Dewi - 3some dengan Doni & Tuti 1

Selama 1 minggu ini Dewi betul-betul beristirahat dari petualangan liarnya, ia sedang berusaha memulihkan kembali otot-otot vaginanya kembali normal setelah selama 1 minggu vaginanya dihajar oleh batang kemaluan Dave yang besar dan panjang, Dewipun rajin meminum jamu yang dapat mengembalikan otot-otot vaginanya kembali normal.

Selama 1 minggu ini Dewi masih merasakan vaginanya yang sedikit perih akibat hajaran batang kemaluan Dave, tapi walaupun ia merasakan perih di vaginanya tapi Dewi merasa puas dengan terjangan-terjangan batang kemaluan Dave, negro teman suaminya itu, masih terbayang dalam benaknya bagaimana enaknya disetubuhi oleh kontolnya Dave yang hitam, besar dan panjangnya melebihi batang kemaluan yang pernah ia rasakan selama ini, ukuran kontolnya Dave itu hampir 2x dari ukuran batang kemaluan para lelaki yang pernah memuaskan ia.

Setelah 1 minggu lamanya Dewi meminum jamu dan berhenti melakukan persetubuhan, Dewi mulai merasakan perih di vaginanya berangsur hilang, hari ini Dewi merasakan vaginanya sudah tidak perih lagi, hatinya membatin hari ini ia dapat merasakan lagi kejantanan para lelaki.
Hari ini matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya, rumah Hendro masih terlihat sepi, kesibukan yang ada hanya didapur dan ditempat cuci, para pembantunya Hendro sudah terlihat dengan kegiatan masing-masing, terlihat Tuti dan Narti sibuk membenahi rumah dan kamar, sementara Ani sibuk dengan mencuci pakaian, Pono sendiri sedang membenahi taman di depan rumah.

Terlihat sebuah mobil meluncur kearah rumah kediaman Hendro, dari balik mobil turun seseorang dan menghampiri pintu gerbang, ia melihat Pono yang sedang asyik memotong rumput di halaman, dari balik pintu gerbang orang tersebut lalu memanggil Pono, yang dipanggilpun segera menghampiri pintu gerbang.

“Eh, aden, baru datang,” Tanya Pono setelah mengetahui bahwa yang dating adalah tuan mudanya.

“Hhhmm, iya nih baru sampai, tolong bukain pintunya, Pon,” sahut Doni.

“Baik, Den,” jawab Pono.

Pintu gerbang segera dibuka oleh Pono, dan Donipun segera mengemudikan mobilnya langsung menuju garasi, sementara Pono setelah menutup pintu gerbang kembali dengan kegiatannya, Donipun melangkah masuk kerumah, yang pertama ia tuju adalah kamar mamih tirinya, ia merasa sudah kangen dengan pelukan mamih tirinya, dengan ciumannya, dengan kulumannya dan dengan jepitan vaginanya, hanya dengan membayangkan semua itu membuat batang kemaluannya berdiri tegak.

Doni tidak melihat ke 3 pembantunya saat ia menuju kekamar mamihnya itu, saat itu Tuti dan Narti sedang berada dikamar Doni, membersihkan kamar tuan mudanya itu, sementara Ani sendiri masih asyik dengan kegiatannya ditempat cuci, setibanya didepan kamar mamihnya, Doni dengan perlahan membuka pintu kamar mamihnya, kemudian ia menutup pintu kamar tersebut dengan perlahan setelah berada didalam kamar, langkah kakinya menuju kearah tempat tidur mamihnya, Doni melihat Dewi masih tertidur dengan lelap, dengan perlahan-lahan ia melangkahkan kakinya, kemudian dengan perlahan juga ia duduk disamping mamihnya yang masih tertidur itu, dengan perlahan ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh mamihnya itu, Donipun tersenyum melihat tubuh Dewi yang sudah tidak tertutupi oleh selimut, karena ia melihat tubuh Dewi yang hanya berbalutkan daster tipis, sehingga kedua payudaranya terbayang, kedua putingnya tercetak didaster tersebut, dengan perlahan kedua tangannya mulai menjamah kedua payudara tersebut dan meremas perlahan, selain itu Doni mulai mengecup perlahan bibir Dewi.

