, Hendra yang mendapatkan terkaman itupun terkejut dibuatnya, tubuhnya tenggelam kedalam kolam renang, untungnya daerah tersebut tidaklah terlalu dalam hanya setinggi pinggang Hendra, tapi serangan mendadak Tina cukup membuat Hendra gelagapan mencoba untuk berdiri, apalagi kedua kaki Tina yang menggaet pinggangnya, cukup membuat Hendra kesulitan untuk berdiri.

“Gila…uhuk..uhuk…Tin, mau bikin gua mampus yach,”Seru Hendra terbatuk-batuk saat ia berhasil berdiri.

“hihihihi…masa segitu aja tenggelam..kan cetek,”bisik Tina sambil ketawa geli di telinga Hendra.
Hendra yang merasakan nafas Tina di telinganya jadi merinding, dan juga ia merasakan payudara Tina menempel erat di punggungnya, kemaluannya perlahan-lahan mulai menggeliat.

“Ayo..turun…Tin, seperti anak kecil aja, nemplok di punggungku,”kata Hendra sedikit terengah-engah entah
karena masih kaget atau karena nafsu birahinya yang mulai terangsang.

“Gak mau aaahhh…mau di gendong,”jawab Tina manja, sambil tubuhnya naik turun seolah-olah anak kecil yang lagi ngambek minta digendong.

Hendra merasakan payudara Tina menggeser-geser punggungnya, nafsu birahinya semakin menjadi, kemaluannya semakin mengeras, tonjolan di celana renangnya semakin terlihat nyata, hal ini dirasakan oleh Tina yang saat itu kakinya sedang mengait pinggang Hendra, kedua kakinya yang melingkar itu merasakan sesuatu yang keras di selangkangan Hendra, Tinapun tersenyum mengetahui bahwa batang kemaluan Hendra sudah menegang.

“Ayoo…mundur…ccckkkk….cckkkk…,”Tina berkata seolah-olah ia sedang menaiki kuda, tubuhnya dengan sengaja semakin ia tempelkan ke tubuh Hendra.

“Memangnya gua kuda yach…pake…ckck segala,”Hendra meradang sambil merasakan lesakan payudara Tina dipunggungnya yang semakin menempel dengan erat.

Saat posisi tubuh Hendra sudah berada dekat dengan anak tangga, Tinapun melepaskan kaitan tangan dan kakinya, kemudian ia duduk sambil sedikit merebahkan tubuhnya bertumpu dengan kedua sikunya disamping kiri dan kanan tubuhnya, posisinya seolah-olah menantang Hendra untuk menerkamnya, sementara itu Hendra yang merasakan kaitan tangan dan kaki Tina lepas membalikkan tubuhnya dan melihat tubuh Tina yang sedang duduk dan agak sedikit rebah serta payudaranya yang membusung kedepan seolah-olah menantang untuk di remas-remas, Hendrapun menelan air liurnya melihat semua itu, kemaluannya semakin menegang, celana renangnya hampir tidak dapat menutupi geliat batang kemaluannya, Tina melihat kepala kontolnya Hendra sedikit menyembul dari celana renangnya.

“Hihihihihi…pak Hen, malu tuch si otongnya nyembul,”Tina tertawa genit.

“Gara-gara kamu nich, punyaku jadi mau keluar, ayo kamu harus tanggung jawab,”jawab Hendra yang menyadari kepala kontolnya mencoba keluar dari jepitannya.

“hihihihi…enak aja…masa gara-garaku…dia-nya aja yang ganjen,”sahut Tina sambil meleletkan lidahnya.

“eh..jelas-jelas gara-gara kamu, yang nemplok di punggungku, pake gesekin teteknya ke punggungku, jadi aja si otongku bangun, sekarang ayo tanggung jawab,”Hendra berkata sambil menghampiri Tina yang sedang duduk itu, sehingga selangkangannya tepat berada di hadapan Tina.

