Gairah Birahi Susan 2

Beberapa hari kemudian setelah kejadian dihari itu, Susan merasakan memeknya mulai gatal ingin merasakan sodokan-sodokan kontol lagi. Hari Senin pagi Susan mengajar di jam pertama. Salah satu muridnya Rian yang duduk dibarisan depan, matanya menatap Susan, dan pada saat ia Susan mulai mengajar nampak oleh Susan tonjolan diselangkangannya dibalik celana ketatnya.

Sebelumnya Susan tidak pernah memperhatikan hal ini, tapi sekarang ini Susan sedang membutuhkan kontol untuk menyodok-nyodok memeknya, selangkangan Rian seperti magnet untuk mata Susan, Susan membayangkan menarik risletingnya dan menarik keluar kontolnya yang sedang tegang itu, menghisap dan mengulum-ngulum sampai mulutnya penuh oleh sperma.

Sangat susah untuk Susan berkonsentrasi dalam mengajar hari ini, bagaimanapun juga akhirnya Susan berhasil melalui semua ini saat bel sekolah berbunyi, menandakan jam pelajarannya telah berakhir, dan Susan juga teringat bahwa Rian adalah anggota dari club fotografi disekolahan dimana Susan menjadi guru pembimbingnya.

"Rian, tunggu sebentar ada yang mau saya bicarakan?" Susan bertanya. “saya ada tugas khusus untuk kamu di ruangan gelap club fotografi malam ini, setelah jam sekolah usai, ini akan sangat berarti buat saya jika kamu bisa melakukannya."

“Tentu, bisa, bu.” Kata Rian, “orangtuaku sedang pergi keluar kota ada urusan keluarga, jadi aku tidak perlu buru-buru pulang kerumah."

Susan merasa senang. "Bagus, jadi saya tunggu sekitar jam 4."

Sebuah kesempatan batin Susan, jika ia menginginkannya, Aku akan entot dia sampai tengah malam, jika Erwin bisa menggunakan ruangan senam, pasti aku juga bisa menggunakan ruangan gelap fotografi.

Susan merasa sedikit khawatir jika pak Suparman mengetahui hal ini, tapi saat ini Susan sedang bernafsu sekali ingin merasakan sodokan kontol di memeknya, jadi ia tidak perduli lagi tentang pak Suparman.

Susan sangat membutuhkan kontol, dan ia tahu bahwa tidak ada yang menandingi kehangatan kontol anak muda seperti Rian.

Seusai jam sekolah, setengah berlari Susan menuju ruangan gelap fotografi, yang lokasinya agak berjauhan dengan bangunan utama sekolah ini. Susan sampai duluan di ruangan tersebut, ia lalu membuka kunci pintu ruangan tersebut, ketika Rian tiba, ia mematikan lampu besar yang ada diruangan itu, ruangan itu sekarang hanya diterangi oleh lampu kecil saja, dimana lampu ini biasanya digunakan pada saat orang sedang mencetak film.

"Ayo masuk, Rian," kata Susan. "tidak apa-apa. Saya belum melakukan apapun juga, tapi lebih baik kalau kamu mengunci pintu itu, dan nyalakan lampu diluar jadi tidak orang yang mengganggu saat kita menggunakan ruangan ini."

Setelah Rian mengunci pintu, Susan tidak membuang waktu lagi, ia segera mengeluarkan sejumlah photo dan roll film dari dalam tasnya.

“Ini betul-betul rahasia, Rian,” kata Susan. “Apapun yang terjadi didalam ruangan ini, hanya kita berdua saja yang mengetahui hal ini, tidak ada orang lain yang mengetahui kejadian diruangan ini, kamu mengertikan.”

“Iya, bu, sudah pasti.” Kata Rian.

Matanya yang hitam malu-malu menatap Susan, hampir seperti orang alim, dengan melihat ini saja membuat Susan gemetar, Susan membayangkan jika Rian pasti belum pernah melihat kemaluan perempuan, mungkin juga payudara perempuan belum pernah Rian lihat, apalagi melakukan hubungan seks, Susan sangat pasti bahwa Rian masih perjaka.