Remasan-remasan kedua tangan Doni dipayudara Dewi, dan kecupan-kecupan ringan dibibir Dewi, membuat Dewi tersentak dari tidurnya, Dewi kaget karena merasakan kedua payudaranya ada yang meremas dan bibirnya ada yang mengecup, matanya terbuka, dan mulutnya terbuka untuk berteriak, saat itu juga Doni mencium bibir mamihnya yang terbuka itu dan memasukkan lidahnya kedalam rongga mulutnya, lidahnya mulai bermain dan dilangit-langit dan lidah Dewi, mendapat serangan yang mendadak itu Dewi gelagapan dan matanya semakin terbelalak, tapi setelah matanya menangkap raut muka yang ia kenal dan wajah itu adalah wajah anak tirinya, Doni. Hasrat untuk marahnya hilang, ciuman Doni ia balas, lidah Doni yang bermain dirongga mulutnya ia balas, kedua lidah mereka saling bertautan, remasan tangan Doni semakin menjadi, Dewi dibuatnya mendesah, nafas keduanya memburu, nafsu birahi mereka memuncak.

Tangan kiri Dewi meraih belakang kepala Doni, seolah tidak mau melepaskan Doni untuk terus mencumbunya, tangan kanannya merayap keselangkangan Doni, mengelus-elus batang kemaluan Doni yang sudah tegang dari balik celananya, tangan Donipun semakin asyik meremas-remas kedua payudara Dewi yang ukurannya sama dengan ukuran artis “JUPE”, desahan-desahan dan lenguhan-lenguhan kerap terdengar dari mulut mereka berdua, tidak puas dengan hanya mengelus-elus batang kemaluan Doni dari luar, tangan kanan Dewi mulai beraksi dengan mencoba membuka kancing dan resleting celana Doni, setelah berhasil membuka celana Doni, tangan Dewi segera menyelusup masuk kedalam CD Doni, batang kemaluan Doni yang sudah tegang segera diremasnya, akibatnya Doni menggelinjang mendapat serangan itu, saat mereka asyik bercumbu itu tiba-tiba terdengar ketukan dipintu kamar, keduanya segera menghentikan kegiatan mereka.

“Yaaa….,” sahut Dewi dengan nafas yang masih tersengal-sengal, dan mulutnya tersenyum ke Doni, lalu ia mengecup mesra bibir Doni.

“Bu…maaf, kamarnya mau dibersihkan sekarang,” terdengar suara Tuti menjawab.

“Hmmm….ya boleh, masuk saja,” jawab Dewi, Doni kemudian memandang Dewi seolah memprotes jawaban mamihnya itu, karena dia merasa hasrat birahinya yang sudah lama terpendam belum tersampaikan, Dewi hanya tersenyum sambil mengecup kembali bibir Doni.

“Kamar mandi dulu aja, Tut, yang kamu bersihkan,” sahut Dewi.

“Baik, bu,” jawab Tuti,

“Eh..ada den Doni, kapan dating, Den?”Tanya Tuti yang saat itu menyadari ada Doni dikamar nyonyanya ini.

“Barusan saja,” jawab Doni dengan tersenyum dan memandangi Tuti, ia menyadari bahwa Tuti seorang cewek yang manis, kulitnya kuning langsat, bentuk tubuhnyapun sempurna, langsing, kedua payudaranyapun nampaknya tidak terlalu besar, hatinya membatin suatu hari aku harus merasakan tubuhnya, Doni memandangi tubuh Tuti sampai menghilang kedalam kamar mandi.

Dewi yang melihat tingkah anaknya itu tersenyum, kemudian ia berbisik ditelinga anaknya,

“Pasti kamu sedang membayangkan tubuh Tuti telanjang, dan pasti kamu berharap untuk bias menyetubuhinya,”bisik Dewi sambil menjilat telinga anaknya.

“Ah..mamih, gak lah,”jawab Doni perlahan dan tersipu, saat jalan pikirannya diketahui oleh mamihnya itu.

“hehehe… kamu jangan bohong Don, dari cara matamu menatap tubuhnya, mamih langsung tahu,”bisik Dewi kembali.

“Kamu pengen nyobain tubuhnya sekarang, itu juga kalau kamu mau….,”goda Dewi.

