Holiday’s Challenge Epilogue: Gadis Pemenang 1

“nah, itu, Pak, villanya di depan..”.

“yang itu, non ?”, tanya Malih sambil menunjuk ke sebuah villa yang cukup megah.

“iya, Pak”. Mobil Riri berhenti di depan gerbang villa.

“kayaknya di kunci, non ?”.

“ini, Pak kuncinya…”.

“lho ? katanya ini villa temennya non Riri ? kok non Riri punya kuncinya ?”.

“iyaa, namanya juga temen akrab..jadi Riri dikasih kunci duplikatnya deh..”.

“yaudah, sini non kuncinya…”. Malih membuka gerbang dan kembali masuk ke dalam mobil. Perlahan, Malih mengendarai mobil masuk ke dalam. Sudah ada 3 mobil yang terparkir.

“Pak Malih tunggu di sini sebentar yaa..”, ujar Riri sambil cipika cipiki ke Malih. Dari dalam mobil, Malih memandangi Riri yang berjalan ke pintu depan villa. Malih menggeleng-gelengkan kepalanya, nasibnya benar-benar berubah 180 derajat. Tak pernah terbayangkan, di umurnya yang sudah lanjut malah bisa kenal dengan cewek cantik seperti Riri, bahkan bisa digauli seperti istri sendiri.

“tok ! tok !”.

“eh Riri..akhirnya dateng juga lo…”. Lina pun mengajak Riri masuk ke dalam.

“mana si Intan ama Moniq ?”.

“lagi beli makanan di luar..”.

“oh…Lin, gue bawa seseorang nih..boleh di ajak masuk nggak ?”.

“siapa ?”.

“itu..bapak yang gue repotin..”.

“oh si bapak tukang sampah ?”.

“iyaa, tapi sekarang dia udah jadi supir gue..abisnya kasihan gue…”.

“kasihan kenapa ?”.

“ya kasihan, tinggal di gubuk sendirian..”.

“emang dia nggak punya istri ?”.

“istrinya udah meninggal 3 tahun lalu..kasihan…yaudah gue jadiin dia supir terus gue ajak tinggal di rumah gue deh..”.

“terus jangan-jangan lo ama bapak itu…?”.

“iyaa..hehe..”, jawab Riri tersenyum.

“berarti tiap hari dong lo begituan sama bapak itu ?”.

“iyaa..hehe..”.

“terus sekarang dia ada di luar ?”.

“iya..di dalem mobil gue..”.

“yaudah, gue yang panggilin deh..”. Lina sempat keluar tapi masuk lagi.

“namanya siapa, Ri ?”.

“Pak Malih”.

“ok !”.

“tok tok tok !!”, Malih agak kaget ketika ada seseorang yang mengetuk kaca jendela mobil.

“iya, ada apa ?”. Malih terbengong saat melihat seorang gadis cantik yang mengetuk kaca mobil.

“Bapak, Pak Malih kan ?”.

“sebentar, neng..”. Merasa tak sopan, Malih keluar dari mobil. Malih agak terkejut saat bisa melihat gadis cantik yang mengetok kaca jendela mobil. Jelas, dari kepala hingga kaki. Terkejut karena dia hanya memakai tanktop untuk bagian atasnya dan hotpants mini untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Gila, pahanya putih mulus banget, ucap Malih dalam hati.

“kenalin, nama saya Lina..”.

“saya Malih..kok eneng bisa tau nama saya ?”.

“saya temennya Riri..saya yang punya villa ini…”.

“jadi villa ini punya eneng ?”.

“iyaa, Pak..emangnya kenapa ?”.

“nggak, neng…villanya bagus banget..”.

“hehe..makasih, Pak..oh iya, Pak…kita ngobrolnya di dalem ajaa yuuk..”.

“ah nggak usah, neng…saya di sini aja…”, Malih merasa tidak enak.

“ya ampun, Pak..santai aja…ayuuk..”.

“i..iya deh, neng…”. Setelah mengunci mobil, Malih pun mengikuti Lina dari belakang. Malih menelan ludahnya sendiri melihat Lina dari belakang. Tubuh Lina benar-benar indah, lekuk-lekuk tubuhnya sangat sempurna, mungkin ini yang namanya body gitar Spanyol, pikir Malih.

Kulitnya pun begitu putih, halus, mulus, tak ada cacat sedikit pun. Ingin sekali menggenggam dan meremasi pantat yang montok itu, pikiran yang ada di benak Malih. Kedua bola matanya tak pernah teralihkan dari bongkahan pantat Lina yang ada di depannya.

“mari masuk, Pak”. Malih membuka sepatunya sebelum masuk ke dalam. Malih terkesima dengan bagian dalam villa.

“Pak Malih !! sini, bengong aja…”, panggil Riri yang sedang duduk di depan tv. Malih duduk di samping Riri, tiba-tiba Riri langsung merebahkan kepalanya ke pangkuan Malih seperti seorang istri yang ingin menghabiskan waktu bersama suaminya di depan televisi. Malih merasa tak enak dengan adanya orang lain, Lina. Malih sih enak-enak saja, tapi Malih malah mengkhawatirkan Riri yang nanti di anggap cewek murahan oleh sahabatnya, Lina.

“non Riri…wcnya dimana ?”.

“disana, Pak”, tunjuk Riri sambil mengangkat kepalanya dari pangkuan Malih.

“bentar ya non..”. Riri tersenyum.

“eh, Pak Malih, mau ke mana ?”, tanya Lina yang berpapasan dengan Malih.

“mau ke kamar kecil, neng”.

“oh, di sana Pak, yang di ujung sana..”.

“iya, neng, makasih..”. Malih menggeleng-gelengkan kepala sambil menuju ke kamar mandi. Dia mengeluarkan ‘junior’nya dari dalam celananya. Kejantanannya sudah semi ereksi.

“huft…”. Malih melepaskan ‘tensi’ dari fantasinya. Tentu saja ia berfantasi. Melihat 2 orang gadis muda yang cantik dan aduhai seperti Riri dan Lina dalam 1 rumah pastilah membuat semua pria berimajinasi yang tidak-tidak. Apalagi Riri memang sudah biasa disenggamainya. Muncul fantasi di otak Malih. Mulai dari 3some dengan 2 gadis cantik itu sampai membayangkan Riri dan Lina beradegan lesbian. Semakin mengeras alat kelamin Malih itu. Usai menyiram toilet, Malih keluar kamar mandi. Kenapa suasananya lebih berisik dari sebelumnya. Malih langsung diam dan terbengong-bengong melihat 2 orang baru yang sedang ketawa-ketawa dengan Riri.

“Pak Malih, sini !”, teriak Lina. Melihat ada 4 orang sosok wanita di depan tv, Malih benar-benar merasa minder, namun tetap mendekat, dia penasaran juga dengan 2 orang baru itu. Ingin melihat mukanya.

“ini, Pak, kenalin, ini teman-temannya Riri..”. Riri menarik tangan Malih.

“saya Intan, Pak…”, Intan memperkenalkan diri sambil tersenyum.

“kalau aku, Moniiq…”.

“saya Ma..lih…”. Pria tua itu merasa grogi dikelilingi 4 gadis cantik yang masih muda-muda. Bukan grogi dalam arti sebenarnya, tapi grogi karena takut Lina, Moniq, atau Intan menyadari ada tonjolan yang semakin membesar di celananya. Serasa seperti berada dalam surga, 1 rumah dengan 4 orang ABG cantik.

“ayo, Pak, sini nonton bareng kita-kita”, ajak Intan yang ikut duduk lesehan di karpet bersama Lina.

“makasih, non…saya di luar aja…”. Malih harus benar-benar keluar dari dalam rumah. Tonjolan yang nampak di celananya sudah terlalu besar untuk bisa disembunyikan dari keempat ABG cantik itu, termasuk Riri karena Malih takut Riri cemburu.