Susan membatin sungguh aneh bila tidak ada satupun anak gadis disekolah yang mendekati Rian, tapi Susan sadar mungkin karena Rian anak yang pemalu sehingga membuatnya jauh dari anak-anak gadis, tampangnya lumayan cakep, badannya lumayan kekar.

Susan memberikan photo tadi ke Rian, dan terdengar hembusan nafas Rian yang sangat keras, Rian tidak dapat melepaskan pandangannya pada photo itu, dan Susan menunggu sampai Rian melihat semua photo-photo itu.

Semuanya adalah photo-photo telanjang Susan saat berumur 19 tahun.

“Oohh, Bu Susan!!, kenapa ibu perlihatkan photo-photo ini padaku.” Kata Rian tergagap-gagap. “Apa ini betul-betul ibu??”

“itu semua memang photoku,” Susan berkata lirih dengan mata setengah terpejam, wajahnya sangat dekat sekali dengan wajah Rian, karena sangat dekatnya jika ia julurkan lidahnya ia dapat menjilat telinga Rian.

“Dan aku mau kamu sekarang memotretku, seperti itu, tapi dengan gaya lebih merangsang. Apa kamu bisa lakukan itu? Apa sebelumnya kamu pernah melihat perempuan telanjang??”

Saat ini Susan hampir tidak dapat bernafas dengan normal, nafasnya terengah-engah, payudaranya yang besar terlihat naik turun dengan jelas seirama dengan nafasnya, yang ingin ia lakukan adalah menggenggam kontol Rian, yang kelihatan sudah membesar dibalik celananya, tapi ia terpaksa menahan itu semua sampai ia merasa yakin bahwa Rian menginginkan dia, Ia harus yakin betul-betul bahwa Rian tidak akan menolak dia melainkan ingin memasukkan kontolnya didalam lubang senggamanya.


"Hhhmmm, aaaku tidak tahu, bu.” Kata Rian tergagap-gagap. “Aku akan dapat masalah besar jika ada orang yang tahu hal ini.”

“Tidak ada satupun orang yang tahu, lagipula, aku yang akan dapat masalah lebih besar daripada kamu, Bagaimana??” sambil berbicara, Susan mulai melepaskan kancing blusnya satu persatu, setelah blusnya terlepas kedua payudara Susan mencuat menantang untuk dijamah, dengan sengaja Susan menggesekkan payudaranya ketangan Rian.

Rian merasakan kontolnya berdenyut dengan kuat, sehingga ia berpikiran kontolnya akan memuntahkan sperma dibalik celananya, Rian tidak pernah mengeluarkan spermanya dengan cara lain selain dengan cara mengocoknya sendiri, ia merasa sore ini ia akan mengalami hal yang baru dalam hidupnya.

Jantungnya berdebar dengan kencang, matanya terbelalak menatap kedua payudara Susan yang besar.

“Aku pikir pasti tidak apa-apa, jika ibu mengatakan demikian.” Rian berkata pelan sekali, suaranya nyaris tak terdengar.

Rian sangat bergairah sekali, tapi gairahnya tidak melebihi gairah Susan, Susan seperti terbakar oleh gairah birahinya, Susan sudah tidak sabar untuk melepaskan seluruh bajunya, dan baju Rian juga, dan kemudian mengulum-ngulum kontol Rian yang tegang.

Kemudian Susan mulai melepaskan kancing blusnya satu persatu, kemudian Susan melepaskan blusnya yang sudah terbuka, sekarang bagian atas Susan hanya tertutupi oleh BH yang ketat sehingga sebagian payudaranya terpampang di mata Rian, kemudian Susan mendekati Rian dan menempelkan dadanya di dada Rian, digesek-gesekkannya payudaranya yang masih tertutup oleh BH ke dada Rian, Rian bersandar dimeja, kedua tangannya mencengkram pinggiran meja. Susan melihat pancaran nafsu dari kedua bola mata Rian, mulut Rian terbuka dan nafasnya terdengar memburu.

"Rian, kamu maukan mengambil photoku yang tanpa mengenakan sehelai bajupun,” Susan bergumam, dengan mata setengah terpejam sambil menekankan payudaranya kearah muka Rian.