“Hhmmmm….hihihihihihi…ya udah salahku..dech…maaf…tapi jangan terlalu dekat begini dong, tuch si otongnya tambah kelihatan dech, sepertinya si otongnya minta keluar tuch….hihihihihi…,”kata Tina sambil tertawa geli melihat kepala kontolnya Hendra yang tersembul dari celana renangnya seolah-olah minta keluar.

“Biarin biar tambah kelihatan sama kamu, suruh siapa si otong lagi tidur kok disuruh bangun,”sahut Hendra sambil tetap tidak bergeming dari posisi berdirinya.

“Hihihihi…pak Hen, genit ach… iiihhh.. masa gak malu si otongnya kelihatan, kan aku udah minta maaf…,”kata Tina sambil tetap tertawa geli, tangan kanan Tina berusaha menutupi kedua matanya agar tidak melihat kepala kontolnya Hendra yang sedang menyembul itu.

Tapi dengan cepat Hendra meraih tangan Tina tersebut agar tidak bisa menutupi wajahnya, begitu pula dengan tangan kiri Tina yang mencoba menggantikan tangan kanannya untuk menutupi wajahnya, kedua tangan Tina sekarang berada dalam cengkraman Hendra, sehingga membuat tubuh Tina yang tadinya sedikit rebahan menjadi tertarik kedepan sehingga kepala Tinapun tepat sekali berhadapan dengan selangkangan Hendra, sementara itu Tina yang sedikit kaget dengan gerakan Hendra, ia agak sedikit terkejut, apalagi sekarang ini jarak antara bibirnya dengan kepala kontolnya Hendra sangat dekat sekali, nafsu birahinya semakin meninggi, nafasnya memburu, Tina yang sudah terangsang saat payudaranya bergesekan dengan punggung Hendra, semakin terangsang dengan semakin dekatnya Tina melihat kepala kontolnya Hendra itu.

“pak..Hen…aaahhh…pak..ini si otongnya sudah terlalu dekat dengan bibirku…mundur…pak..nanti ada yang lihat..,”kata Tina dengan nafas yang memburu.

“heeh..suruh siapa kamu kasih bangun naga yang sedang tertidur, gak ada orang yang lihat, hehehehe…tempat ini gak terlihat dari arah manapun kecuali kalau ada yang berenang…,”Hendra menjawab sambil tetap memegangi kedua tangan Tina.

“iiihhh..pak Hen, ngotot…memangnya mau di apain si otongnya, hihihi…gimana kalau kujilatin aja yach,”sahut Tina genit sambil lidahnya mulai menjulur kearah kepala kontolnya Hendra.

Hendra sama sekali tidak menyangka Tina akan berani menjilati kepala kontolnya, padahal kalau tadi Tina masih menolak untuk bertanggung jawab, ia akan melepaskan pegangannya di kedua tangan Tina, tapi Hendra menikmati jilatan-jilatan Tina di kepala kontolnya, matanya merem melek menikmati jilatan Tina tersebut, kedua tangannya tidak memegangi tangan Tina lagi tapi meremas-remas rambut Tina, Tina yang kedua tangannya terlepas semakin bertambah nakal, ikatan celana renang Hendra dilepaskannya kemudian batang kemaluan Hendra dikeluarkan dari celana renangnya sehingga batang kemaluan Hendra terpampang seluruhnya, di jilati batang kemaluan tersebut sambil kadang-kadang mulutnya menyelomoti batang kemaluan Hendra tersebut, tentu saja tingkah Tina ini semakin membuat Hendra terangsang, kontolnya semakin mengeras.

“Ooghhh… Tin…. ooooooghhh… enaaakk… selomotanmu enaaakk…Tin,”Hendra mengerang lirih.

“Hhhmmm…sslrrrppp…hhhmmmm…ssslrrrrrpp…kontolmu besar pak Hen,”Tina bergumam sambil tetap mengulum-ngulum kontolnya Hendra.