“haah ! untung nggak ketauan !”, ucap Malih lepas setelah duduk di bangku teras. Malih tak habis pikir, dia bisa berkenalan dengan 3 orang gadis muda yang tak kalah cantik dari Riri. Bisa bersama Riri saja, Malih sudah merasa begitu beruntung, sekarang dia bisa berkenalan dengan Lina, Moniq, dan Intan yang juga berwajah cantik dan manis. Tak lama kemudian, Riri muncul.

“Pak Malih kenapa ?”, tanya Riri lembut dan duduk di pangkuan Malih, berhadap-hadapan.

“ng..nggak kenapa-kenapa, non..”.

“kalau nggak kenapa-kenapa, kok Pak Malih keluar ?”, tanya Riri begitu mesra sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher Malih. Sama sekali tak terlihat seperti majikan dan supirnya.

“Pak Malih lagi mau nyari angin segar aja, non..”, elak Malih, tapi tangannya memegang pinggang Riri.

“mm…”, Riri merasakan ada yang menyundul-nyundul tepat di belahan vaginanya yang masih tertutup cd dan hotpants. Aroma tubuh Riri benar-benar sangat memancing nafsu Malih. Malih sudah tak bisa menahan nafsunya lagi.

Kedua tangannya langsung menyusup ke dalam kaos Riri, terus mendaki ke atas dan berhenti tepat di gundukan kembar yang kenyal.

“hemmmmhh”. Riri meresapi genggaman dan remasan Malih pada payudaranya sambil menggerakkan pantatnya maju-mundur.

“Pak…kita ke kamar yuk..”, bisik Riri ke telinga Malih dengan suara yang sensual. Riri mengecup bibir Malih sebelum turun dari pangkuan Malih. Sebuah sinyal yang sangat jelas, Riri mengajak Malih untuk bercinta. Tapi Malih malah berpikir-pikir terlebih dahulu. Kalau dia bersenggama dengan Riri, pasti Lina, Moniq, dan Intan akan mendengar mereka. Apa non Riri stres ?, pikir Malih. Wajar jika Malih berpikir seperti itu. Mana ada seorang gadis muda secantik Riri tak malu ketahuan teman-temannya sedang bersenggama dengan supirnya sendiri. Tapi nafsulah yang menang. Kemauan si otong milik Malih susah untuk dilawan. ‘Otong’ Malih itu rasanya sudah tak sabar ingin mengobrak-abrik dan memberi pelajaran pada Riri, si gadis cantik yang sudah berani mengundang nafsu birahinya.
Riri

Riri

Malih langsung masuk ke dalam rumah tapi tidak tahu Riri ada di mana. Mau bertanya ke Lina dan Intan yang sedang serius menonton film dvd tentu Malih enggan. Enggan karena takut ditanya “ada apa nyari Riri”.

“Pak Malih kenapa ?”, tanya Moniq yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.

“ah..ng..nggak, neng Moniq…”

“kalau gitu, nonton bareng Moniq yuuk, sama Lina, sama Intan juga. ayuu, Pak ?”.

“nggak usah, neng..saya lagi nyari non Riri..”, jawab Malih terpaksa. Daripada sama 3 gadis cantik yang bisa memancing nafsu tapi tak bisa melampiaskan nafsu, mendingan sama Riri, cantik dan bisa melampiaskan nafsu padanya, pikir Malih.

“emang kenapa, Pak. nyari Riri ?”.

“i..ini, neng…”, Malih gagap seketika, pertanyaan menakutkan itu akhirnya harus dihadapinya. Tak mungkin dia menjawab “pengen ngentot sama non Riri”. Malih gelagapan, otaknya sedang bekerja keras mencari alasan. Ide cemerlang langsung mencuat ke pikirannya saat merogoh kantong celananya dan menemukan jam.

“ini, neng, saya disuruh ambil jamnya. tadi ketinggalan di mobil”.

“oh, yaudah Pak Malih naik ke atas aja, terus ke kamar paling ujung, biasanya sih Riri milih kamarnya yang paling ujung..”.

“oh iya, neng Moniq. makasih, kalau gitu saya permisi dulu..mari..”.

“iya, Pak. sama-sama..”. Langkah Malih cepat menaiki tangga dan menuju kamar paling ujung.

“tok ! tok ! tok ! non Riri…”, panggil Malih pelan.

“sebentar, Pak !”, jawaban dari dalam kamar. Wajah Malih langsung sumringah ketika pintu kamar terbuka. Riri membukakan pintu kamar tanpa mengenakan busana. Tubuh mulusnya terpampang jelas di depan Malih. Payudara bulatnya dan daerah V Riri yang polos, tanpa bulu kemaluan.

“non…”. Malih langsung mendekap Riri sambil berjalan masuk ke dalam kamar.

“aah..Pak Malih…bentar dong…”, desah Riri manja.

“kenapa, non ?”.

“Riri mau mandi dulu..biar seger..”.

“oh iya, non..Pak Malih tunggu deh..hehe..”. Malih duduk di tepi ranjang memperhatikan ABG itu berjalan ke pintu kamar mandi. Tapi, Riri berhenti di depan pintu dan menengok ke belakang, sepertinya sengaja ingin menggoda Malih.

Malih tahu ABG cantik itu sedang ‘memancing’ dirinya, dia langsung mendekap Riri yang sudah telanjang bulat dari belakang. Meremasi payudara Riri.

“Pak Malih..”, lirih Riri dengan nada manja. Riri tahu benar kalau pria tua itu sedang menginginkan tubuhnya. Dan dia pun juga sedang ingin bermesraan dengan supirnya itu. Malih menciumi tengkuk leher dan pundak Riri. Tangannya pun melingkar di pinggang Riri.

“emmmm…”, gumam Riri. Sungguh tubuh yang indah dan harum. Tubuh putih mulus dari seorang gadis muda berparas cantik seperti Riri tentu akan memancing hawa nafsu pria manapun. Tapi, tak sembarang pria bisa menyentuhnya, hanya satu pria beruntung, yaitu Malih. Pria tua itu bisa meletakkan tangannya di tubuh indah itu, mendekapnya, bahkan bisa mendapatkan kehangatan dari tubuh menggiurkan tersebut. Gadis cantik yang sudah telanjang bulat yang sedang dipeluk Malih memang majikannya, namun tak ayal mereka adalah sepasang kekasih yang saling memuja satu sama lain. Itu semua karena Riri telah memutuskan kalau tubuhnya sepenuhnya milik Malih seolah dia sudah menjadi istri pria tua itu.

Tapi memang begitulah keadaan bidadari dan pria tua. Riri tak pernah berkata tidak jika Malih sedang ingin menggumulinya. Dia selalu siap melayani nafsu Malih kapanpun.

“Pak Malih belum mandi kan ?”, ujar Riri.

“belum non…”.

“mandi bareng yuk ?”.

“ayok ayok !”, jawab Malih penuh semangat. Riri menarik tangan Malih. Gadis cantik itu sudah telanjang bulat sementara Malih masih berpakaian lengkap. Riri dan Malih sudah sering mandi bersama, tak heran kalau mereka berdua tak canggung lagi. Seakan tak ada jurang umur antara seorang gadis muda dan pria tua. Mereka layaknya suami istri yang akan mandi bersama.

“mmmhhh emmm”. Malih langsung memeluk Riri dan melumat bibirnya habis-habisan. Malih gemas sekali dengan gadis cantik yang sudah telanjang bulat di depannya itu. Tak pernah terbayangkan oleh Malih, dia bisa mencumbu gadis muda yang sangat cantik seperti Riri. Sebelum bertemu Riri, Malih tak bisa melampiaskan nafsunya karena istrinya sudah meninggal. Tapi, sekarang lihat saja, pria tua itu tengah asik memeluk dan mencumbu gadis muda berparas cantik dan berkulit putih mulus yang sudah tak mengenakan apapun.

“pok pok pok !!”. Malih menabuh-nabuh kedua bongkahan pantat Riri. Terbentuk benang air liur di antara mulut mereka berdua saat mereka menyudahi ciuman mereka. Usai ciuman, mereka berdua saling menjilati wajah. Riri tersenyum setelah wajahnya basah kuyup dengan air liur Malih, begitu juga sebaliknya Malih. Biasanya, cowok yang menelanjangi cewek, tapi ini kebalikannya, malah Riri yang menelanjangi Malih. Riri tersenyum sambil terus melucuti pakaian Malih.

