Kakak Iparku Sisca

Karena kakakku, Mas Andi (34 thn)ditugaskan belajar ke luar negeri, aku diminta tinggal di rumahnya untuk menjaga Mbak Sisca isterinya, juga Kevin dan Lola kedua keponakanku. Kevin berumur 5 tahun dan duduk di taman kanak-kanak, Lola baru berusia 4 tahun, tapi sudah dimasukkan ke playgrup.

Mbak Sisca (29 thn) berwajah cantik menawan. Bagian depan rambut panjangnya yang diblow warna kecoklatan membuat wajahnya tampak sensual. Kulitnya putih mulus dan segar, dengan tubuh padat sintal dan cukup tinggi membuatnya terlihat begitu seksi dan menggairahkan. Matanya bening bagus, hidungnya mancung, dan bibirnya yang tampak kenyal senantiasa merekah merah basah alami. Buah dadanya pun cukup besar, sehingga dapat dipastikan ukuran branya adalah 36. Tapi yang paling menggiurkan bagiku adalah bentuk pinggul dan pantatnya yang bulat montok habis! Ngaceng deh lihatnya kalo ia memakai celana jeans atau celana pendek ketat. Apalagi kaosnya selalu pendek kadang-kadang di atas pusar dan pinggang celananya selalu rendah alias celana lintas pinggul. Sehingga selalu terlihat kulit punggung dan pinggulnya yang putih mulus dan sebagian celana dalamnya. Terkadang sedikit belahan pantatnya! Maklumlah, sebelum menikah dengan Mas Andi, ia adalah seorang model.

Ah, mungkin tak ada habisnya jika kuceritakan kemolekan Mbak Sisca. Selama seminggu pertama tinggal di rumah Mas Andi, aku sudah terangsang hebat dan onani lima kali sehari. Kadang sampai tujuh kali sehari! Semua itu tentu saja karena Mbak Sisca seolah tidak merasa risih berpenampilan begitu merangsang di depanku, siang maupun malam. Malam hari, ia senantiasa memakai gaun-gaun tidur yang sangat tipis dan transparan. Sehingga aku bukan saja bisa menyaksikan bentuk tubuhnya yang sempurna tetapi juga kedua puting susunya yang mencuat runcing karena ia tak pernah memakai beha malam hari dan celana dalamnya. Apalagi Mbak Sisca suka tidak senonoh. Kalau nonton tv misalnya, ia suka mengangkat sebelah kakinya ke atas meja sehingga bagian bawah gaunnya tersingkap lebar memperlihatkan kemulusan paha dan selangkangannya yang tampak padat mengembung di balik celana dalamnya yang ketat nan tipis. Seringkali aku bahkan dapat melihat jelas bulu jembut dan belahan vaginanya itu! Satu lagi: Mbak Sisca selalu memakai parfum mahal yang sangat wangi dan membangkitkan nasfu birahi…

Kisah perselingkuhanku dengan kakak iparku yang cantik ini bermula pada suatu hari ia memergoki aku melakukan onani di kamar mandi… Waktu itu karena tak sanggup lagi menahan nafsu birahiku menyaksikan bulat kencangnya pantat Mbak Sisca yang sedang membungkuk menyuapi Lola makan, aku langsung berlari ke kamar mandi. Karena keburu nafsu, aku lupa menutup pintu kamar mandi, langsung saja mengeluarkan batang kontolku dan mengocoknya dengan keras sambil mendesis cukup keras berulang-ulang: “Oh, Mbaaak Siscaa… Oh, Mbaak Sisca… Mbak Sisca…”

Satu menit kemudian spermaku muncrat dengan derasnya ke lantai kamar mandi. Saat itulah aku berpaling dan bertemu pandang dengan mata Mbak Sisca yang berdiri tertegun di pintu kamar mandi. Kurasa wajahku pasti berubah pucat kemudian memerah. Wajahnya yang cantik tampak bersemu merah, tapi matanya melirik batang kontolku yang belum sempat kumasukkan kembali ke celana bergantian dengan spermaku yang berceceran di lantai kamar mandi belum sempat kusiram. Lalu tanpa berkata apa-apa, ia berbalik pergi. Kejadian itu membuatku malu sekali, dua hari lamanya aku tidak berani bertatapan mata dengan Mbak Sisca.

