Dewi - Yono, Supir Yang Beruntung 1

Kerjasama Hendro dan Erwin semakin berkembang, cabang-cabang perusahaan di kota – kota besarpun mulai dibuka, sehingga Hendropun semakin sibuk dengan perjalanan bisnisnya kesetiap cabang-cabang perusahaannya, dan itu membuat Hendro semakin jarang dirumah. Dalam satu minggu Hendro hanya 1-2 hari berada dirumahnya yaitu hari Sabtu atau Minggu, hari Seninnya Hendro sudah mulai keluar kota kembali.

Seiring dengan berkembangnya usaha Hendro, keadaan ekonomi Hendropun berubah, mereka sekarang tinggal di kawasan elite di bilangan Jakarta Selatan, rumah mereka dilengkapi dengan kolam renang dalam ruangan, penghuni rumahpun mulai bertambah, mereka sekarang mempunyai 4 orang pembantu, 3 perempuan dan 1 laki-laki, yang perempuan bertugas membersihkan rumah, mencuci, memasak dan
sebagainya, sementara yang laki-laki bertugas merawat dan membersihkan taman dan kolam renang.

Tuti, Narti dan Ani adalah nama pembantu wanita mereka, Tuti berusia 20 tahun, Narti dan Ani berusia 19 tahun, sementara itu Pono pembantu lelakinya berusia 18 tahun. Mereka semua berasal dari satu daerah, Hendro yang membawa mereka datang ke Jakarta. Tuti dan Narti keduanya berstatus janda, mereka berdua gagal dalam membina biduk rumah tangga, sementara Ani dan Pono masih berstatus lajang. Mereka berempat sudah sekitar 6 bulan tinggal bersama keluarga Hendro.

Dirumah Hendro masih ada 2 orang supir, Bambang dan Yono keduanya sudah berkeluarga, Bambang berusia 26 tahun sementara Yono berusia 25 tahun, Bambang adalah supir Hendro sementara Yono selalu mengantar Dewi kemanapun nyonyanya pergi. Mereka sudah 8 bulan bekerja dengan Hendro.

Keempat pembantu dan kedua supir ini merasa kerasan bekerja di keluarga Hendro, keluarga Hendro tidak memandang rendah mereka, tingkah keluarga Hendropun tidak sombong terhadap mereka semua, apalagi Yono yang selalu mengantar Dewi, dia sangat kerasan bekerja di keluarga Hendro, selain cantik dan sexy nyonyanya ini selalu memberikan uang makan untuknya jika sedang mengantar ke Mall, ditambah Yono dapat menikmati pemandangan indah terutama saat Dewi mengenakan rok mini atau sedang membungkukkan badan, belahan dada Dewi yang putih dan padat serta pahanya yang putih mulus selalu membuat Yono menelan air liurnya pada saat ia melihat pemandangan itu.

Hari ini Yono kembali disuguhi pemandangan yang membangkitkan gairah lelakinya, nyonyanya ini mengenakan rok pendek berwarna putih dan baju putih tanpa lengan dengan belahan rendah didada, celana dalam dan behanya yang berwarna hitam terbayang dengan jelas, belahan dada nyonyanya ini yang putih dan mulus terlihat dengan jelas, Yono berkali-kali menelan air liurnya melihat pemandangan ini dari kaca spion mobilnya.

“kemana kita, Bu?” tanya Yono

“ke ***** Yon,” kata Dewi.

“baik, Bu” sahut Yono.

Selama perjalanan Yono mencuri-curi pandang tubuh nyonyanya ini dari balik kaca spionnya, selama itu juga berkali-kali Yono meneguk air liurnya, dalam hatinya berkata alangkah beruntungnya punya istri cantik, mulus dan sexy seperti nyonyanya ini, setiap malam pasti minta jatah terus. Kalau ia bandingkan dengan istrinya dirumah, jauh sekali perbedaannya bagaikan langit dengan bumi, tampang Yono sendiri tidak jelek tidak juga tampan, postur tubuhnya tidak tinggi juga tidak pendek, tidak besar juga tidak kecil, semuanya serba sedang.