“kenapa, non ?”.

“ah, nggak, Pak..”. Riri sebenarnya teringat saat dia masih SMP dulu, saat kakek tirinya masih hidup. Riri dan kakeknya tak pernah melewatkan mandi bersama biarpun cuma sekali. Mandi pagi maupun mandi sore, Riri selalu mandi bersama kakeknya. Kadang kakeknya yang sudah telanjang duluan dan menelanjangi Riri di kamar mandi, tapi lebih sering lagi, Riri yang sudah telanjang duluan, dan mengajak kakeknya mandi bersama. Dia dan kakeknya begitu leluasa menjalani hubungan terlarang itu.

Semua itu karena orang tuanya yang sibuk. Bahkan, setiap pulang sekolah, Riri selalu langsung masuk ke dalam kamar kakeknya dan langsung bertelanjang ria yang biasanya dilanjutkan dengan persetubuhan yang panas. Begitu leluasa tangan Malih menggerayangi tubuh Riri. Riri pun mendesis dan mendesah dengan manja saat supirnya yang sudah tua itu mengelus-elus daerah pribadi miliknya. Daerah yang seharusnya hanya bisa disentuh olehnya dan calon suaminya saja, tapi lihat saja sekarang, seorang pria tua kurus sedang menggerayangi daerah itu.

“emmhh mmmhh”, lirih Riri lembut saat vaginanya mulai dikobel-kobel Malih. ABG cantik itu juga mulai menggerayangi dan mengocok kemaluan ‘lawan’nya. Kedua insan yang sudah bugil itu terlihat begitu kontras. Si pria, tua, jelek, hitam, kurus, dan keriput sementara si wanita, muda, cantik, putih mulus, dan tubuhnya kencang dan padat berisi, pemandangan aneh yang justru begitu sensual dan erotis bagi siapa saja yang melihatnya.

Keduanya asik saling menggoda satu sama lain dengan saling memainkan alat kelamin. Malih dengan semangatnya, mengobel-ngobel liang kewanitaan Riri, sementara Riri mengelus-elus batang kejantanan Malih dengan halus sambil mendesah keenakan. Malih tak mau berhenti merangsang ABG cantik yang ada di depannya itu. Sambil terus mengorek-ngorek kemaluan Riri dengan tangan kirinya, Malih mencumbui sekujur batang leher Riri dan juga mengilik-ngilik lubang pantat ABG cantik itu dengan 2 jari tangan kirinya. Setiap hari Malih bisa menikmati tubuh indah itu sendirian saja, tak heran kalau Malih merasa berkuasa atas tubuh si gadis tomboi namun cantik dan semok itu.

“cllk cllkk”, semakin becek liang kewanitaan Riri.

“emmmhhh !!”, Riri mendekap Malih erat, tubuhnya menegang, cairan mengucur dari celah sempitnya dan membasahi tangan Malih. Riri mengatur nafasnya sambil tersenyum ke Malih. Meski sudah berkali-kali mereka bersenggama, Malih masih tetap tak percaya kalau ada gadis muda yang begitu cantik seperti Riri mau melayani nafsunya.

Ah sungguh beruntung dirinya. Dengan perlahan, Riri jongkok.

“emmm”. Riri mengelus-eluskan batang kejantanan Malih ke pipinya sendiri. Gadis cantik itu terlihat begitu ‘menyayangi’ kemaluan Malih, bagai anak kecil yang sedang bermanjaan dengan marmut peliharaannya.

“ccpphh cupphhh”. Riri mulai mengecupi batang kebanggaan milik Malih.

“hmm enaaakkhh…ccpphhh ccpphh”, lirih Riri di sela-sela kecupan-kecupannya pada penis Malih.

“non suka yaa ?”, goda Malih.

“suka…bangeeetthh…”, lirih Riri sebelum mulai menjilati batang kejantanan Malih. Lidah Riri menjelajahi selangkangan Malih tanpa terkecuali. Gadis cantik itu begitu menikmatinya.

“oohh enaak noonnhhh”, Malih merem melek merasakan nikmatnya jilatan-jilatan majikannya itu.

Lidah Riri sudah sangat terampil menyapu selangkangan pria tua itu karena memang sudah puluhan kali Riri mengulum benda tumpul milik Malih. Lagipula, Riri memang ketagihan mengulum kejantanan supirnya itu.

“ccphh cpphh”. Tangan kiri Riri mengurut-urut batang penis Malih, tangan kanannya memijati kantung buah pelir Malih, dan mulut Riri sibuk mengecupi dan mengemuti topi baja Malih.

“emmmhhh aahhh”, Malih merinding keenakan, lubang kencingnya sedang dikilik-kilik oleh lidah Riri. Benar-benar ‘service’ sepenuh hati dari seorang gadis muda dan cantik. Benar-benar sungguh nikmat, Malih pun membelai kepala Riri untuk memuji kelihaian lidahnya. Riri tersenyum sambil terus mengulum kemaluan Malih. Sesekali, Riri membenamkan wajahnya di selangkangan Malih seakan ingin menunjukkan kalau dia merasa nyaman di selangkangan pria tua itu. Malih tak berani menghentikan kegiatan Riri karena dia kelihatan begitu asik dan sangat menikmatinya, padahal Malih sudah ingin menyarangkan penisnya ke dalam liang kewanitaan Riri yang sudah pasti hangat dan rapat.

Riri memberikan kecupan terakhir pada batang Malih, benda yang menjadi ‘temannya’ di rumah sehari-hari. Rasanya sudah cukup membasahi selangkangan supirnya. Riri kembali berdiri sambil tersenyum. Dia menghadap ke dinding dan merentangkan tangan serta kakinya seperti penjahat yang akan diperiksa polisi.

“Pak…”, lirih Riri dengan tatapan menggodanya, memanggil Malih. Posisi Riri yang sudah siap untuk ‘diperiksa’ benar-benar sangat mengundang nafsu birahi. Tentu Malih langsung maju dan menancapkan ‘jarum sakti’nya ke dalam lembah kenikmatan milik Riri sampai benar-benar masuk seluruhnya.

“aaahhhh !!”, pekik Riri saat benda tumpul yang besar dan keras itu menyeruak masuk secara kasar ke dalam liang kewanitaannya tanpa permisi terlebih dulu.

“sekarang giliran Bapak yang bersihin memek non Riri…”, bisik Malih dengan kedua tangannya sudah mencengkram kedua buah payudara Riri.

“iyaa, Pak…sikat sampehh bersiiihh…”, lirih Riri dengan suara ‘basah’, khas wanita yang sedang terangsang berat.

“beress non hemmngghhh !!”, Malih menarik penisnya lalu mendorong kencang sampai tubuh Riri terdorong ke tembok.

“awwwhhh !!”.

“plookk plokk plookk plaakhh ! plaakkhh !!”, sesekali Malih menampari kedua bongkahan pantat Riri yang sekal itu.

“owwhh yeesshh !! aahhh teeruusshhh Paaakkhhh !!”, Riri menggoyang-goyangkan pantatnya dengan liar.

“aawwhhh !!”, jerit Riri kecil saat rambutnya dijambak dari belakang. Dulu Riri tak mengerti kenapa Moniq malah suka kalau dikasari oleh pria yang menyenggamainya, namun akhirnya Riri mengerti apa yang dirasakan Moniq. Perlakuan kasar yang sering didapatkan Riri dari Malih saat berhubungan intim malah melecut gairahnya dan membuat pergumulan semakin hot. Secara teknis, bolehlah Riri adalah majikan Malih, orang yang menggaji Malih dan bisa menyuruh-nyuruhnya, namun untuk urusan sex, Malih lah yang berkuasa. Dengan ‘tongkat kuasa’nya itu, Malih bisa merajai tubuh indah Riri. Bisa menyenggamai, menyetubuhi, mengintimi, menggagahi, atau lebih tepatnya mempecundangi Riri setiap hari.