Pada hari ketiga, tiba-tiba aku menemukan tiga buah album foto di lantai kamarku sepulang kuliah. Dengan dada berdebar aku segera memungut dan membawanya ke meja. Album pertama berisi foto-foto Mbak Sisca dalam berbagai pose dan busana: foto-foto mengenakan bikini di pantai, beragam posisi dalam balutan rok mini separuh tersingkap di studio, membungkuk hingga tampak belahan dadanya yang membusung, foto-foto mengenakan celana pendek super ketat sedang menungging, mengayuh sepeda, dan bersenam. Masih banyak lagi. Pasti foto-foto semasa ia menjadi model, pikirku dengan darah mulai berdesir panas. Album kedua yang kubuka lebih hot lagi: ada fotonya dengan tank top sambil menjulurkan lidah dan mengerling nakal sementara sebelah tangannya meremas teteknya sendiri, foto lain dalam pose wajahnya setengah terdongak dengan ekspresi penuh kenikmatan, kedua matanya terpejam dan sebelah tangannya masuk ke dalam tank top. Foto yang lebih seronok adalah foto ia duduk mengangkang di sebuah sofa, rok mini tersingkap lebar dengan sebelah tangan masuk ke dalam cd warna putih. Wajahnya seperti sedang menahan orgasme. Ada juga foto yang membuat darahku serasa sampai ubun-ubun yaitu Mbak Sisca berdiri mengangkang sementara ada tangan seorang lelaki tampak terjulur meraba selangkangannya yang mengembung padat di balik celana pendek super ketat warna putih. Ketika membuka album ketiga, terbelalaklah aku. Betapa tidak, semua foto dalam album ini berisi pose-pose Mbak Sisca dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya yang indah!!!

Saat itulah, tiba-tiba aku mencium aroma parfum yang sangat wangi dan begitu kukenal. Kaget aku menoleh dan melihat Mbak Sisca sudah berdiri di belakangku. Ia tersenyum manis.
“Gimana foto-foto Mbak? Merangsang nggak Sayang? Tubuh Mbak bagus nggak menurutmu?” tanyanya lembut sambil mengelus bahuku.
“Ba-bagus Mbak, me-merangsang bangeet..,” jawabku gugup. Saat itu halaman album yang terbuka menunjukkan dua buah foto telanjang Mbak Sisca yang sangat seronok. Satu ia terbaring mengangkang lebar di atas ranjang besar berseprei putih, satu lagi ia berdiri terkangkang dan tampak cairan lendir setengah menetes dari dalam liang memeknya yang ternganga merah basah…
“Hmm, kayaknya batang kontol adik Mbak yang nakal ini pasti udah ngaceng berat nih,” katanya sambil tertawa renyai dan tiba-tiba tanpa aba-aba tangannya terjulur dari belakang ke arah selangkanganku!

“Aaah, Mbaak Sisca!” teriakku terkejut sekali. Tangan halus dengan jari-jari lentik itu meremas burungku dengan cukup keras.
“Wow, gede sekali Sayang!” pekiknya seperti kegirangan. Belum sempat aku menarik nafas, jari-jemari itu sudah menyelinap masuk ke dalam celana pendek sekaligus celana dalamku dan langsung mengenggam erat batang kejantananku yang telah menegang dengan sangat kerasnya. Aku melenguh kenikmatan…
***
KAMI berpagut bibir dengan liar. Mulut kami saling melumat dan menghisap dengan ganas, lidah kami dengan liarnya saling berbelit. Kudorong ia dengan keras hingga jatuh telentang di atas tempat tidurku dan langsung kutindih. Mbak Sisca memekik kecil dan memelukku dengan erat. Kedua kakinya menggulung pinggulku. Kuserbu lehernya yang putih jenjang, sementara kedua tanganku bergerilya meremas buah dadanya yang membusung kencang. Mbak Sisca merintih-rintih dan mengerang. Dalam waktu singkat, gaunnya sudah terlempar entah ke mana. Kedua buah dada montok itu kini terhidang bebas di depan wajahku, pentilnya berwarna kecoklatan, sebesar kelereng dan mencuat runcing dengan indahnya. Hanya tinggal sehelai celana dalam warna pink tipis dan ketat yang menutupi tubuh moleknya kini. Tak sia-siakan waktu lebih lama, segera kuhisap kedua putting susu itu bergantian dengan rakusnya.