“eeh…emang bisa,”tanya Doni penasaran.

“Mau…atau tidak,” Dewi kembali menggoda.

“Hhhmmmm….mau, mih, tapi mamih?,”dengan malu Doni mengiyakan.

“Hmmmm…kita main bertiga aja, kamu kuat gak,” tawar Dewi.

Dewi tidak tahu bahwa Doni sebelumnya sudah menelan obat kuat, karena Doni ingin menyetubuhi mamihnya dan memberinya kepuasan.

“kalau soal itu gak usah khawatir,”jawab Doni tersenyum.

“Oke kalau begitu,” sahut Dewi.

“Kamu sembunyi dulu sana, terus lepas bajumu semua, biar mamih yang ngatur, nanti kalau mamih kasih tanda kamu keluar,” Dewi menyuruh Doni sembunyi.

“Hhhmmm.. oke mih,”Sahut Doni sambil beranjak menuju ke ruangan tempat berganti pakaian.

“Tut, Tuti…sini sebentar,” Dewi memanggil Tuti.

“Ya bu,” sahut Tuti yang segera menghampiri nyonyanya ini.

Saat itu Dewi sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya, Tuti sedikit ternganga saat sampai di tempat Dewi duduk, karena ia melihat tubuh nyonyanya terbayang dengan jelas dari balik daster tipisnya, Tuti melihat kedua payudara nyonyanya yang indah dan besar dihiasi kedua putingnya yang kemerahan, sementara diselangkangannya Tuti melihat bayangan hitam, Tuti menyadari bahwa nyonyanya ini tidak mengenakan pakaian dalam dibalik dasternya yang tipi situ.

“Sini, Tut, duduk sini,” Sahut Dewi sambil menepuk pinggiran tempat tidur disebelah kirinya.

“Ahh..gak usah Bu, biar saya disini saja, daster saya basah, Bu,” jawab Tuti sungkan untuk duduk disamping nyonyanya ini.

“Eh..gak apa-apa, sini duduk, saya mau tanya sesuatu,”kata Dewi.

Dengan berat hati akhirnya Tuti duduk disebelah Dewi,

“Ada apa Bu? Ehh..den Doni sudah kemana, Bu?” tanya Tuti.

“Ohh..Doni kembali kekamarnya, ini Tut, saya mau tanya, kamu sudah berapa lama menjanda,”tanya Dewi

“Ohh..kira-kira 1 tahun setengah, Bu, memang kenapa, Bu?”jawab Tuti sambil bertanya.

“Kamu gak kangen sama itunya lelaki,” tanya Dewi sambil tersenyum.

“Maksud ibu?”tanya Tuti yang masih belum mengerti maksud Dewi.

“Itu lho, Tut, selama satu setengah tahun kamu gak merasa kesepian, tidur gak ada yang meluk, lalu gak pernah melakukan hubungan suami istri,”Dewi menjelaskan.

“Ohh itu, eehhh..gimana yach, Bu, malu..jadinya..kangen sih lalu kalau kesepian sich udah pasti, Bu, kalau yang satu itu, gimana yach, malu Bu..”jawab Tuti tersipu.

“kenapa malu, Tut, kan hanya kita berdua aja, kenapa harus malu sama saya, kan kita sama-sama wanita,”desak Dewi

“Eeehhh…kadang-kadang sich kepengen juga, Bu.” Jawab Tuti malu-malu.

“terus kalau lagi kepengen begituan, kamu ngapain,”kembali Dewi mendesak.

“Iiihh…ibu..malu ah….,”kata Tuti

“Ayo dong Tut, kenapa harus malu, ini kan hanya kita berdua saja yang tahu,” Dewi terus mendesak.

“Aaahh…ibu, saya..hhmmm..saya…paling kalau lagi kepengen begituan…eehhh…. Saya….eeehh….saya…. punya saya… aaahh..malu…,”jawab Tuti malu, pipinya berona merah karena malu, Doni yang mengintip semakin bernafsu melihat Tuti yang tersipu malu semakin terlihat manisnya.

“Punyamu diapain,”desak Dewi.

“Ihhh..ibu…masa saya harus bilang..,”kata Tuti

“Ayo, dong Tut, punyamu diapain,”desak Dewi kembali.