Hendrapun tidak mau diam saja menerima serangan Tina di kemaluannya, tangan kanannya mulai menyerang payudara Tina, kedua payudara Tina bergantian diremas-remasnya, kedua putingnya pun silih bergantian dipilin-pilin oleh jemari Hendra, nafsu birahi Tinapun semakin bertambah, nafasnya semakin memburu, selomotannya semakin bertambah gila, tapi Hendra tidak mau kontolnya menyemburkan sperma hanya dengan selomotan Tina saja tapi ia juga ingin merasakan lubang vagina Tina menjepit kontolnya, dan juga karena posisi mereka yang saat ini sedang berada di kolam renang, maka Hendra segera menghentikan Tina yang sedang menyelomoti kontolnya dengan penuh nafsu.

“Sssstttt…Tin, kita lanjutkan dikamar saja….gak bebas disini…tar ada yang lihat,” kata Hendra sambil menarik kontolnya dari cengkraman tangan dan mulut Tina.

“Iiihhh..pak Hen…nanggung, kita lanjutkan disini ajah, hitung-hitung sport jantung juga…hihihihi…kalau ada yang lihat paling juga pengen ikutan…,”Tina berkata dengan genit sambil membetulkan bikini bagian atasnya yang tadi terkuak karena ulah tangan Hendra yang beraksi di payudaranya.

Kemudian keduanya segera beranjak meninggalkan kolam renang tersebut, sambil tidak lupa mengenakan jubah mandi mereka, di dalam lift keduanya berciuman dengan penuh nafsu, lidah mereka saling menari-nari bergantian didalam rongga mulut mereka berdua, ciuman nafsu mereka terpaksa berhenti saat lift berhenti di lantai dimana kamar mereka berada.

Setelah mereka berada di kamar Hendra dan Hendrapun mengunci pintu kamar, Hendra kemudian dengan penuh nafsu mulai mencumbu Tina, mulut mereka berpagutan dengan penuh nafsu, nafas keduanya memburu, lidah keduanyapun silih berganti menari di rongga mulut mereka, air liur mereka telah menjadi satu, jubah mandi yang menutupi tubuh mereka sudah tergeletak di lantai, kedua tangan Hendra mulai meremas-remas payudara Tina, dan kedua putingnya pun tidak luput dari serangan Hendra, desahan-desahan Tina terdengar saat mulut mereka berpagutan dengan erat, tubuh Tina menggelinjang merasakan geli saat kedua payudaranya di remas-remas oleh Hendra.

“hhhhmmmm…ssslrrppp….hhhmmmm….sllrrrppp….,”desah Tina.

Tinapun tidak mau pasrah menerima serangan Hendra, kedua tangannya mulai merayap mengarah ke selangkangan Hendra, kontolnya Hendrapun dikeluarkan dari bekapan celana renangnya, tangan kanan meremas-remas dan mengocok-ngocok batang tersebut, sementara tangan kirinya meremas-remas biji pelernya, Hendrapun mendesah keenakan akibat permainan tangan Tina, iapun semakin bernafsu menciumi Tina dan meremas-remas kedua payudara Tina.

“hhhmmmmm….sslrrrppp…hhmmm…sslrrrppp,”Hendrapun mendesah.

Sambil menikmati remasan-remasan tangan Tina di kemaluannya, kedua tangannyapun semakin gencar melancarkan serangan di kedua payudara Tina, tubuh Tina yang bersandar di tembokpun semakin menggelinjang kegelian mendapat serangan gencar Hendra, tapi kedua tangannya tidak mau melepaskan genggamannya di kemaluan Hendra, tangannyapun semakin aktif mengocok-ngocok kontolnya Hendra tersebut, remasan-remasan tangannya di biji pelernyapun semakin gencar, kedua insan yang sedang dilanda birahi ini saling serang.