Mbak Sisca menggeliat liar di atas ranjang, mulutnya mendesis-desis ketika tanganku meraba pahanya yang mulus terus naik ke pangkal pahanya lalu menggapai selangkangannya yang masih tertutup celana dalam pink. Kakinya melebar seolah memberi ruang seluas-luasnya bagi tanganku menggosok-gosok memeknya. Terasa hangat dan cd-nya dalam waktu singkat sudah basah kuyup. Tapi…
“Jaangaan Say, jangan dibuka… Mbak malu..!” teriaknya sambil menahan tanganku hendak menarik turun celana dalamnya. Tapi tenaganya kalah kuat, dalam sekejap aku berhasil menarik lepas cd basah kuyup itu dan membuangnya jauh-jauh.

Sebuah vagina ibu muda yang luar biasa menggiurkannya kini terkangkang jelas di depan mataku. Montok mengembung dengan bulu-bulu tidak begitu lebat tersibak basah menampakkan alurnya yang sudah terkuak. Isinya merah mengkilap oleh lendir licin. Aroma cairan memek yang khas begitu santer menyerbu hidungku. Kelentitnya mencuat indah. Kuserbu dengan mulutku. Hingga Mbak Sisca terpekik-pekik dengan tubuh kelojotan di atas ranjang. Kedua pahanya mengepit erat kepalaku, dan tangannya menjambak rambutku. Erangan dasyhat maha nikmat terdengar merdu dari mulutnya. Kulumat lubang senggamanya, lalu lidahku mencelup masuk ke dalam lubang surga itu. Menjilat berputar-putar di dalam. Tak puas sampai di situ, kusedot-sedot lubang penuh lendir itu, menghirup habis semua cairan yang ada. Pantatnya yang kencang sampai terbanting-banting di atas ranjang. Ketika mulutku menghisap kelentitnya, tubuh molek itu menggelepar hebat. Rintihan panjang terdengar terputus-putus dari mulut Mbak Sisca.

“Aaaaarrgghhh, ampuuuunnnnnnn Saaayyyy…!!! Ampuuuuuunnnn… Ohh, aduuuh, eeenaaakknyyaaa.. Oohh, enaaakkkk… !!!” jerit Mbak Sisca tiada henti, “Aaarrrrrghhh, ampuuuuuunnn….!!”

Akhirnya ia orgasme dengan dashyat. Kedua pahanya yang mengepit kepalaku mengencang, tangannya menjambak rambutku sangat keras hingga aku kesakitan, dan pantatnya terangkat hingga dua puluh senti dari atas tempat tidur. Cairan memeknya menyembur deras membasahi wajahku.

Belum pernah rasanya aku mengoral vagina perempuan yang begitu gurih, baru kali ini juga aku mencicipi cairan memek yang begini lezat. Cairan yang keluar dari dalam liang senggamanya itu kuhirup dan kujilat habis sampai tak bersisa termasuk yang meleleh ke pangkal pahanya. Mbak Sisca menatapku setengah terbelalak, dadanya yang besar tampak turun naik, nafasnya masih terdengar tersengal-sengal.

Namun ia mengeleng-geleng saat kuhendak mengangkangkan kedua pahanya kembali. Buru-buru ia menolak tubuhku ketika merasakan ujung kepala kontolku menyentuh bibir lubang senggamanya yang basah kuyup dan berdenyut-denyut. Dikatupkannya kedua pahanya rapat-rapat.

“Sudah, Tom! Cukup!” katanya tegas sambil menatapku tajam.
“Tapi aku belum….”
“Mbak nggak mau bersenggama, Tom!”
“Tapi aku kepingin mengentoti Mbak, merasakan nikmatnya lubang memek Mbak…”
“Kita nggak boleh bersetubuh, Tom. Aku kakak iparmu, isteri kakakmu sendiri! Mbak akan keluarkan punyamu dengan mulut. Setuju?” ia tetap bersikukuh keras. Walaupun kecewa, aku hanya bisa menurut.

Ternyata Mbak Sisca sangat jago nyepong. Dalam posisi aku berdiri dengan batang kontol teracung tegang keras di depan wajahnya, dan ia berlutut, digenggamnya dengan lembut batang kejantananku dan mulai mengocoknya. Lalu perlahan dijulurkannya lidahnya yang merah menjilati ujung kepala helm senjataku… Aku hanya bisa merintih, mendesis, dan mengerang-erang oleh rasa nikmat tiada taranya itu.