Apapun sebutannya, yang pasti, Malih adalah rajanya, sedangkan Riri adalah budaknya. Selalu melayani Malih di atas ranjang, tentu Riri seperti budak Malih, budak seks pria tua itu. Sejak bersama Malih, Riri merasa semua sifat 3 temannya sekarang dimilikinya. Selain merasa semakin disiksa semakin bergairah, sifat milik Moniq. Riri juga merasa lebih agresif dan lebih ketagihan sex, sama seperti Lina. Dan terakhir, Riri kini semakin gemar tak mengenakan apapun jika di dalam rumah. Awalnya, Riri hanya berniat untuk menggoda Malih saja, tapi lama kelamaan, Riri merasa begitu bebas dan lepas saat tak mengenakan apapun. Lagipula, dengan ia selalu bertelanjang ria, Malih bisa mengakses tubuhnya lebih mudah. Riri tak pernah menyesal hidup bersama Malih. Meski kini ia jadi ‘paket’ lengkap dari sifat seorang gadis nakal, namun ia merasa kakek tirinya hidup kembali. Riri merasa mendapatkan kembali kasih sayang kakek tirinya yang ia rindukan dari Malih.

Dengan leluasa, tangan Malih menggerayangi kedua susu Riri dan memilin-milin kedua putingnya bagai mainan empuk saja. Malih juga bisa seenaknya mencelup-celupkan penisnya ke 2 lubang Riri yang memang tersedia untuknya.

“mmmhhh ccpphh ccmmhhh”. Malih tengah asik menggenjot sambil mencumbu ABG cantik itu dari belakang. Puas menyodomi majikannya yang cantik itu dari belakang, Malih mencabut penisnya dan membalikkan tubuh Riri.

“hhh..hhh”, kedua gumpalan daging kembar Riri bergerak naik turun seirama dengan nafasnya yang cukup tersengal-sengal karena telah orgasme saat digenjot dari belakang tadi.

“mau lagi, non ?”, goda Malih sambil mengarahkan penisnya yang habis dimandikan vagina Riri ke belahan indah itu lagi. Sambil menggigit bibir bawahnya, Riri mengangguk dengan tatapan nakal. Malih langsung mengangkat kaki kiri Riri dan meletakkan betis Riri di pundak kanannya. ‘si botak’ itu pun kembali menyelip masuk ke dalam celah sempit yang ada di tengah selangkangan Riri.

“aahhmmm…”, Riri memang selalu menyukai proses penetrasi penis Malih ke dalam vaginanya.

Bukan hal sulit bagi mereka berdua untuk bersenggama dalam posisi seperti ini karena mereka sudah cukup sering melakukannya. Kenikmatan yang sangat memabukkan bagi keduanya. Tanpa berhenti, Malih ‘mementungi’ liang kewanitaan Riri yang membuat gadis muda itu benar-benar keenakan. Malih menuntun kedua tangan Riri ke lehernya dan menurunkan kaki kiri Riri. Riri yang sudah mengerti langsung mengalungkan kedua tangannya ke leher Malih lalu loncat dan langsung memeluk pinggang Malih dengan kedua kakinya. Malih pun sigap menangkap bidadarinya itu dengan menampung bongkahan pantat Riri menggunakan kedua tangannya. Penis Malih seakan-akan ‘memaku’ tubuh Riri ke tembok kamar mandi. Hanya penis Malih yang menyangga tubuh Riri.

“aahh ahh aahh”, tubuh Riri berguncang naik-turun. Posisi itu membuat Malih merasa sangat jantan dan kembali muda. Merasa muda karena dia masih bisa mengangkat tubuh wanita muda dengan mudah.

Dan merasa sangat jantan karena dia merasa benar-benar menguasai Riri, gadis cantik itu memang bergantung pada batang kejantanan Malih agar tidak terjatuh ke bawah. Pasangan itu bercinta dengan sangat bergairah, penuh nafsu seakan tak ada lagi hari esok untuk mereka. Kekhawatiran Malih akan suara Riri yang bisa saja terdengar oleh Lina, Moniq, dan Intan sudah hilang karena Malih tengah keranjingan merojoki vagina gadis cantik yang tak lain adalah majikannya sendiri.

“oookhhh nonnnhhh !!!”.

“Paaakkhhh !!”. Keduanya mengerang, sedang menuju puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka.

“crootthh !! crrootthh !”, senapan Malih akhirnya menembaki sasarannya yaitu rahim Riri. Riri bisa merasakan semprotan demi semprotan yang sangat kencang mengenai pangkal rahimnya berkali-kali. Untuk lebih meresapi ‘tembakan’ Malih, Riri menutup matanya dan mendekap kepala Malih. Dia merasakan sepenuh hati setiap semburan hangat yang mengenai rahimnya.

Semburan sperma dari seorang pria tua bisa membuat gadis secantik Riri merasa nyaman sekaligus bahagia. Ya, Riri memang suka sekali saat rahimnya disiram air mani oleh ‘lelaki’nya. Bahkan Riri tak takut akibatnya seandainya dia mengandung anak dari seorang pria tua. Tubuhnya adalah ‘kuil’ bagi Malih, jadi sudah sepantasnya kalau dia memberikan keturunan untuk pria tua itu, pikir Riri. Riri pun turun dari ‘sanggahan’nya yang tak lain adalah penis Malih. Mereka berdua pun mandi. Pria tua yang sungguh beruntung. Bisa mendapatkan gadis secantik Riri.

“haaah segeeerrr !!”, ujar Riri keluar dari kamar mandi diikuti Malih.

“Pak Malih mau makan apa ntar ?”, tanya Riri dengan santai sambil memilih-milih baju. Dia tak perlu canggung lagi bertelanjang bulat di depan Malih.

“apa aja deh non..”.

“kalau ayam goreng mentega mau kan ?”.

“ya mau non, masa Bapak nolak makan ayam. hehe”.

“yaudah, Pak Malih tunggu dulu yaa, Riri sama yang lain mau masak dulu..”.

“iya, non. maaf jadi ngerepotin…”. Riri hanya tersenyum manis sebelum keluar kamar.

Malih bersantai tiduran di ranjang empuk nan mewah itu sambil memandangi foto Riri yang ada di dompetnya. Tentu Malih bangga menaruh foto Riri di dompetnya. Kehidupan Malih yang sekarang terasa begitu indah. Menjadi supir dari seorang ABG cantik yang malah lebih suka melayaninya (Malih). Tugasnya hanyalah mengantar bidadari cantik itu kemana saja, namun bayarannya sangat bagus. Selain uang, bunga kampus itu memberikan bayaran yang tak main-main, yaitu tubuhnya sendiri. Selain bisa meniduri majikannya semaunya, Malih juga mendapatkan perhatian lebih dari Riri. Tak jarang Riri membuatkan dan membawakan makanan untuk Malih, seperti sekarang ini. Benar-benar hidup bagai di surga.

“Pak Malih. udah mateng tuh. ayo kita makan bareng-bareng…”.

“iya, non..”. Mereka berdua pun duduk di kursi meja makan. Malih bingung, kenapa Lina, Moniq, dan Intan terlihat biasa-biasa saja. Apa mereka tak curiga kalau ada seorang supir yang cukup lama di kamar bersama majikannya, dan apa mereka tak mendengar desahan-desahan Riri, aneh, pikir Malih.
Lina waktu di dapur

Lina waktu di dapur

Usai makan, Malih membantu membereskan piring dan menyerahkan ke Lina yang bertugas mencuci piring. Tentu Lina yang harus mencuci piring karena ia tak ikut membantu saat memasak.

“Lin, kita-kita mau jalan-jalan nih..”, gagas Intan.

“iyaa, pengeen liat air terjuuun…”, ucap Moniq menggemaskan.

“yaudah, lo pake mobil gue aja..”.

“lho ? lo nggak ikut ?”.

“nggak ah, lagi pengen ngerem di vila, malees kemana-mana…”.

“dasar lo ah, payah, yaudah, kuncinya mana ?”.

“di sana, meja deket tv…”. Malih pun bersiap-siap.