Rian gemetar menahan gairah nafsunya, kontolnya semakin menegang, dan ia merasakan tangan Susan berada diselangkangannya, Rian juga merasakan kedua tangan Susan sedang mengusap-ngusap kontolnya dari balik celananya dan kadang-kadang meremas-remasnya.

"Ohhh, sayang, kamu sudah bergairah!" Susan mendesah manja. "Aku belum pernah sebelumnya merasakan kontol sebesar dan sekeras ini. Cepat, sayang, aku keluarkan kontolmu ini yach, kemudian aku buka semua pakaianmu, aku ingin melihat kontolmu yang kamu sembunyikan, sudah pasti besar sekali punyamu ini, tapi aku ingin sekali merasakannya berada didalam genggamanku dan didalam mulutku.”

Susan membuka rok dan sepatunya, kemudian ia melepaskan celana dalamnya, Rian sangat b ernafsu sekali melihat pemandangan ini, kemudian Rian meraih kedua payudara Susan dan meremas-remasnya, tak lama kedua tangan Rian beralih kepunggung Susan, mencari kait BH Susan dan membukanya, kedua payudara Susan yang besar akhirnya terpampang didepan mata Rian.

Rian tidak mau mengalihkan pandangannya dari kedua bukit kembar Susan, Susan merasakan gairah birahinya semakin memuncak, dengan sekali sentak Susan menarik kepala Rian kearah salah satu payudaranya, Rian membuka mulutnya dan memasukkan puting susu Susan dan mulai menghisap-hisap puting susu Susan yang sudah mulai menegang. Susan merasakan hangatnya mulut Rian dan bibirnya yang basah menjilati dan menghisap-hisap payudaranya.

“Ayo cepat, sayang, aku sudah tidak sabar lagi,” Susan berbisik. “Cepat entot aku, buka bajumu dan masukkan kontolmu itu kedalam lubang memekku.”

Dengan tergesa-gesa Rian melucuti pakaiannya, matanya masih memandangi tubuh Susan yang sudah telanjang, Rian ingin cepat-cepat memasukkan kontolnya kedalam memek Susan dan mengentotnya seperti yang ia impikan selama ini.

Rian sering melakukan onani sambil membayangkan tubuh Susan, hampir setiap malam ia lakukan itu sebelum ia tidur, dan sekarang ini didepan matanya tubuh Susan telanjang bulat menantikan sodokan kontolnya di lubang senggamanya, Rian hampir tidak mempercayai hal ini akan terjadi.

Ketika Rian hanya tinggal mengenakan CD saja, Susan sudah tidak sabar lagi ingin merasakan kontol Rian, kemudian Susan menarik CD Rian kebawah, dan setelah itu Susan menyorongkan wajahnya keselangkangan Rian.

Kontol Rian sudah sangat tegang dan keras sekali, Susan hampir tidak mempercayai matanya, ia melihat kontol Rian lebih besar dari kepunyaan Erwin, kontol Rian tampak berdiri tegak dengan gagahnya.

Jantung Susan berdebar saat ia mulai mengulum-ngulum dan menjilati kontol Rian, Susan merasakan hangatnya kontol Rian di lidahnya.

“Ohhh, kontolmu betul-betul besar sekali,”Susan bergumam. “Malam ini aku akan puas menikmati dientot oleh kontolmu ini.”

Susan kemudian meraih kursi tanpa sandaran, lalu menyuruh Rian untuk duduk disitu, kemudian ia sendiri berjongkok dihadapan Rian, Susan mendekatkan bibirnya dan mulai menciumi kontol Rian, menjilati kepala kontolnya, dan mengulum-ngulum kontolnya.

Susan tidak mau mengecewakan Rian, bibirnya dengan lembut melingkari batang kontol Rian, kemudian Susan mulai memaju mundurkan mulutnya sehingga kontol Rian keluar masuk dalam mulutnya, Susan mengocok kontol Rian dengan penuh nafsu, memeknya semakin basah karena gairah birahinya.

Rian gemetar penuh nafsu merasakan semua ini, saat merasakan kontolnya dijilati dan dikulum-kulum oleh Susan, sementara Susan semakin gencar mengeluar-masukkan kontol Rian dimulutnya, kepalanya naik turun dengan cepat, Susan sangat bergairah sekali merasakan kontol Rian berdenyut-denyut didalam rongga mulutnya.