Ia mengulum, menyedot, menjilat dengan begitu lihaynya tiada henti. Dikulum kepala helmnya, dimasukkan ke mulutnya nyaris keseluruhan batangku, lalu dikeluarkan dan dijilat lagi. Jari-jemarinya juga bantu mengurut bagian pangkal kontolku. Sesekali wajahnya mendongak, dan matanya melirikku dengan nakal.

Tentu saja, oral seks mendebarkan itu diakhiri dengan muncratnya spermaku ke dalam mulut Mbak Sisca. Dua kali, empat kali, enam kali, rasanya begitu banyak. Sehingga sebagian cairan putih kental itu tak tertampung di dalam mulutnya dan meleleh ke dagu dan sela bibirnya. Dengan lahap kakak iparku yang cantik ini menelan habis seluruh spermaku yang tersembur lalu menyeka yang berceceran di dagu dan sudut bibirnya dengan jari dan menjilatinya hingga bersih licin. Setelah itu kami mandi bersama. Kusabuni sekujur tubuh dan memeknya, demikian pula ia menyabuni sekujur tubuh dan batang kontolku.
***
SUATU sore sehabis main basket, aku pulang dan menemukan Mbak Sisca sedang bersetubuh dengan seorang lelaki separoh baya yang tak kukenal di dalam kamarnya. Suaranya mengerang-erang terdengar sangat merdu. Aku hanya bisa melotot memandang adegan dashyat itu dari celah pintu kamar yang tak tertutup rapat. Mbak Sisca dalam posisi menungging di atas ranjang, dan Oom-oom itu sedang mengentoti memeknya dari belakang pantatnya yang bahenol. Ekspresi wajah Mbak Sisca terlihat sangat mesum, menandakan sensasi hebat yang diterimanya. Setiap hujaman kontol lelaki itu membuat Mbak Sisca memekik dan mengerang tinggi. Semakin lama genjotan lelaki itu semakin kuat dan deras, tubuh mulus Mbak Sisca sampai terhentak-hentak ke depan.

“Oooh Siisss…! Memekmu menjepit kontolkuuu…! Aku gak kuaaat lagi… Aku keluuuaaaaaarrrrrrr, Siiiissss…!” raung lelaki itu seperti kesetanan. Kedua matanya tampak terbeliak.

“Aku jugaaaa Oooommm…! Aaaahhh, keluaaarr…! Keluaaarrr…!” jawab Mbak Sisca dengan tubuh mengelepar-kelepar. Kepalanya terdongak, dan tampak mata terbelalak ke atas. Keduanya telah sampai ke puncak orgasme.

Baru saja lelaki itu meninggalkan rumah, kukeluar dari persembunyian dan menyerbu masuk ke kamar Mbak Sisca.

“Ampuni Mbak, Tom! Ia membayar mahal untuk dapat mengentoti memek dan lubang dubur Mbak. Mbak perlu uang banyak untuk membantu biaya hidup kakakmu di luar negeri. Kau tahu, perusahaan cuma menanggung biaya kuliah,” tangis Mbak Sisca tersedu-sedu di atas ranjang. Kedua pahanya masih terkangkang menampakkan memeknya yang berlumuran cairan sperma laki-laki.

Aku tak tega juga melihat wajahnya yang begitu memelas. Kududuk di tepi ranjang dan meraih pundaknya yang terbuka mulus lalu menariknya dalam dekapanku. Mbak Sisca menyandarkan kepalanya di bahu dan menangis terisak-isak.

“Kau boleh menikmati memek dan lubang dubur Mbak sepuasmu, Tom. Tapi jangan laporkan ini pada Mas Andi…” katanya tersendat-sendat. Kuraih kepalanya dan kukecup keningnya.

“Kalau gitu, Mbak mandi dulu sana, Tomi tunggu Mbak di kamar Tomi…” bisikku mesra.
“Gak mau! Mbak mau dimandiin olehmu!” kata Mbak Sisca dengan suara manja. Bibir pura-pura merengut, manis sekali dan bikin gemas. Maka segera saja kuangkat dan kubopong tubuh seksi yang telanjang bulat itu ke kamar mandi.