“Pak Malih di sini aja…”, ucap Riri tersenyum.

“tapi, non kan mau jalan-jalan…”, ujar Malih heran, bukankah sudah tugasnya ?.

“nggak apa-apa, Pak. biar Moniq yang bawa, sekalian dia latihan bawa mobil di jalan kelok-kelok biar makin jago”, jawab Intan.

“iya, Pak Malih istirahat aja, pasti capek, sekalian nemenin Lina…”, hatur Riri lembut.

“bener non, gak apa-apa ?”.

“iya, nggak apa-apa, yaudah kita berangkat yaa !”.

“ati-ati lo !”, teriak Lina.

Moniq, Intan, dan Riri pun naik ke mobil dan pergi. Malih baru sadar, berarti hanya tinggal dia dan Lina saja di dalam vila. Lina, seorang bidadari lainnya yang berwajah sangat cantik dengan tubuh begitu sexy bagai seorang dewi. Kelihatan jelas kalau Malih meneguk ludahnya melihat keseksian tubuh Lina dari belakang. Lina mengenakan tanktop hitam dan super mini hotpants, tentu membuat Malih berdiri terpaku dan matanya melotot tak berkedip sedikitpun. Biasanya Malih berduaan dengan Riri yang bisa di dekap, di peluk, dan di grepe-grepe sesukanya, tapi kini dia bersama Lina, sama cantiknya, namun tak mungkin dia memperlakukan Lina sama seperti Riri. Malih benar-benar terpana dengan sepasang kaki Lina yang begitu jenjang dan mulus. Dengan kaki seperti itu, tentu Lina bisa membuat pria manapun berimajinasi liar tentang dirinya.

“aah selesai juga”. Malih langsung menyadarkan lamunannya dan sedikit merapikan celananya, siapa tahu ada ‘tonjolan’ di celananya.

“paling enak, nyantai sambil nonton tv. ya kan, Pak ?”.

“i, iya, neng…”.

“ayo, Pak. temenin Lina nonton tv…”. Lina langsung ngejoprak di depan tv, ditemani Malih. Lina menonton dengan serius sambil ngemil.

“neng Lina..u..udah lama temenan sama non Riri ?”, Malih berusaha memecah kekakuan.

“ya nggak terlalu lama juga, kenal sama Riri pas jadi MABA..”.

“apa tuh MABA, neng ?”.

“Mahasiswa Baru, Pak..”.

“oh, maaf neng, namanya juga nggak pernah kuliah…”. Lina pun tersenyum.

“emang kenapa, Pak ?”.

“ah nggak, neng. ngeliat neng Lina sama non Riri akrab banget, kayak kakak adek. hehe..”.

“emang iya yaa, Pak ?”, tanya Lina sambil tertawa kecil.

“iyaa, neng…”. Senang sekali Malih bisa mengakrabkan diri dengan bidadari cantik selain Riri.

“kalau Bapak, udah berapa lama jadi supirnya Riri ?”.

“5 bulan, neng”. Mereka berdua mengobrol dengan asiknya, sesekali Malih curi-curi pandang ke belahan dada dan paha Lina.

“…ya gitu jadinya, Pak. temen akrab Lina cuma Intan, Moniq, sama Riri. abisnya kapok, temen-temen SMA Lina dulu pada morotin Lina jadinya Lina hati-hati banget kalau milih temen…”.

“oh gitu ya, neng…oh iyaa, neng, saya boleh nanya agak pribadi nggak ?”.

“boleh, asal Lina juga boleh tanya agak pribadi ke Bapak..”.

“oke, neng”.

“yaudah, Bapak mau nanya apa ?”.

“neng Lina, punya pacar ?”.

“ya ampun Bapak. kirain mau nanya apa. hahaha. nggak, Pak. Lina nggak punya pacar”.

“neng Lina boong. masa cewek cakep kayak neng Lina nggak punya pacar ?”.

“makasih, Pak. tapi Lina emang nggak punya pacar, males, lagi pengen bebas. hehe”.

“oh..”.

“emang kenapa, Pak ? Bapak mau jadi pacar Lina ?”, goda Lina sambil tertawa.

“a..aa..ngg..”.

“nah sekarang giliran Lina..emang bener istri Bapak udah lama meninggal ?”.

“iya, neng. udah lama..”.

“terus Bapak nggak nikah lagi ?”.

“udah umur segini, neng..nggak ada yang mau…”, jawab Malih. Malih merasa geli dalam hati. Saat waktu itu Riri bertanya pertanyaan yang sama, keadaannya memang seperti yang dikatakan Malih, tak ada wanita yang mau didekatinya.

Namun saat Lina bertanya sekarang, Malih sudah menemukan pasangan baru. Meskipun tidak/belum menikah dengan Riri, tapi kan setidaknya, Malih bisa ‘menyatroni’ dan menikmati hangatnya tubuh Riri setiap hari seperti istrinya sendiri.

“kasihan Bapak. pasti Bapak kesepian yaa…”.

“ya gitu deh neng…”.

“untung ketemu sama Riri ya, Pak ?”, tutur Lina sambil tersenyum.

“iya, neng, untung aja..”. Wajah Lina begitu dekat dengan wajah Malih. Dengan mata indahnya, Lina memandang Malih. Inilah momen yang tepat. Malih langsung menyosor bibir Lina yang memang menggugah selera. Tak ada respon atau tanda-tanda penolakan dari bidadari cantik itu, Malih semakin memperhebat pagutannya, tapi Lina hanya diam saja.

“hemmhh ccpphh emmm ccpphhh ccpphhh”. Lina seperti membiarkan saja pria tua itu melumat bibirnya habis-habisan. Sementara Malih begitu asik terus mengulum bibir atas dan bawah Lina. Bibir Lina sama lembutnya seperti bibir Riri namun rasanya, rasa anggur.

“cccpphhh”, Lina mulai membalas pagutan Malih. Keduanya saling memagut dan melumat bibir, tak ada yang mau mengalah.

Ciuman yang begitu bergairah, sangat bernafsu, lidah mereka pun juga sudah saling belit. Malih melihat Lina menutup matanya, kelihatannya dia begitu menikmati ciuman ini. Malih tentu semakin mengganas. Pria tua itu semakin serakah mengemuti bibir Lina sambil mendekat ke gadis cantik itu. Satu tangan Malih meraih ke belakang tubuh Lina. Dia mendekap Lina agar bibir mereka berdua semakin menempel erat. Malih bisa merasakan kaitan bh pada punggung Lina. Benda yang sudah lama tak ia temukan pada tubuh Riri karena Riri memang sudah jarang mengenakan ‘penampung’ payudara. Alasan Riri tak pernah memakai bh lagi tentu saja karena si pria tua mesum itu alias Malih. Malih gemar sekali ‘meniupi’ kedua ‘balon’ kembar Riri. Tak hanya di dalam rumah Riri harus ‘menyusui’ Malih, di dalam mobil pun juga begitu. Tak jarang, Riri membuka kaosnya, bertelanjang dada, begitu masuk mobil hanya agar Malih bisa menyusu padanya saat menunggu lampu merah. Tak heran kalau buntalan daging kembar Riri semakin membesar serta membusung ke depan.

Maklum saja, pria tua yang sudah 3 tahun lebih tak menyalurkan hawa nafsunya seperti Malih, bertemu dengan ABG cantik yang dengan senang hati mau ditidurinya seperti Riri, membuat Malih bagai anak kecil yang mendapatkan ‘mainan’ baru. Ternyata, ABG cantik memang wanginya enak, pikir Malih yang sedang menikmati aroma tubuh Lina yang harum, sama seperti tubuh Riri.

“ccuupphhh”, bibir Lina menguncup sebelum benar-benar lepas dari mulut Malih.

“ma..maaf, neng…sa..saya kurang ajar…”. Lina tersenyum dan meletakkan telunjuk kanannya di mulut Malih. Lina merebahkan tubuhnya ke belakang secara perlahan. Lalu Lina menarik kedua tangan Malih setelah sudah tidur terlentang. Malih kini yakin bidadari cantik itu sama sekali tidak marah, malah ‘mengundang’nya untuk lebih jauh lagi.