Saat Rian melenguh perlahan dan meremas-remas rambut Susan, Susan merasakan denyutan kontol Rian semakin cepat, Susanpun semakin mempercepat memompa kontol Rian dengan mulutnya, saat Susan mendengar Rian melenguh panjang dan kontolnya mulai berkedut, tangannya ikut beraksi dengan mulai mengelus-elus kedua biji peler Rian.

“Ohh, bu.., Aku keluar,” Rian mendesah parau, “Oohh..Buu..aaakkuu kelluaarr>”

Tubuh Rian mengejang, kontolnya menyemburkan spermanya didalam kerongkongan Susan, Susan mengimbanginya dengan menghisap kontol Rian dengan kuat, menekankan kepalanya kebawah menyambut semburan sperma Rian, tangannya meremas-remas biji peler Rian dengan halus.

Susan sendiri melenguh dan mendesah saat menghisap kontol Rian, penuh dengan nafsu birahinya, kontol Rian memenuhi mulut Susan, Susan merasakan sperma Rian yang hangat meleleh dari sela-sela bibirnya karena multunya tidak mampu luapan sperma Rian.

Setelah selesai menghisap kontol Rian dan Susan membiarkan Rian untuk beristirahat sebentar kemudian Susan bertukar tempat dengan Rian, kemudian Susan meletakkan kursi itu disudut, lalu ia pun duduk diatas kursi itu, kedua kakinya ia kangkangkan, sehingga memeknya terbuka lebar, bibir memeknya yang berwarna merah muda sudah basah dan siap menerima sodokan kontol Rian.

“Masukkan kontolmu yang besar dan keras itu sayang,” Susan mendesah. Suaranya terdengar manja dan penuh nafsu birahi, menantikan kontol Rian yang besar itu menyodok lubang senggamanya.

“Ayo sayang, berikan aku kepuasan, berikan aku kontolmu yang panjang dan besar itu,”Rintih Susan.

Rian menatap memek Susan yang berbulu dan basah, Rian masih tidak percaya dengan pemandangan yang ia lihat ini, nafsu birahinya meletup-letup, Rian masih tidak percaya bahwa sekarang ini ia berdiri dihadapan gurunya yang sexy dan sedang memohon-mohon kepada dia untuk segera mengentotnya.

Rian kemudian melangkah mendekati Susan, setibanya dihadapan selangkangan Susan yang sudah terbuka, Rian mulai menempelkan kepala kontolnya dibelahan memek Susan.

Susan merintih perlahan,” Ohh, Rian, berikan padaku, sayang! Sodokkan kontolmu yang besar dan panjang itu kedalam memekku, CEPAT,”

Kemudian dengan sebelah tangan Rian menguakkan bibir memek Susan yang basah, tangan yang satunya mengarahkan kontolnya kelubang senggama Susan, Rian merasakan kepala kontolnya mulai terjepit oleh hangatnya memek Susan, dengan sekali sentakkan kuat Rian mendorong kontolnya sehingga terbenam dilubang senggama Susan, Susan sendiri merasakan memeknya penuh sesak oleh jejalan kontol Rian, Susan merasakan denyutan kontol Rian bersentuhan dengan dinding vaginanya, membuat Susan menahan nafas.

“Oh, enak sekali, Rian,”Susan menggumam manja. “Kontolmu betul-betul indah, entot aku, sayang, Puaskan aku,”

Susan mengaitkan kedua kakinya dibelakang tubuh Rian, akibatnya tubuh Rian menjadi condong kedepan karena kaitan kaki Susan yang menekan dipinggangnya, Kontolnya terbenam dalam-dalam dalam lubang memek Susan, gairah birahi Susan semakin menjadi dengan posisi seperti ini, karena dengan posisi seperti ini kontol Rian lebih dalam masuknya dilubang senggamanya, sehingga bulu-bulu mereka bersentuhan.

Rian melingkarkan kedua tangannya ditubuh Susan, Rian memeluk Susan dengan erat dan kedua tanggannya berpegangan dikursi.