Mulut Hendra mulai beralih menelusuri leher Tina, jilatan-jilatan Hendra di lehernya membuat Tina semakin menggelinjang antara geli dan enak, sementara tangan Hendra mulai merayap turun kebawah, bikini Tina mulai dilucutinya, tali temali yang mengikat bikini di sebelah kiri dan kanan pinggulnya dilepaskannya, sehingga bikini tersebut meluncur turun ke lantai, tangan kanannya langsung mengarah ke bibir vagina dan kelentitnya Tina, Hendra merasakan vagina Tina sudah basah akibat nafsu birahinya yang menggelegak, tangannya mulai aktif mengelus-ngelus itilnya Tina, Tinapun mengerang dan merintih keenakan.

“Ooohhhh….pak Hen, …Ooohhh… terus… terus…elus itilku…hisap..hisap..tetekku.. oohhh…pak Hen…..hhhmmm…. oooohhh,”Tina merintih-rintih keenakan akibat ulah tangan Hendra di itilnya ditambah dengan serangan mulut Hendra dipayudaranya.

Tangan Tinapun terlepas saat Hendra mulai menciumi dan menjilati payudaranya, posisi tubuh Hendra yang agak sedikit membungkuk mengakibatkan hal tersebut, dengan terlepasnya batang kemaluan Hendra dari genggaman tangannya, Tina hanya bisa menerima dan menikmati serangan Hendra di payudara dan kemaluannya.

Hendra semakin gencar menciumi, menjilati dan menghisap-hisap kedua buah payudara Tina bergantian kiri dan kanan, kedua putingnyapun tak luput dari serangan Hendra, yang kiri ia hisap dan jilati yang kanan ia pilin-pilin dengan jemari tangannya, dan saat yang kanan ia jilati dan hisap-hisap giliran yang kiri mendapatkan pilinan dari jemari tangannya, kemudian Hendra menambahi serangannya dengan mengelus-elus kelentit dan bibir vagina Tina, Tinapun semakin merintih-rintih keenakan.

“Oooohhh….sssshhhh…aaachhh…pak Hen, teruss…pak Hen, oooohhh… sssshhh …puaskan aku…ooohhh…pak Hen….ssshhhh…aaaachhhh…,”Tina merintih-rintih keenakan.

Remasan tangan kiri Hendra di payudara kanannya dan ditingkahi dengan pilinan-pilinan di putingnya, disertai dengan hisapan-hisapan mulut Hendra yang menyerang payudara sebelah kirinya, ditambah dengan serangan tangan kanan Hendra yang bermain di kelentitnya, membuat vagina Tina semakin basah oleh cairan birahinya, tangan Hendrapun menjadi basah oleh cairan birahi Tina itu, Hendrapun mulai melesakkan jari tengahnya kedalam rongga vagina Tina, aksi Hendra membuat Tina sedikit terhenyak, jari tengah Hendra mulai menekan bagian dalam yang vagina Tina yang terletak dibelakang kelentit Tina sementara jempolnya mengelus-ngelus kelentitnya, Tina semakin meradang karena nafsu birahinya yang semakin memuncak, vaginanya semakin basah dan mulai membanjiri tangan Hendra.

“ssshhhh… aaahhhh….ssshhh…aaahhh…sshhh…aaahhh….paakk…Heeeenn n ,” erangan Tina semakin menjadi.

“Ssshhh…sudah…sudah…pak Hen…aakuu…gak kuat lagi…cepat..masukin kontolmu yang besar …pak…memekku…pengen ngerasain….kontolmu..itu… ooohhh..pak…jangan siksa..aku…aaachhh…pak…cepat.tusuk aku…,”Tina merintih-rintih.