“cccpphh ccpphh ccppphhh”, mereka berciuman lagi, tapi kali ini, lebih intens dan lebih lembut. Tetap bergairah namun keduanya lebih meresapi dari sebelumnya.

Tangan Malih pun mulai menjelajahi tubuh harum yang sedang ditindihnya itu. Dia langsung menggenggam payudara kanan Lina. Walau masih terbungkus bra, Malih bisa merasakan betapa empuknya buah dada Lina. Buah dada ABG memang sangat empuk dan kenyal. Membuat siapa saja yang meremasnya menjadi ketagihan.

“uummm ooohhhh eemmmm”. Lina menikmati cumbuan-cumbuan dan cupangan Malih pada lehernya. Pria tua itu leluasa menikmati leher Lina yang jenjang. Gadis berkulit putih mulus itu benar-benar bergairah. Yap, Lina memang ingin merasakan keperkasaan Malih, pria tua yang merupakan pejantan sahabatnya, Riri. Malih mencengkram kasar kedua buah payudara Lina. Lina tersenyum manis sambil mengangkat tangan Malih dari payudaranya. Lina menarik tanktopnya ke atas, tubuhnya sedikit diangkatnya. Malih langsung mengerti, dia segera membantu Lina. Tanktop pun terlepas dari tubuh Lina dan dilempar sejauh-jauhnya oleh Malih, antisipasi kalau gadis cantik itu berubah pikiran. Tangan Malih meraih ke belakang tubuh Lina, Lina pun mengangkat tubuhnya lagi agar Malih bisa membuka kaitan bhnya.

Malih menyingkirkan satu-satunya penghalang antara dia dengan kedua buah ‘kelapa’ milik Lina. Malih langsung terdiam membisu. Kini, tepat di depan matanya, 2 buah gunung kembar yang sungguh sangat indah. Putih, bulat, dan kelihatan sangat padat berisi. Tangan Malih langsung otomatis mencengkram kedua payudara Lina dan meremas-remasnya dengan kasar. Kasar sekali Malih memainkan payudara Lina, tapi gadis kaya nan cantik itu malah kelihatan keenakan apalagi saat Malih memilin dan mencubit kencang kedua putingnya. Malih ‘menjatuhkan’ wajahnya ke payudara Lina, dan merapatkan kedua susu Lina seolah-olah ingin menguburkan wajahnya di belahan payudara Lina. Begitu hangat, persis seperti yang dibayangkan Malih.

“aaahhhmmm….enaakhh, Paaakkhh teruussshhh”, desis Lina merasakan sensasi geli-geli nikmat saat kedua putingnya diemut-emut oleh Malih secara bergantian. Malih mengenyot-enyot kedua payudara Lina dengan sangat kuat, sampai pipinya kempot.

Lina pun menekan kepala Malih. Disedot, dikenyot, diemut-emut kedua puting Lina oleh Malih. Bahkan ‘dikunyah’ gemas oleh pria tua itu.

“emmmmhhh…”, gumam Lina pelan mendapatkan ciuman dan cupangan pada permukaan kedua buah payudaranya. Malih benar-benar menggandrungi buah dada wanita semenjak bisa ‘menyusu’ semaunya pada Riri, dia merasa kembali menjadi bayi lagi. Benar-benar bagai lintah yang tak mau lepas dari ‘makanannya’. Puas bermain dengan kemasan susu Lina yang satu, Malih pindah ke yang satunya, lalu kembali lagi, dan seterusnya. Tapi, tangan Malih juga tidak tinggal diam, tangan kanannya mulai mengusap-usap perut Lina, dan tentu bisa diduga, tangannya mulai menjalar ke bawah. Terus merayap ke bawah sampai akhirnya menyelip ke dalam hotpants Lina.

“uuuhhhmmmm”, Lina merasakan elusan-elusan lembut tepat di tengah-tengah daerah sensitifnya. Elusan-elusan tangan Malih benar-benar sangat tepat menyentuh bagian-bagian tertentu di alat kelamin Lina yang masih tertutup cd.

“aahh mmm”, Malih menekan-nekan celana dalam Lina dengan jarinya, membuat bidadari nan cantik jelita itu sedikit menggelinjang-gelinjang. Malih merogoh ke dalam cd Lina. Selangkangan Lina sudah terasa sangat lembap dan ‘panas’. Tanpa ragu-ragu lagi, Malih mulai mengobel-ngobel selangkangan Lina sambil terus mengenyoti ABG putih mulus itu. Kelihatannya memang seperti Malih sedang memperkosa Lina, memaksakan nafsunya pada gadis cantik itu, tapi kenyataannya, Lina juga menikmati perbuatan Malih. Lina merapatkan kedua pahanya, tangan Malih jadi terjepit di daerah pribadi Lina, namun pria tua itu tak berhenti, justru semakin bernafsu mengorek-ngorek kemaluan Lina.

“aaahh aahhh !! EMMHHHH !!!”, tubuh Lina menegang, kedua pahanya semakin rapat, dan perutnya agak melengkung ke atas. Cairan hangat membasahi tangan Malih. Lina tersenyum sambil membelai kepala Malih seakan memuji pria tua itu karena sudah melakukan ‘pekerjaan’ dengan baik. Malih mengangkat tangannya dari ‘sumur’ Lina.

Malih membaui tangannya yang berlumuran ‘sari’ vagina Lina. Aroma yang benar-benar khas. Aromanya segar dan manis seperti roti yang baru selesai dipanggang. Tanpa ragu-ragu, Malih menjilati tangannya. Hmm, lezat dan gurih, pikir Malih. Merasa sudah puas mengenyoti ‘kantung’ susu milik Lina, Malih pun bersiap melucuti hotpants dan celana dalam Lina agar makhluk cantik dan sexy itu telanjang bulat, sekaligus agar bisa mencicipi kemaluannya secara langsung. Lina mengangkat pantatnya berbarengan dengan tarikan Malih. Hotpants dan cd Lina langsung terbang ke samping, dibuang Malih. Oh, sungguh tubuh yang paling indah, lebih indah dari yang dibayangkan Malih. Tubuh Lina pastilah bisa memberikan kenikmatan seksual yang sungguh luar dan membuat pria manapun ketagihan, pikir Malih. Tapi, kedua paha Lina masih menutup rapat, sengaja menghalangi pandangan Malih agar pria tua itu semakin penasaran. Malih berusaha menyingkirkan lutut Lina, tapi bagai pintu baja, susah untuk digeser.

Tiba-tiba Lina tersenyum dan dengan senang hati merenggangkan kedua kakinya. Bagai pemburu yang melihat mangsanya, mata Malih tertuju pada selangkangan Lina. Luar biasa indah dan mengagumkan. Tanpa basa-basi lagi, Malih langsung menyerbu celah sempit Lina dengan lidahnya.

“aahhmmm uuhhhh mmm ooooohhhh !!!!”, Lina langsung menggeliat-geliat tak karuan menerima serangan lidah Malih di alat kelaminnya. Begitu gencar dan sangat penuh nafsu. Benar-benar ganas sekali serbuan Malih pada vaginanya dan Lina benar-benar sangat menyukainya. Tanda kalau pria tua itu sangat ‘menyukai’ vaginanya. Lina menjambak rambut Malih sambil terus mendesah keenakan. Lidah Malih tak henti-hentinya menggelitik di dalam rongga vagina Lina. Nikmat sekali bisa melahap vagina indah nan wangi seperti vagina Lina. ABG emang nggak ada duanya, simpul Malih dalam hati bagai pria yang sudah sangat sering meniduri ABG, padahal baru 2 ABG yang ‘dicoba’nya. Pertama, tentu saja Riri, dan kedua, ABG yang vaginanya sedang ia gerogoti sekarang ini yaitu Lina.

Namun, meski baru 2 ABG yang Malih ‘icip-icip’, 2 ABG itu jempolan. Dua-duanya sama-sama cantik, sama-sama mempunyai tubuh yang indah dan putih mulus, idaman para lelaki lah pokoknya.