Sesampainya di Supermarket yang disebutkan oleh nyonyanya tadi, Yono mengarahkan mobilnya kearah pintu masuk, kemudian Dewipun turun sambil berkata,

“Yon, kamu cari parkir, terus nanti kamu susul saya kedalam, “

“Baik, Bu” jawab Yono

Setelah memarkir mobilnya, Yono menyusul kedalam dan menemui Dewi yang sudah menunggu kedatangannya, kemudian Dewi mengambil keranjang dorong dan menyuruh Yono untuk mengambilnya juga. Kira-kira 3-4 jam mereka baru selesai berbelanja.

“Kemana lagi kita, Bu?” tanya Yono setelah selesai memasukkan kantung belanja yang terakhir.

“Hhmmm, pulang dulu, Yon.” Sahut Dewi.

Dalam perjalanan pulang, Yono kembali mencuri-curi pandang dari kaca spionnya, Dewi tidak menyadari tingkah supirnya itu, karena seperti biasanya Dewi sibuk dengan majalahnya. Tanpa Dewi sadari posisi duduknya saat ini agak sedikit terbuka dan rok mini yang ia kenakan agak sedikit naik keatas, membuat Yono yang sedang mencuri pandang semakin panas dingin dibuatnya, Yono melihat CD hitam Dewi dan paha mulus Dewi dari balik kaca spionnya, kemaluannya mulai menegang seiring dengan lamunan joroknya membayangkan kemaluan Dewi, Yono gelisah sendiri melihat semua ini, berkali-kali ia meneguk air liurnya.

“Yon, turunin semua belanjaannya, taruh di dapur dan beritahu Ani atau Narti,” kata Dewi sesampainya dirumah dan Dewi pun langsung turun menuju kedalam rumahnya.

“Baik, Bu” jawab Yono.

Setelah Dewi turun, Yonopun memarkir mobilnya di Garasi dan mulai menurunkan semua belanjaan dan membawanya ke dapur.

“Ti, nich beresin belanjaan ibu,” Yono memberitahu Narti yang sedang ada di dapur sambil menaruh belanjaan.

“Iyah,” jawab Narti sambil langsung membereskan belanjaan itu.

Tak lama kemudian Yonopun selesai membawa seluruh belanjaan itu kedapur sementara Narti sibuk dengan membereskan belanjaan itu.

“Ti, bagi kopi dong,” kata Yono setelah selesai menaruh kantung belanjaan yang terakhir.

“Bikin sendiri, aku masih sibuk beres-beres,” jawab Narti.

Saat Yono sedang membuat kopi, kembali dia disuguhi pemandangan yang membuat gairah lelakinya kembali bangkit, dia melihat Dewi yang sedang menuju kekolam renang mengenakan bikini putih, tubuh Dewi yang putih mulus dan kedua bongkahan payudaranya yang indah, selama ini Yono belum pernah melihat majikannya ini mengenakan bikini, batang kemaluannya mulai menegang, nafasnya mulai memburu, kedua bola mata Yono hampir tidak berkedip mengikuti langkah Dewi yang menuju kolam renang.
Lokasi kolam renang memang tidak jauh dari dapur, dan kolam renang itu terletak didalam ruangan dengan keseluruhan atapnya menggunakan kaca, sehingga cahaya matahari dapat masuk dengan leluasa di area kolam renang tersebut.

Sambil menikmati kopi yang dibuatnya, Yono tanpa bergeming dari tempatnya dan kedua bola matanya masih tetap memandangi tubuh Dewi yang mulus dan sexy, tanpa sadar Yonopun mulai mengelus-elus batang kemaluannya dari balik celananya, dalam pikirannya ia membayangkan meremas-remas kedua payudara Dewi, sambil menjilati kedua putingnya, batang kemaluannya semakin mengeras, sebetulnya Yono adalah lelaki yang setia, tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk selingkuh atau membayangkan tubuh wanita lain selain tubuh istrinya, tetapi semenjak ia bekerja di keluarga Hendro dan setiap hari ia melihat pemandangan yang menakjubkan, semenjak itu pula pikiran Yono mulai menyimpang, ia mulai sering mengkhayal tentang menyetubuhi Dewi begitu pula saat ia sedang berhubungan dengan istrinya, ia membayangkan sedang menyetubuhi majikannya itu, Yono sendiri bingung kenapa akhir-akhir ini pikirannya selalu ketubuh Dewi, seperti sekarang ini pemandangan didepan matanya benar-benar membuat ia lupa diri, pikirannya menerawang membayangkan tubuh Dewi, lekuk tubuh Dewi yang aduhai, kedua payudara Dewi yang montok, semakin ia membayangkan tubuh Dewi semakin cepat ia mengelus-elus batang kemaluannya, Yono lupa bahwa saat ini ia sedang berada didapur.