“Itu lho, Bu…di ..raba…di elus-elus sama tangan saya…sampai saya..puas,” jawab Tuti tersipu malu, rona merah dipipinya semakin terlihat.

“Oohh..hanya dielus-elus sama tangan kamu sendiri,”kata Dewi, sambil tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti, Tuti menggelinjang kegelian oleh rabaan tangan Dewi.

“Aaah…geli, Bu,”kata Tuti

“Kamu mau tolongin saya, saya juga sudah lama tidak merasakan punyanya laki-laki,”kata Dewi

“Eehh..Bu, gimana caranya Bu, saya kan perempuan,”kata Tuti bingung

“Kamu lakukan dengan tanganmu, kamu lakukan seperti kamu lakukan kepunyaanmu,” kata Dewi

“maksud ibu,”tanya Dewi bingung

Dewi kemudian meraih tangan Tuti lalu meletakkan tangannya tersebut diselangkangannya, Dewi membuka kedua kakinya, dan mengangkat dasternya, tangan Tuti lalu ia gerakkan di vaginanya, Tuti terperanjat dengan ulah majikannya ini, tapi karena kasihan dengan majikannya ini, iapun lalu mengikuti kemauan majikannya ini, tangannya bergerak perlahan mengelus-elus vagina Dewi, tak lama kemudian Dewipun mulai beraksi, tangan kanannya menyelusup kedalam daster Tuti dan menyelinap kedalam Bra Tuti, payudara Tuti langsung diremas-remasnya, sementara tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti, Tuti kaget mendapat perlakuan seperti itu,

“Eeehh..Bu, jangan, Bu….ooohhh…jjaaanngan…,”tolak Tuti sambil mendesah, karena ia sudah merasakan gairah birahinya yang mulai timbul.

Mulut berkata jangan, tapi tubuh Tuti tidak menolak dengan perlakuan Dewi, tangan Tutipun semakin aktif bermain divagina Dewi, hasrat birahi kedua wanita ini dengan perlahan bangkit, permainan mereka semakin menjadi, entah sejak kapan tubuh mereka berdua sudah telanjang, dari posisi duduk dipinggiran ranjang, sekarang posisi mereka sudah diatas ranjang, Tuti terbaring mendesah-desah menikmati jilatan-jilatan lidah Dewi di vaginanya dan hisapan-hisapan yang mendera kelentitnya, perasaan Tuti melambung tinggi, tubuhnya menggelinjang menikmati serangan-serangan Dewi divagina dan kelentitnya.

“Oooohhh… ssshhh …aaahhh …sshhh ..aahhh ….ooohhh …,”Tuti mendesah.

“Hhhmmm…ssllrrppp…ssllrrppp…enaak..Tut, ssslrrppp.. ssllrrrppp,”tanya Dewi sambil tetap menghisap kelentit Tuti dan menjilati memek Tuti.

“Ooohh…hheeehee..enaaaakk… Bu, nikmaatt…Bu,” jawab Tuti

Tak lama kemudian Dewi memutar tubuhnya sambil mulutnya tetap bermain diselangkangan Tuti, ia menempatkan bagian selangkangannya tepat diatas muka Tuti,

“Slllrrppp… kamu ssllrrpp…juga jilati dan hisap punyaku, Tut, ssslrrppp… sslrrppp,”kata Dewi.

“Ooohhh…iiiyaaaa…Bu…, aaaahhhh…sllrrppp….ssllrrppp…aaahh…,”Tuti menuruti kehendak nyonya majikannya ini.

“Ooohh…ssslllrrppp….aaaghhh…Tut, itilku dihissaaappp…juga…Tut, ssslrppp…,” Dewi mendesah

Doni yang melihat pemandangan itu semakin terangsang, kontolnya semakin mengeras, dengan sabar Doni menunggu kode dari mamihnya, walaupun hatinya ingin segera memasukkan kontolnya kememek-memek Tuti dan Dewi, nafasnya memburu tanda nafsu birahinya semakin meninggi, sementara itu diranjang aksi kedua wanita ini semakin menggila, keduanya saling menghisap dan mengerang silih berganti, terlihat Dewi memberi kode kepada Doni untuk masuk ke arena pertempuran, kedatangan Doni tidak diketahui oleh Tuti yang saat itu sibuk menikmati jilatan dan hisapan Dewi dan juga sibuk dengan aksi mulutnya di memek Dewi.