“OOOHHHH !!!”, erang Lina lepas. Cairan vagina Lina diseruput habis oleh Malih. Cairan yang Malih sebut sebagai cairan awet muda. Dia merasa muda dan segar setiap habis menyeruput ‘kuah’ vagina.

“mmhh…enaak neng !! maniiss !!!”. Lina cuma tersenyum saja. Malih tak terburu-buru, dia punya banyak waktu untuk menikmati selangkangan Lina. Dia membenamkan wajahnya di tengah-tengah jepitan kedua paha Lina dan menghirup nafas dalam-dalam, menikmati aroma vagina Lina. Sesekali, Malih mengecupi belahan bibir vagina Lina dengan mesra. Tapi, Malih menemukan ‘mainan’ baru yaitu klitoris Lina.

“aahh aahhh emmm uummhhh”, Lina menggelinjang hebat saat klitorisnya mulai digilas-gilas lidah Malih. Inilah pejantan sahabatnya. Pejantan tua yang gemar sekali ‘mengenyoti’ susu dan melahap vagina gadis muda.

Jadilah, kemaluan Lina disosor lagi oleh Malih sampai Lina menyiram lidah Malih dengan ‘kuah’ vaginanya untuk yang kedua kali. Bidadari cantik itu seolah sedang menunjukkan kepada Malih, keramahan dari seorang tuan rumah kepada tamu dengan tetap membiarkan Malih berdiam di selangkangannya. Malih mengangkat kepalanya, lidahnya sudah selesai ‘berurusan’ dengan celah sempit Lina. Disuguhi pemandangan dari seorang gadis cantik nan putih mulus yang tak mengenakan apapun, terlentang sambil mengangkang dengan pasrah, tentu membuat Malih semangat melucuti pakaiannya sendiri. Kini, dua insan manusia itu telah telanjang bulat, sama-sama bisa saling melihat tubuh mereka satu sama lain. Sama seperti Malih, kini Lina bisa melihat alat kelamin pejantan tua itu. Sebuah benda tumpul yang mengacung ke arahnya dengan gagah. Benda yang kelihatannya akan mengaduk-aduk vagina Lina dengan hebat. Lina langsung bangun dan merangkak mendekati batang kejantanan Malih. Dia duduk bersimpuh di depan Malih.

Tangan halus Lina mulai menyentuh ‘perangkat’ kawin Malih. Mengurut, membetot, dan mengocok-ngocok batang keperkasaan Malih. Jemari Lina juga bermain-main dengan ‘kantung kresek’ Malih.

“iya neng. di situ, neng. oohh !! enaakkhh !!”, Malih merem melek saat Lina mulai menjilati perkakasnya.

“ccpphh emmm mmhhh uummhh”, Lina kelihatan begitu asik memainkan lidahnya di sekitar alat kelamin Malih. Bagai eskrim batangan yang sangat lezat, Lina menjilatinya dengan begitu seksama. Kedua buah zakar Malih dikulum bergantian, batang penisnya dijilati terus menerus, dan kepala penisnya diemut-emut sambil sesekali digigit gemas oleh Lina. Tapi, yang paling membuat Malih ‘merinding’ adalah saat lubang kencingnya dicolok-colok oleh Lina dengan ujung lidahnya. Pasti neng Lina udah sering nyepongin cowok, pikir Malih.

“iseep teruss kontol Bapaakhh, nenngg !! OOOHHH ! MANTAAPPHHH !!!”, erang Malih keenakan. Malih bertolak pinggang, benar-benar merasa seperti pria sejati karena ada seorang gadis cantik yang bersimpuh di hadapannya dan sedang membersihkan selangkangannya dengan senang hati.

Malih pun membayangkan jika Riri dan Lina ‘menyergap’ selangkangannya. Pasti dia tak bisa bertahan lama-lama karena keduanya sama-sama piawai memainkan lidah mereka masing-masing, tapi pasti rasanya SUNGGUH NIKMAT.

“ccpphh”, bibir Lina lepas dari pucuk penis Malih, sepertinya dia sudah selesai balas ‘budi’. Lina merasa berhutang, hutang memberikan nikmatnya oral seks. Dan rasanya Lina sudah melunasi hutangnya. Namun, lebih tepat kalau dikatakan jika Lina tak mau Malih sampai ‘keluar’ karena bidadari hyper sex itu memang menginginkan otong Malih menggesek rahimnya dan juga mau sekali merasakan sodokan tongkat milik pria tua itu. Lina pun berdiri, pandangan matanya manja, senyumannya nakal, kedua tangannya melingkar di leher Malih. Malih juga tersenyum, kedua tangannya mengenggam, menampari, dan meremasi kedua bongkahan pantat Lina dengan gemas. Kini, sepasang manusia berbeda jenis kelamin, status sosial, dan terutama wajah dan umur itu sudah sama-sama siap untuk melakukan reproduksi seksual.

Meski secara agama dan hukum, persetubuhan mereka tidak sah, namun keduanya sangat ingin bercinta. Tak ada yang bisa mengubah pikiran mereka. Sang wanita muda ingin merasakan kejantanan dari sang pria, sementara sang pria tentu ingin mendapat kenikmatan dan kehangatan dari tubuh si wanita muda yang cantik itu. Lagipula, tadi kan mereka berdua sudah saling men-sterilkan alat kelamin mereka satu sama lain, sayang kalau tidak digunakan. Lina duduk di sofa, mengangkat kedua kakinya dan melebarkannya selebar mungkin sampai vaginanya terekspos sejelas-jelasnya ke Malih. Belahan vagina Lina merekah, memperlihatkan bagian dalamnya yang berwarna kemerah-merahan. Merasa mendapat ‘undangan’, Malih pun langsung maju, memegangi batang kebanggaannya sambil mendekatkannya ke kemaluan Lina.

“ummmhh…”, gumam Lina, benda tumpul sedang memaksa masuk ke dalam liang kewanitaannya. Malih menikmati setiap senti batangnya yang masuk semakin dalam ke vagina Lina.

Sungguh nikmat, hangat, peret, dan sangat sempit. Tak ada bandingannya.

“mmmm”, Lina mengulum bibir bawahnya sambil terus merasakan sensasi penetrasi ‘jarum’ besar milik Malih. ‘Burung’ milik Malih kini sudah sepenuhnya masuk ke dalam ‘sangkar’ milik Lina. Kedua kaki Lina langsung melingkar erat di pinggang Malih agar alat kelamin mereka berdua tetap ‘terikat’.

“eehhmmmm mmmhhh ooohhh !!!”, lirih Lina, vaginanya mulai digenjot oleh pria tua nan kurus itu. Bagian bawah tubuh Lina terasa luar biasa, ‘tusukan’ penis Malih benar-benar terasa mengenai pangkal liang vagina Lina.

“ckck ckck ckkckk !!”, bunyi kecipak air mengiringi pompaan penis Malih ke lembah kenikmatan Lina. Sodokan-sodokan Malih benar-benar bertenaga, terlihat dari ekspresi Lina yang kelihatan sangat keenakan.

“oohh ! oohhh ! aahhmm !! mmhhh !! eeehhhh !!! yeeesshhh !!!!”, racau Lina merasakan sensasi nikmat luar biasa pada vaginanya yang sedang dirojok-rojokki oleh Malih.

Malih mendekap Lina dan melumat bibir lembutnya habis-habisan. Hantaman demi hantaman penis Malih terhadap rahim Lina semakin brutal, semakin bertenaga dan semakin cepat. Lina pun semakin keblingsatan merasakan vaginanya ditumbuk dengan sangat brutal.

“EENNNGGGHHHH !!!!”, 10 kuku Lina menancap di punggung Malih, pelampiasan dari pelepasan gelombang puncak kenikmatannya.