Kuminta ia berdiri mengangkang lebar-lebar, hingga lubang memeknya menganga. Tampak sisa cairan sperma Oom Fuad jatuh beberapa tetes ke lantai. Kumasukkan jari telunjukku dari bawah, kugorek-gorek liang senggama basah lengket itu berputar-putar hingga cairan sperma yang memenuhi rongga liang persetubuhan itu menetes keluar lebih banyak. Mbak Sisca mendesis-desis hebat dengan mata merem-melek. Setelah kurasa sperma Oom Fuad telah menetes keluar semua dan rongga vaginanya telah bersih, kuminta ia menunggingkan pantatnya dengan berpegangan pada tepi bak mandi. Gila! Dua bongkahan pantat sungguh montok menantang. Ingin rasanya kungentoti saat itu juga dalam gaya anjing kawin. Tapi aku mencoba bersabar. Kubuka celah pantatnya hingga tampak jelas lubang anusnya yang juga berlumuran sperma. Seperti tadi, kumasukkan jari ke dalam lubang beraknya dan mengorek keluar sisa sperma Oom Fuad yang memenuhi rongga lubang belakang tersebut. Setelah yakin kedua lubang nikmat itu bersih dari sisa sperma, barulah kusabuni daerah selangkangan itu dengan sabun cair hingga berbusa-busa. Kemudian sekujur tubuhnya juga kusabuni. Barulah setelah itu kuguyur dengan air segar.

Kubaringkan Mbak Sisca yang telah kumandikan hingga bersih di atas tempat tidurku. Wangi sabun mandi yang lembut membuat hidungku kembang-kempis. Kini kakak iparku yang cantik dan seksi ini, isteri kakak kandungku sendiri, telah telentang pasrah di atas tempat tidur siap kusetubuhi sepuasku. Mbak Sisca tersipu-sipu ketika dengan penuh inisiatif membuka kangkangan kedua pahanya lebar-lebar. Lubang memeknya tampak berdenyut-denyut alias megap-megap seolah tak salah lagi menunggu masuknya batang kontolku mengoyak-moyaknya.

Akhirnya perlahan kutempelkan ujung batang kejantananku ke liang senggama yang indah itu, Mbak Sisca mengangguk kecil. Kutekan ujung kontol ke lubangnya, blessss… bleees… bleeesss! Batang kejantananku pelan-pelan mulai menerobos masuk, membelah liang beranak dua yang masih terasa sempit itu. Baru separoh saja dari panjangnya batang kontolku masuk, sudah terasa nikmatnya yang bukan kepalang. Liang memek ibu muda ini bukan hanya terasa menjepit tetapi seolah-olah bisa menghisap! Kutekan lebih keras hingga batangku yang berdiameter 5 cm dan panjang sekitar 18 cm itu melesat masuk keseluruhan, tertanam hingga ke dasar.

“Ouuuggghhh Tooom! Daleeemm sekaliii..!” pekik Mbak Sisca.

“Semburkan di dalam..!! Semburkan spermamu ke rahim Mbaaak, Saayaaaanngg..! Mbak rela hamiiill… Oouuuuggghhhh… deras sekalliiii, Saayaaaanngg…!” rintih Mbak Siska terbelalak dan membuka kangkangan selebar-lebarnya. Belum pernah rasanya aku mengeluarkan air mani sebanyak ini sebelumnya. Seolah-olah seluruh persediaan spermaku sudah tercurah keluar ke dalam rongga memek yang nikmat ini.

“Pasti bunting aku, Tom!” keluh Mbak Siska dengan nafas ngos-ngosan ketika kucabut batang kontolku.
“Emang Mbak nggak minum pil KB?” tanyaku agak cemas. Ia menggeleng lemah, “Mbak nggak mau minum. Biar saja spermamu membuahi rahimku.”
“Tapi gimana kalau Mbak hamil?”
“Kita tanggung sama-sama saja resikonya, Sayang…” kata Mbak Sisca dengan mata redup.

Setelah istirahat lima menit, aku memintanya menungging di atas ranjang. Aku ingin menyetubuhinya dari belakang seperti Oom Fuad tadi. Ia menurut, pantatnya yang besar montok dan bulat menggiurkan itu segera terhidang sempurna di depan wajahku. Bisa mabok rasanya melihat pantat yang semolek ini!

Kuciumi buah bokongnya yang putih mulus itu habis-habisan, lalu membuka celah pantatnya dan membenamkan wajahku ke sana. Wangi sekali aromanya! Tak tahan melihat keindahan lubang anusnya yang kemerah-merahan, kujulurkan lidahku untuk menjilati lubang berak itu. Kuhisap-hisap hingga menimbulkan suara berdecak keras.