Dengan pelan-pelan Doni naik keatas ranjang, ia melihat memek Tuti yang sedang dijilati oleh mamihnya, lubang vaginanya yang sengaja Dewi buka terlihat jelas kemerahan, Doni melihat dalaman lubang itu berdenyut-denyut, saat mamihnya menghisap kelentitnya, dengan perlahan Doni menyelipkan kepala kontolnya kelubang tersebut,

Sleeeppppp………. Kepala kontolnya terjepit dilubang vagina Tuti.

Tuti yang merasakan lesakan di lubang kemaluannya tersentak, tapi ia tidak bias bergerak banyak karena tubuhnya sedang di tindih oleh tubuh Dewi, tubuhnya yang mungil tidak dapat berbuat apa-apa, dan ia tidak mengetahui apa yang mengganjal di lubang kemaluannya itu.

“OOuughhh….aaapaa… itu Bu, aapa.. yang masuk kedalam lubang kemaluan saya,” tanya Tuti kaget

“Tenang, Tut, tenang, nikmati saja kontolnya Doni, pasti kamu gak kecewa,”jawab Dewi menenangkan.

“Eeehhh…jangan, Jangan….dimasukkan Den, den, jangan…Aaghhhh…. Ppelaaan … den…peellaannn…aagggghh…kontolmu besar sekali den…ooougghh… robeeekk.. memekkuuu…,” Tuti menjerit saat Doni mulai meneroboskan kontolnya kedalam lubang vagina Tuti.

Perlahan tapi pasti batang kemaluan Doni mulai menyeruak lubang vagina Tuti yang sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh batang kemaluan lelaki ini, sedikit demi sedikit kontolnya Doni mulai terbenam dalam lubang memek Tuti,

Bleeessss…… bleeeessss…. Bleesssss….

Dan

Bleesssssssss….
Dengan sekali hentak Doni mendorong masuk semua batang kemaluannya sehingga terbenam seluruhnya didalam lubang kenikmatan Tuti.

“Aaaagghhh… memekmu sempit juga…Tut,”Doni mengerang keenakan merasakan jepitan ketat vagina Tuti.

“Oooghhh…. Ssaaakkittt…. Aaahhh…. Hmmmm…aaaaghhh… den…cabut..den.. ,” Tuti mengerang kesakitan merasakan kontolnya Doni yang memenuhi rongga kewanitaannya.

“Sabar..Tut.. nanti juga gak sakit… itu karena kamu sudah lama tidak merasakan batang kemaluan lelaki,” Dewi menenangkan.

Doni mendiamkan kontolnya dalam jepitan vagina Tuti, Dewi mulai kembali menjilati kelentit Tuti, jilatan yang dilakukan Dewi perlahan-lahan mulai menghilangkan rasa sakit di memek Tuti akibat lesakan kontolnya Doni, tapi bukan hanya Tuti yang menikmati jilatan Dewi itu, Doni pun ikut merasakan jilatan mamihnya dipangkal selangkangannya, karena posisi pangkal selangkangannya berdekatan dengan posisi kelentit Tuti sehingga jilatan Dewi dapat Doni rasakan juga, Doni merasakan lidah mamihnya menyapu-nyapu pangkal selangkangannya, Doni merasakan kenikmatan yang sedikit berbeda.

“Ooohhh….ssshhh….ooohhh….sshhhh…,”erangan Tuti mulai terdengar lagi, isak tangisnya telah berganti dengan lenguhan nikmat akibat jilatan Dewi.

Tuti sudah mulai tidak merasakan sakit di vaginanya, tapi ia merasakan enak akibat memeknya dipenuhi oleh kontolnya Doni, Doni sendiri mulai merasakan memek Tuti berdenyut-denyut, seolah meremas-remas kontolnya dengan lembut. Dengan tidak menunggu lebih lama lagi Doni mulai mengeluar masukkan kontolnya di lubang vagina Tuti,

Sssrtttt…. Bleeessss…. Srrttttt…. Bleeeesss…. Sssrrttt…. Bleeessss…..