“ccllkk cllkk cllkk”, ‘pelumas’ alami Lina membuat gerakan penis Malih semakin lancar. Memang paling nikmat menyenggamai gadis cantik. Desahan-desahan Lina terus mengalun di dalam vilanya sendiri. Malih merasa capek juga. Dengan sekali angkat, tubuh Lina terangkut. Takut terjatuh, Lina memeluk Malih erat. Tanpa mencabut penisnya, Malih bertukar posisi. Kini dia yang duduk, sementara Lina duduk di pangkuannya dengan vagina yang masih ‘terkait’ dengan penisnya. Sekarang giliran si wanita yang ‘bekerja’.

“emmmhhh mmm”. Lina mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun, liang vaginanya yang masih mencengkram kuat membuat penis Malih terasa seperti dikocok-kocok.

Sesekali Lina berhenti dan membiarkan Malih mengenyoti kedua buah payudaranya. Malih memegangi pinggang Lina dan menyaksikan bidadari cantik itu terus bergoyang dengan asiknya. Mata malih dimanjakan oleh pemandangan wajah cantik dan tubuh mulus Lina, mulut Malih dimanjakan dengan kedua buah payudara yang bisa disedot sesukanya, dan penis Malih dimanjakan dengan liang vagina Lina yang cengkramannya begitu kuat. Sungguh nikmat rasanya. Apalagi Malih hanya tinggal duduk diam dan menikmati pemandangan indah yang ada di depannya sebab si gadis cantiklah yang ‘bekerja’ agar alat kelamin mereka terus bergesekkan. Sesekali, Malih menahan gerakan pinggang Lina dan menghujam vagina Lina dengan kasar sampai bidadari cantik itu melengkung ke belakang sambil mengerang keenakan. Kadang, mereka juga diam sejenak hanya untuk bercumbu sambil menikmati keintiman antara mereka berdua dan menghayati alat kelamin mereka yang saling mengikat.

Jelas sekali, baik Lina ataupun Malih sama-sama tidak mau sesi sex mereka berakhir dengan cepat. Mungkin kalau bisa, sampai malam. Sambil merasakan nikmatnya goyangan Lina, Malih membanding-bandingkan Lina dengan majikan tercintanya, Riri, di dalam hati. Untuk wajah dan tubuh, meski Riri cantik, namun harus diakui kalau Lina-lah yang menang. Wajah Lina sangat cantik ditunjang dengan kulit yang putih seperti susu serta leher dan kedua kakinya yang jenjang, benar-benar mampu membuat fantasi laki-laki terbang kemana-mana. Tapi, untuk kemampuan lidah, Lina tak ada apa-apanya dibandingkan Riri. Kalau dengan Riri, Malih merasa ‘dimandikan’ dengan air liur Riri. Apalagi selangkangannya, pasti basah kuyup oleh air liur Riri. Dan untuk goyangan, Lina dan Riri sama-sama lihai menggerakkan pinggulnya. Keduanya memang punya kelebihan masing-masing, tapi yang pasti, Malih beruntung bisa menikmati tubuh kedua gadis muda nan sempurna itu. Kedua tangan Malih mengelus-elus pinggang Lina sambil terus menikmati goyangan liar Lina.

Malih sama sekali tak pernah membayangkan kalau dia akan bisa menikmati tubuh ABG cantik selain Riri. Lina mendekat ke kuping Malih.

“Pak Maliih…kontol Bapaakh kerass banget…enaaakhhh…”, bisik Lina dengan suara mendesah dan begitu bergairah. Lina pun menatap Malih, menggigit bibir bawahnya sendiri sambil terus ‘menggilas’ penis Malih dengan vaginanya, matanya pun sayup-sayup, benar-benar terlihat sangat nakal dan bitchy. Sementara Malih masih tak percaya apa yang barusan ia dengar. Kata-kata cabul yang tak diduga-duga Malih akan keluar dari mulut ABG cantik seperti Lina. Nafsu Malih pun langsung terpancing, dia mengangkat Lina dan menaruhnya di lantai. Bagai kesetanan, Malih langsung merojoki vagina Lina dengan kecepatan penuh.

“aaah ooohh mmmm aaahh aaahhh !!!”, gempuran Malih benar-benar hebat, Lina sampai kewalahan.

“jbbhh jbbhh jbbb !!”, tusukan Malih semakin cepat, dia sudah hampir mencapai puncaknya. Sebentar lagi ‘hajat’nya akan tuntas.

Jepitan kedua kaki Lina di pinggang Malih mengencang.

“neeenngghh !! Bapaakk gaak tahaannhh !!!!!”, keluh Malih dengan mengerang, pria tua itu memang rasanya sudah tak mampu lagi menahan gejolak orgasmenya. Memang dengan Riri, Malih bisa membuang air maninya sesukanya, baik di wajah, payudara, anus, ataupun rahim Riri karena Riri sendiri yang membolehkan Malih. Tapi, sekarang kan, dia sedang bersetubuh dengan Lina, jadi Malih agak ‘tahu diri’.

“nggaak apa-apa, Paakh !! di daleemm ajaaa !”, erang Lina.

“jleeebbhhh !!”, hantaman terakhir penis Malih benar-benar sampai ke pangkal rahim Lina.

“OOOKKKHHHH !!!”.

“croothhh !! crrootthhh !!”. Tembakan demi tembakan sperma dari penis Malih terus keluar, tepat sasaran, terus mengenai pangkal rahim Lina. Tubuh Lina berkedut-kedut seperti terkejut, semprotan penis Malih cukup kencang bagai pompa air. Akhirnya berhenti juga. Lina pun menutup mata, meresapi sensasi hangat dan nyaman pada liang kewanitaannya.

“emmmmhhh ccpphhh”. Masih enggan memisahkan organ intim mereka berdua, mereka pun berciuman, saling memagut bibir dengan lembut.

Sungguh puas dan nikmat rasanya mencicipi tubuh indah dari ABG cantik seperti Lina. Lama-lama, penis Malih mengecil dan meloncat keluar dari celah sempit Lina dengan sendirinya. Lina dan Malih masih asik berciuman. Mereka berdua bertatapan.

“cuup cuph cuph”, Malih mengecupi sekujur wajah Lina.

“hh..hh..hh”. Lina tersenyum sambil mengatur irama nafasnya. Lina sepertinya tidak khawatir rahimnya dibanjiri sperma, pikir Malih melihat wajah Lina yang kelihatan puas dan senang. Pasangan yang baru saja melepaskan hasratnya satu sama lain itu sedang beristirahat. Enak sekali Malih, dia beristirahat di atas tubuh Lina yang hangat. Lina tetap harum meski berkeringat. Kepala Malih beristirahat di payudara Lina yang empuk. Pokoknya tubuh Lina menjadi ‘kasur’ untuk Malih beristirahat.

“Pak Malih ?! Lina ?!”. Malih menengok ke belakang. Riri, Moniq, dan Intan berdiri terpaku melihat ke arah mereka berdua. Riri pun hanya menatap ‘kekasih’nya dan teman baiknya itu berada di lantai, berpelukan tanpa mengenakan apapun.

“no….no…non Riri ??”. Malih berdiri, dia gagap. Tak mungkin dia mengelak lagi. Dia benar-benar tertangkap basah oleh Riri habis berselingkuh dengan Lina. Barang bukti pun sangat kuat. Malih dan Lina sama-sama telanjang bulat dan tengah berpelukan, ditambah penis Malih yang lunglai sementara ada cairan putih meleleh keluar dari belahan vagina Lina. Pastilah Riri akan memecatnya, dia harus kembali menjadi tukang sampah, dan yang paling buruk, dia tak akan bisa menemui Riri lagi, pikir Malih ketakutan. Malih keringat dingin. Burungnya semakin masuk, mengecil karena ketakutan. Riri mendekat, Moniq dan Intan juga.

“Pak Malih..”.

“no..non Riri…Ba..Bapak…”.

“hmmmhh ccpphh eemmmm”. Riri malah mencium Malih dan mengalungkan kedua tangannya ke leher supirnya itu.

“Pak Malih bandel…nggak ada Riri..langsung selingkuh sama Lina…”, keluh Riri, namun manja.

“Ba…Bapak…”. Riri mengajak Malih berputar, Intan dan Moniq tengah asik mengenyoti kedua buah payudara Lina. And….

To be continued…