Rian merasakan dadanya bersentuhan denga kedua payudara Susan yang besar dan empuk, putingnya sudah mengeras seiring dengan gairah birahi Susan yang semakin meninggi.

Memek Susan semakin basah, dan kontol Rian mulai mengaduk-aduk dan keluar masuk dimemek Susan seiring dengan gerakan Rian yang mulai memaju-mundurkan pantatnya, Keluar-Masuk dengan cepat, Rian menggerakkan kontolnya yang tegang keluar masuk dalam-dalam dilubang senggama Susan membuat gelora birahi Susan semakin menjadi.

Susan merasakan kenikmatan yang luar biasa dapat dientot oleh anak muda seperti Rian, yang penuh dengan energi anakmuda, dan dengan kontolnya yang sangat tegang, mengentotnya sehingga Susan lupa akan siapa dirinya, yang Susan ingat saat ini adalah hentakan kontol Rian yang menrobos keluar masuk dilubang senggamanya, memberikan pijatan penuh kenikmatan didinding vaginanya.

“kamu membuatku ingin terus dientot selamaya, sayang,” Susan mendesah penuh nafsu. “Tekan yang dalam kontolmu, sayang, lebih keras…keras….! Jangan berhenti.”

Saat ini Rian mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ini adalah pengalaman pertama baginya, Rian sangat bernafsu dan gugup, merasakan dinding vagina Susan yang mencengkram dengan erat batang kontolnya.

Kontol Rian bertubi-tubi menyodok lubang senggama Susan, menekan lebih dalam, lebih dalam dilubang senggama Susan, membuat Susan rintihan dan lenguhan Susan semakin menjadi, gairah nafsu birahi Susan semakin memuncak.

Susan merasakan hangatnya tubuh Rian dalam dekapannya, kontolnya seperti mengebor lubang senggamanya dengan penuh nikmat, menggesek-gesek itilnya sehingga membuat Susan merasakan kenikmatan yang sangat.

Saat ini Susan ingin merasakan kontol Rian yang keras dan besar itu mengaduk-aduk lubang senggamanya sampai ia mencapai kepuasan, Susan ingin sekali merasakan semburan hangat sperma Rian didalam lubang senggamanya, Susan ingin merasakan gairah saat mereka mencapai kepuasan bersama, sehingga cairan kenikmatan mereka bersatu dalam satu ledakan birahi pencapaian dari puncak kepuasan mereka.

Tubuh Susan melenting seperti busur panah, pinggulnya terangkat menyambut kedatangan kontol Rian, kaki Susan mengait dengan erat pinggang Rian, menekan pinggang Rian seiring dengan dorongan maju Rian, seolah meminta Rian untuk menggenjot kontolnya lebih dalam, lebih dalam dilubang memeknya.

“Kamu hebat, sayang, “desah Susan. “terus, terus, tekan yang dalam kontolmu itu, sayang, lebih dalam lagi.”

Kemudian Susan merasakan denyutan-denyutan batang kontol Rian didinding vaginanya, Susan mendengar Rian melenguh-lenguh, Susan tahu saat ini Rian sedang merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa, irama genjotannya semakin bertambah cepat, kedua mata Rian tertutup, mulutnya terbuka, kepalanya mendongak, pelukan kaki Susan bertambah erat dipinggang Rian, Susan menggerakkan otot-otot dinding vaginanya sehinga Rian merasakan batang kontolnya seperti diremas-remas, Rian merintih-rintih ketika ia merasakan remasan-remasan dibatang kontolnya, remasan-remasan vagina Susan hampir membuat Rian keluar, tapi Rian ingin merasakan lebih lama lagi ngentot memek Susan ini.

“Rasanya aku tidak tahan lagi,” Rian mendesah “Aku ingin sekali ngentotmu sepanjang malam ini, tapi aku tidak tahan lagi, aku mau keluar,”

Gerakan Rian semakin tidak beraturan mencoba menggapai puncak kenikmatannya, gerakan Rian ini membuat Susan juga mendekati puncak kenikmatannya, Susan diambang pintu kenikmatannya, Susanpun merintih-rintih keenakan, pinggul dan pantatnya terangkat menyambut sodokan-sodokan kontol Rian.