Dewi yang masih asyik menjilati kelentit Tuti, melihat bagaimana kontolnya Doni keluar masuk di vagina Tuti dengan perlahan, dan iapun mendengar suara desahan keenakan dari Tuti, menyadari bahwa Tuti sudah dapat menikmati lesakan-lesakan kontolnya Doni, Dewipun bangkit dari posisinya, iapun berbaring disamping Tuti, sambil tangannya bermain di payudara Tuti, kedua payudara Tuti silih berganti ia remas-remas dan ia hisap-hisap, jilatannya bermain di kedua putingnya, gigitan-gigitan lembut ia lakukan juga dikedua putingnya tersebut, akibatnya erangan dan desahan nikmat Tuti semakin kerap terdengar, Tuti merasakan keenakan yang sangat luar biasa yang belum pernah ia alami selama ia berhubungan dengan seks dengan suaminya, batang kemaluan Doni yang besar memenuhi rongga wanitanya, gesekan-gesekan kontolnya Doni di dinding vaginanya terasa sangat erat, di tambah dengan hisapan dan jilatan serta gigitan Dewi di kedua payudara dan putingnya, Tuti merasakan keenakan, matanya kadang terpejam kadang mendelik, mulutnya mendesah dan mengerang.

“OOuughh….eenaaakk…aaaghhh….ssshhh… den…enaaak… kontolmuuu… enak den… aahhh…genjot terusss..memekkku… yaaaaaahhh….,” Tuti mendesah keenakan.

“Ssshhh...uuughhh… memekmu…seempiittt…Tut, enaaakk… kontolkuuu…,” Donipun mengerang kenikmatan.

“Hhhmmm…ssslrrppp…ssslrrppp…, betull kan Tut, kamu pasti enak..sslrrppp…,” gumam Dewi

“Iiiiyyaaaahhh… buuu… ooougghh… kontolnya den Doni…. Enaaakk.. besaarr… lebih bessaaar… dari padaaaaa… punya suamiku… aaaagghhh…,”erang Tuti.

Nampak kepala Tuti bergoyang kekiri dan kekanan, kadang-kadang terangkat saat lesakan kontolnya Doni masuk lebih dalam di lubang vaginanya, lenguhan dan desahannya semakin sering terdengar, gairah birahinya yang terpendam selama satu setengah tahun hari ini terlampiaskan, gejolak birahinya meledak-ledak menikmati sodokan-sodokan kontolnya Doni, Tuti merasakan puncak pendakian birahinya akan segera tercapai, ia merasakan lahar kenikmatannya akan segera meletup,

“Ooohhh….den….terussss….genjot memekkkuuu… yang cepaaatt… den .. yang kuaaat… den….aaawwww….teeruusss…dennn….yaaah…beegitttuuu…d eeen… makiiiinn ceppaatt… aaaghhh… dennn… makin kuaaatt… deen…. Aaaakuuuu… oooghhhh… mmmau..kheluuarrrrr… den…oohh..enaaaakkkk.,”Tuti mengerang sejadi-jadinya merasakan nikmatnya digenjot oleh Doni.

Mendengar erangan Tuti, Doni semakin mempercepat keluar masuk kontolnya di dalam lubang vagina Tuti, dan saat Doni merasakan kedutan kuat di batang kemaluannya iapun lalu menekan kontolnya sekuat-kuatnya kedalam lubang kenikmatan Tuti, dan

Sssssrrrrrrr…. Sssrrrrr……. Sssrrrrrrr….. Sssssrrrrrr…… lubang vagina Tuti akhirnya menyemburkan lahar kenikmatannya yang sudah terpendam selama satu setengah tahun.

“Ooouugghhh…deeennn…. Eeenaaaakkk….. nikkmaaattt….,hhhmmmm,” Tuti mengerang keenakan saat vaginanya mulai menyemburkan cairan kenikmatannya.

Doni mendiamkan sejenak kontolnya dalam lubang vagina Tuti, untuk memberi kesempatan kepada Tuti menikmati puncak kenikmatan yang diraihnya, dan Doni merasakan memek Tuti berkedut-kedut dengan kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya.

Lanjut?.............