“Hayo, sedang ngapain,” bisik Narti di telinga Yono.

“Eeehhh….ngaakkk…lagii ngapa-ngapain,” jawab Yono terkejut.

“Kok, ngelamun…ehh..minum kopi kok ngelamun,” lanjut Narti.

“Eeeh..ini kopinya masih panas…jadi..nunggu dingin,” jawab Yono lagi.

“Nunggu kopinya dingin atau lagi ……’” kembali Narti mendesak Yono, sambil matanya melirik kearah kolam renang, “ngintip nyonyanya, yach,”

“Tiddaaakk…enaak..aja..aku lagi nunggu kopinya dingin nich,” jawab Yono terbata-bata, batinnya kaget saat Narti dapat menebak apa yang sedang ia lakukan.

“Hah..jawabnya tidak, tapi matanya kearah kolam renang,”lanjut Narti penasaran.

“Gak mungkin, aku ini sedang mikirin istriku, makanya aku ngelamun,”Yono mengelak atas tuduhan Narti.

“Hhmmm…laki-laki dimana saja sama,”sahut Narti sambil kembali membereskan belanjaan yang tadi ia tinggalkan.

Yono menghela nafas saat Narti kembali mulai sibuk membereskan belanjaan, kemudian iapun dengan cepat-cepat keluar dari dapur, tapi pikirannya masih terbayang lekuk tubuh Dewi yang begitu indah sedangkan batang kemaluannya masih tegang, Yonopun segera menuju ke toilet, didalam toilet ia segera membuka celana panjangnya dan CDnya, CDnya sudah mulai basah dengan cairan beningnya, batang kemaluannya berdiri dengan gagah perkasa, sambil mulai mengocok batang kemaluannya dengan mata terpejam dan pikirannya yang mulai membayangkan tubuh Dewi yang indah dan sexy yang hanya berbalutkan bikini, Yono membayangkan ia mulai menjilati kedua payudara Dewi, sambil tangannya mengocok batang kemaluannya yang semakin mengeras, lenguhan dan desahan mulai keluar dari mulut Yono, belum pernah Yono melakukan self service seperti yang ia lakukan sekarang ini, tak lama berselang Yono merasakan desakan kuat di batang kemaluannya, batang kemaluannya mulai mengejut-ngejut, air maninya mulai menyemprot keluar dari batang kemaluannya, membasahi tembok toilet, Yonopun melenguh menikmati kocokan tangannya, matanya terpejam menikmati ejakulasi semunya, nafasnya yang memburu mulai mereda, seiring dengan tetes terakhir air maninya. Kemudian Yonopun mulai mencuci batang kemaluannya serta menyiram air maninya yang berlepotan di tembok toilet, setelah selesai menuntaskan hajat semunya Yonopun keluar dari toilet meneruskan minum kopinya, ada penyesalan dalam hatinya melakukan perbuatan tersebut, tapi apa daya hasrat birahinya sedang memuncak akibat melihat tubuh Dewi tadi dan tidak mungkin ia pulang kerumahnya untuk melakukan hubungan sex dengan istrinya. Yono merasa agak sedikit lemas setelah melakukan self service tersebut, sambil duduk di garasi Yonopun menikmati kopinya yang dari tadi belum sempat diminumnya, pikirannya masih memikirkan hal yang baru saja terjadi, ia tidak menyadari saat Narti mendekatinya.