“Ayo, sayang.”Susan mendesah. “Berikan aku spermamu, entot aku, sayang, tembakkan spermamu didalam memekku, penuhi memekku dengan spermamu, sayang,”

Dan kemudian Rian menembakkan spermanya, membasahi lubang senggama Susan yang sangat basah, spermanya yang hangat menyirami dinding rahim Susan, Susan merasakan memeknya tersiram hangat oleh sperma Rian, gairah birahi Susan semakin bertambah merasakan tembakan sperma Rian didinding rahimnya, semua kehausan birahinya tersiram oleh hangatnya sperma Rian, ketika Susan memuntahkan lahar kenikmatannya juga, seperti pintu bendungan ayng dibuka dengan mendadak, lahar kenikmatannya mengalir deras dari lubang senggamanya, Susan merintih, mendesah dan melenguh menandakan kepuasannya yang tercapai dengan sangat hebat.

"Uunghhh! Ohhh, Rian! Oohhh, Rian! Ohhh, aku cinta kamu, Rian! Kontolmu betul-betul enak, sayang, Ohhhh, kamu entot memekku, sssayang, aku suka kontolmu, sayang!,”

Rian betul-betul merasakan keenakan yang sangat hebat, pikirannya melayang-layang, sambil menikmati sisa-sisa terakhir dari persetubuhan ini, sambil perlahan-lahan mengeluar masukkan kontolnya dilubang memek Susan yang sedang berkedut-kedut, dia tekan lebih dalam berulang-ulang kali sampai biji pelernya bersentuhan dengan pantat Susan, Rian merasakan sensasi erotis yang luar biasa.

Rian merasakan kedua kakinya seperti terbuat dari karet, kedua kakinya gemetaran, karena gelombang sensasi yang dirasakannya, mereka berdua saling memberikan kenikmatan, indahnya dunia mereka rasakan saat ini yang hanya bisa dicapai oleh nikmatnya persetubuhan, yang akhirnya mereka mencapai kepuasan bersamaan.

“Rian, Rian, Rian” Susan merintih-rintih. “kontolmu betul-betul enak, Ooohh, kamu membuatku puas, memekku betul-betul puas dientot oleh kontolmu”

Perlahan-lahan gairah birahi Rian mulai mereda, seiring dengan meredanya tembakan sperma dari kontolnya, sementara seluruh batang kontolnya terbenam seluruhnya didalam lubang senggama Susan yang sangat basah oleh lender kenikmatan dari kemaluan mereka berdua.

“Hari ini kamu membuat saya menjadi lelaki sutuhnya, Bu Susan,” Rian berkata lirih. “Aku tidak akan merasa takut lagi terhadap anak perempuan, Aku tidak akan pernah takut lagi untuk ngentot jika aku menginginkannya.”

Susan tertawa “Yeah, tapi jangan kontolmu ini kamu berikan pada semua gadis-gadis dikota ini, ingat aku harus mendapatkan kontol ini bila pada saatnya aku membutuhkan kontolmu ini, dan aku rasa aku akan menginginkannya setiap hari.”

Keduanya Nampak sedikit kelelahan setelah mencapai kepuasan mereka, tapi tidak cukup lama mereka kembali lagi bernafsu, untuk bersenggama lagi, rintihan, lenguhan dan desahan mereka kembali terdengar ingin segera mencapai puncak kepuasan dari persetubuhan mereka.

Cukup lama mereka berdua didalam ruangan photography, mereka bersenggama dalam berbagai posisi, sepertinya tidak ada kata lelah untuk mereka dalam menikmati persetubuhan mereka, beberapa kali Susan memberikan sedotan-sedotan dikontol Rian dengan mulutnya dan beberapa kali juga Rian memberikan jilatan-jilatan dimemek Susan dan juga hisapan-hisapan diitil Susan.

Sampai akhirnya mereka puas dan bebenah diri untuk pulang, mereka berdua merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa yang belum pernah mereka alami selama hidup mereka ini. Kontol Rian dan memek Susan betul-betul terpuaskan, puas dengan apa yang telah mereka peroleh dari persetubuhan-persetubuhan malam ini.