Tinapun melepaskan diri dari serangan Hendra, dengan cepat ditariknya batang kemaluan Hendra sambil berjalan kearah tempat tidur lalu Tina merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, Hendra yang ditarik kontolnya itu terpaksa mengikuti gerakan Tina, Tina yang sudah tidak sabar ingin merasakan lesakan batang kemaluan Hendra segera mengarahkan batang kemaluan tersebut ke lubang vaginanya, dioles-oleskannya batang kemaluan Hendra di bibir vaginanya, Hendra menggigil saat kontolnya bersentuhan dengan itil dan bibir vagina Tina, Tinapun lalu menyelipkan kepala kemaluan Hendra di bibir vaginanya,

Sleeeepppp… kepala kontolnya Hendrapun terjepit di lubang vagina Tina.

“Ooooohhhh….pak Hen…tekaann..kontolmu…cepat..pak Hen..aku ingin merasakan memekku disodok-sodok..kontolmu yang besar itu…..,”erang Tina yang menyuruh Hendra untuk melesakkan kontolnya kedalam lubang senggamanya.

Tanpa menunggu Tina mengulangi permintaannya Hendra mulai mendorong masuk kontolnya kedalam rongga persenggamaan Tina, Tina terhenyak saat batang kemaluan Hendra mulai melesak masuk kedalam lubang senggamanya,

Bleeeesssss……

“Aaaaghhhh….kontolmu besaar sekaliii…pak Hen, ooohhhh..pelaaannn….aaaghhh. robek memekku….,”Tina
menjerit merasakan sakit pada lubang vaginanya.

“memekku memang udah robek….Tin, kamu bukan perawankan?,”Hendra bertanya

“Bukaannn…tapi kontolmu pak Hen, besar sekali…aaaaghhh…punya pacarku..tidak sebesar punyamu…oooghhhh…pelan..pelann…pak Hen,”Tina menjawab sambil merintih.

Bleeeessss…. Kembali Hendra mendorong kontolnya masuk lebih dalam kelubang vagina Tina

“Pak Heeennn…oooghhhh..memekku…sakit…kontolmu sich besar sekali… aacchh. Pak Hen… sakiiittt tapi enaaakkk...,”Tina kembali merintih.

Hendra mendorong lebih dalam kontolnya ke dalam lubang senggama Tina,

Bleeesssss…… kontolnya Hendra sudah separuhnya masuk di dalam lubang memek Tina.

Tinapun semakin merintih kesakitan dan keenakan merasakan memeknya yang penuh oleh kontolnya Hendra.
Hendra merasakan sempitnya lubang vagina Tina yang menejpit sangat erat pada kontolnya, ia juga merasakan dinding lubang vagina Tina berdenyut-denyut dengan kuat.

Hendra mendiamkan sebentar kontolnya dalam jepitan lubang vagina Tina, tubuh Tina ia rengkuh dalam pelukannya, bibirnya memagut bibir Tina dengan penuh nafsu yang disambut oleh Tina juga dengan penuh nafsu, lidah Hendra menyeruak masuk ke dalam rongga mulut Tina, mencari lidah Tina, lidah keduanya saling bertautan dan saling bersentuhan, sambil asyik berciuman, Hendra mulai mendorong masuk lagi kontolnya kedalam lubang vagina Tina.

Bleesssssss…… dan Bleeeesssssss…..

Hentakan terakhir Hendra berhasil membenamkan seluruh kontolnya tenggelam dalam lubang senggama Tina, membuat mata Tina membelalak sehingga hanya matanya nampak putihnya saja, Tinapun menggigit bibir Hendra menahan sakit akibat lesakan kontolnya Hendra di lubang memeknya.

“Hhhmmmm….hhhmmmm….hhhmmmmm…hhhmmmmm…,”Tina bergumam antara sakit dan enak sambil mengigit bibir Hendra.

Tina membuka kakinya lebar-lebar untuk mengurangi sakitnya dan kemudian kedua kakinya itu ia kaitkan dibelakang pinggang Hendra, sementara itu Hendra mulai menarik perlahan-lahan kontolnya dari jepitan lubang memek Tina, dan melesakkannya lagi perlahan-lahan,

Ssssrrrtttt…. Bleessss…. Sssrrrrtttt… bleesssss… sssrrttttt…bleeesss..