“Ehhh…ni orang dari tadi kerjaannya ngelamun melulu,”kata Narti.

“Ehhhh…siaappaa..yang ngelamun,”jawab Yono kaget.

“Udah jelas ngelamun, masih gak ngaku juga,”kata Narti.

“Tuh, dipanggil nyonya, cepetan ‘tar nyonya marah, baru tahu rasa,”lanjut Narti.

Tergopoh-gopoh Yono masuk kedalam untuk menemui nyonya majikannya, tapi baru tiga langkah ia berhenti dan balik bertanya ke Narti.

“Nyonya ada dimana?” tanyanya ke Narti.

“Ehh..nih orang betul-betul ngelindur, nyonya masih dikolam renang, cepetan entar ngomel, baru tahu rasa,”jawab Narti

‘Ohh… cerewet, nanyakan gak apa-apa, daripada kaga tahu mau kemana,” sahut Yono.

Dengan segera Yono menghampiri nyonyanya yang sedang berada di kolam renang, setibanya di kolam renang ia melihat tubuh nyonyanya terbaring di kursi malas yang ada dipinggiran kolam renang, kedua matanya tertutup sementara tubuhnya yang hanya berbalutkan bikini terpampang dengan jelas di mata Yono, kembali Yono menelan ludah melihat pemandangan tersebut dari jarak yang sangat dekat, Yono memperhatikan kedua bukit payudaranya betul-betul sempurna, kedua puting susunya yang berwarna merah muda terbayang dengan jelas, turun kebawah ia melihat belahan vaginanya tercetak dengan jelas, ini akibat Dewi mengenakan bikini yang agak tipis apalagi bikini itu dalam keadaan basah, sehingga bayangan kedua puting susu serta belahan vaginanya tercetak dari balik bikininya tersebut, melihat semua itu batang kemaluan Yono kembali menegang dengan cepat, batang kemaluannya seolah mendesak ingin keluar dari balik celananya, celananya menggelembung menahan desakan kontolnya yang semakin membesar dan mengeras. Sesaat setelah puas menikmati pemandangan itu dengan suara agak sedikit serak Yono berkata kepada nyonyanya itu.

“Buu..ibu..memanggil saya,” kata Yono dengan suara sedikit serak dan agak terbata-bata.

Mendengar suara Yono, Dewi membuka matanya, saat ia membuka matanya yang terlihat olehnya adalah tonjolan diselangkang Yono, ia melihat celana Yono seolah membusung kedepan dan Dewi dapat memastikan bahwa batang kemaluan Yono sedang bangun.

“Ohh..Yon, kamu jangan pulang dulu, nanti sore saya ada perlu keluar,” jawab Dewi sambil matanya tetap terpaku kearah selangkangan Yono, batinnya bergumam sudah lama aku tidak menikmati kemaluanku disodok oleh batang kemaluan lelaki, tetapi kalau sekarang terlalu beresiko kalau dilakukan dirumah.

“Baik, Bu, ada lagi,” jawab Yono, sambil matanya tetap tidak mau lepas dari tubuh Dewi.

“Cukup itu saja,” kata Narti sambil kembali memejamkan matanya.

Dengan sedikit agak berat hati, Yono terpaksa meninggalkan tubuh Dewi, meninggalkan pemandangan yang sangat indah, yang tidak pernah terbayangkan oleh dirinya bahwa ia akan mendapat pemandangan tersebut, rasanya barusan Yono ingin segera menerkam tubuh Dewi, melucuti bikini Dewi dan memasukkan kontolnya kedalam lubang vagina Dewi dan menggenjotnya, meremas kedua payudaranya dan menjilati kedua putingnya yang berwarna merah muda. Tetapi akal sehatnya masih dapat mengalahkan nafsu birahinya sehingga Yono tidak melakukan hal tersebut, dengan langkah berat Yono kembali kegarasi, ia menuju kemobilnya dan merebahkan tubuhnya dikursi pengemudi, dengan memejamkan matanya Yono kemudian membayangkan pemandangan barusan, sampai akhirnya tanpa terasa iapun tertidur.

Apakah Yono beruntung? nantikan lanjutannya