“Oooougggh Tooomm, kau nakaal sekaliii.. Habis deh semua bagian tubuhku…! Tak ada sisanya lagi…!” keluh Mbak Siska lalu merintih-rintih lirih.

Setelah itu, kuhujamkan batang kontolku ke lubang memeknya lagi. Meledakkan spermaku di sana sepuluh menit kemudian. Sebenarnya aku tak sabar lagi mengentoti lubang duburnya, tapi tampaknya Mbak Sisca kecapaian setelah melayani dua orang lelaki. Maka kubiarkan saja ia beristirahat dulu.

Besok paginya barulah kuhujamkan kontolku ke lubang anusnya yang mungil itu. Ia sampai meraung-raung dan menjerit-jerit minta ampun…

“AAAaaaaarrrrrgggghkkkkkkkhhhh…!! Gaaakk muaaatttt Tooommm! Gaaakk muaaatt…! Punyaaamuu ke-kegeeeedeeaaann…! Ooohh! Ammpuuunnn, jangaan dipakssaaaa, saaakiiiiitttt…..!!!” jerit Mbak Sisca berusaha merangkak menjauh menghindari lubang duburnya dari kontolku yang memaksa masuk. Tapi tanganku mencengkram pinggulnya yang montok dengan erat dan terus saja menusukkan batang kontolku. Lima belas menit kemudian, akhirnya batang kejantananku berhasil juga menancap keseluruhan di lubang anus itu.

“Aaakkhhh! Ma-maatiiii akuuuu…!” Mbak Sisca menjerit keras. Dua tetes air matanya tampak bergulir jatuh ke pipinya. Perlahan kugerakkan batangku keluar masuk mengenjot lubang berak itu. Nyaris tak ada ruang bergerak saking sempitnya lubang anus itu. Rintihan-rintihan kesakitan terdengar tiada henti dari mulut Mbak Siska. Begitu merdu: “Ooh, sakkiiittt…! Saaakiiittt…! Perrriihhh… Aaakkkhh, robekkk dubburrrkuuu Tooomm…! Ssaaakkiittt….! Aaampuunnn, sakiiiitt…! Ampuuuuuunnnnn…..!!!”

“Oh, habiisss duburkuuu…,” keluh Mbak Siska akhirnya pasrah menerima hentakan-hentakanku. Jari-jemari tangan kiriku bergerak ke selangkangannya dan mempermainkan vaginanya yang basah kuyup. Dari sekian banyak lubang dubur perempuan yang pernah kuanal, harus kuakui lubang dubur kakak iparku ini memang tak ada tandingannya. Nikmatnya tak bisa kulukiskan lagi dengan kata-kata. Pelan-pelan suara rintihan kesakitan Mbak Sisca pun mulai berubah jadi rintihan-rintihan kenikmatan. Di samping permainan tanganku di vaginanya yang kian gencar, tapinya lubang anusnya sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan besarnya batang kontolku dan mulai meresponnya dengan baik.

Akhirnya memek itu kembali mengucurkan cairan orgasme dengan banyaknya membasahi tanganku, nyaris bersamaan dengan rasa nikmat di kontolku yang tak tertahankan lagi. Kucabut batang perkasaku itu dan tanpa ba-bi-bu langsung menghujamkannya dalam-dalam ke liang memek Mbak Sisca yang ternganga becek. Kuledakkan sekali lagi air maniku yang berlimpah ruah di sana.

Mbak Sisca tersipu setelah kami melakukan persenggamaan nikmat itu selama tiga jam lebih. Ia memungut cdnya di lantai dan menggunakannya untuk mengelap memek dan duburnya.

“Gila kontolmu ini Tom! Habis memek dan duburku dikoyaknya!” kata Mbak Sisca kagum sambil membelai-belai batang kejantananku yang dengan segera kembali tegak. Digenggamnya dengan gemas dan dikocok-kocoknya. Aku menyeringai lebar, “Siapa suruh punya memek dan dubur nikmat banget!”

“Mbak masih mau dianal?” tanyaku.
“Kau mau aku mati Tom? Lubang dubur Mbak sakit sekali tahu!”
“Ntar juga bakal terbiasa!”***