Gerakan keluar masuk kontolnya Hendra sangat perlahan-lahan akibat peretnya memek Tina, Hendra merasakan betul kuatnya cengkraman dinding vagina Tina, perlahan tapi pasti gerakan keluar masuk kontolnya itu mulai sedikit lancar akibat semakin banyaknya getah bening yang keluar dari memek Tina dan dari kontolnya, yang membuat kontolnya semakin gampang keluar masuk di lubang memek Tina.

Tinapun mulai dapat lebih menikmati genjotan-genjotan Hendra, memeknya sudah dapat menyesuaikan dengan besarnya batang kemaluan Hendra, dari mulutnya yang masih asyik berciuman dengan Hendra mulai keluar erangan-erangan keenakan.

“Hhhmmm… ssslrppp… pak Hen…kontolmu,...ssslrpp…hhmmm..enak…besar… hhmmm…ssslrrpp….puaskan aku…ooohhh…hhmmm sslrrrppp..,’ Tina mengerang-ngerang.

“Oooghh…hhmmm…ssslrrrppp…memekmu sempit sekali…ssslllrrppp… peret… kontolku ssslrrrppp…. Kaya diremas-remas….hhhmmm…,”Hendrapun mengerang keenakan.

Batang kemaluan Hendra semakin gencar keluar masuk di lubang memek Tina, terlihat bibir memek Tina ikut keluar masuk seiring dengan keluar masuk kontolnya Hendra, tangan Tinapun semakin kuat mencengkram punggung Hendra saat menikmati persetubuhan ini. Erangan keenakan keduanyapun semakin sering terdengar,

“Pak…Hen….oooohhh…puaskan aku….ooohhhh….aaacchhh….pak Hen…akkkuu. Mau keluar…pak Hen….ooh… enaknya dientot kamu….kontolmu besar sekali… pak Hen….tekan yang dalam….ooohhh..pak Hen….tekaaannnn yang dalammm… pak… aaakuu…mau keluar…,”Tina mengerang-ngerang merasakan puncak kenikmatannya yang hamper ia capai.

“Sebentar…aaku…juga mau keluaar…kita barengann ooogghhhh…enaknya memekmu ini…Tin, ooooghhh…peret….seret…aaagghhhh…. aaakuu….mau.. keluar …Tinaaaaaa….oooghhhh,”Hendrapun mengerang keenakan.

Dan,

Cccrreeeetttt….. sssssrrrrr…. Ccreeeettt… ssssrrrr… creeeettt…. Sssrrrrrr…

Hampir bersamaan kedua kemaluan mereka saling menyemprotkan lahar kenikmatannya, Hendra merasakan semburan hangat pada batang kemaluannya sementara Tina merasakan terjangan hangat sperma pada dinding ujung rahimnya.

Hendra mendiamkan batang kemaluannya dalam genggaman lubang memek Tina, sampai batang kemaluannya meneteskan tetes terakhir spermanya, sambil menciumi Tina dengan lembut dan mesra yang dibalas dengan pagutan dan ciuman lembut oleh Tina yang juga sedang merasakan sisa-sisa kenikmatan persetubuhan mereka, perlahan-lahan kontolnya Hendra mulai menciut dan terlepas dengan sendirinya dari jepitan memek Tina seiring dengan itu terlihat aliran lahar putih mulai mengalir keluar dari lubang memek Tina.
Hendra membaringkan tubuhnya disamping tubuh Tina sambil tersenyum puas, begitupula dengan Tina diwajahnya terukir senyum puas.

Pertarungan mereka berlanjut sampai subuh, berbagai gaya mereka coba, mereka berdua berhasil merengkuh kepuasan berkali-kali, sampai tubuh mereka lemas.

Tamat